Gambaran Frekuensi Kunjungan Keluarga

62 diri santri baru di Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Indikator variabel frekuensi kunjungan keluarga yang diuji pada penelitian ini adalah hanya jumlah atau seberapa sering kunjungan keluarga. Analisa statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara frekuensi kunjungan keluarga dan penyesuaian diri pada santri baru. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan frekuensi kunjungan keluarga dengan penyesuaian diri. Hal ini bisa disebabkan bahwa pada remaja dukungan teman sebaya menjadi lebih penting daripada dukungan keluarga atau orang tua. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan santri yang mukim di asrama dan terpisah dari keluarga membuat santri lebih mandiri atau tidak sepenuhnya tergantung dari orang tua. Santri yang bermukim lebih banyak berinteraksi dengan teman sebaya sehingga dukungan teman sebaya lebih berarti bagi mereka. Dukungan sosial secara umum diperoleh dari lingkungan sosial yaitu orang-orang terdekat, termasuk didalamnya adalah keluarga dan teman sebaya. Selain dukungan keluarga, dukungan teman sebaya tidak diteliti pada penelitian ini. Padahal dukungan teman sebaya menjadi sangat penting pada remaja. Hal ini disebabkan pada saat anak sudah menginjak masa remaja, hubungan dengan orang tuanya mulai berpindah ke teman sebayanya Gunarsa, 2004. Penelitian terkait dukungan sosial oleh Kumalasari Ahyani 2012, menyatakan bahwa ada hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri remaja. Namun pada penelitian Rosidina 2011 menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial orang tua dengan penyesuaian diri remaja santri. Anak yang sudah menginjak usia remaja 63 memiliki otonomi yang membuat remaja tidak sepenuhnya tergantung dengan keluarga atau orang tuaGunarsa, 2004. Remaja berpikiran sosial, suka berteman dan suka berkelompok sehingga kelompok teman sebaya memiliki pengaruh kuat pada evaluasi diri dan perilaku remaja. Untuk memperoleh penerimaan kelompok, remaja awal berusaha menyesuaikan diri secara total dalam berbagai hal seperti model berpakaian, gaya rambut, dan tata bahasa. Segala sesuatu pada remaja diukur oleh reaksi teman sebaya. Rasa memiliki merupakan hal yang penting sehingga remaja berperilaku dengan cara memperkuat keberadaan merekaa di dalam kelompok teman sebaya. Di abaikan teman sebaya menimbulkan perasaan inferioritas dan tidak kompeten Wong,2008. Menurut penelitian Darminto Rokhmatika 2013, terdapat hubungan positif antara dukungan sosial teman sebaya dengan penyesuaian diri siswa. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi dukungan sosial teman sebaya maka akan semakin tinggi pula penyesuaian diri siswa. Pada penelitian lain, Kristanti 2008 menyatakan bahwa terdapat hubungan signifikan dan positif antara dukungan teman sebaya dengan penyesuaian diri remaja. Dukungan teman sebaya menyumbang 50,6,7 terhadap penyesuaian diri remaja. Sehingga pada penelitian ini, dukungan keluarga tidak berpengaruh pada penyesuaian diri remaja santri.