Hubungan Frekuensi Kunjungan Keluarga dengan Penyesuaian Diri

65 hati yaitu santri diajarkan pelajaran agama, diarahkan untuk rajin membaca sholawat, dzikir, dan membaca Al- Qur‟an. Kegiatan spiritual bisa mengasah ketajaman perasaan sehingga membangun emosi yang stabil, tenang dan penuh kedamaian Martin,2006; 2 Menumbuhkan empati yaitu santri diajarkan tentang pentingnya mengunjun gi atau ta‟ziah ketika ada temannya yang sakit atau ketika ada yang meninggal dunia; 3 Menumbuhkan sikap tanggungjawab yaitu santri diberikan kepercayaan dan tanggung jawab oleh ustad atau ustazah untuk menjadi mengurus pondok. Dengan membentuk suatu badan kepengurusan yang dijalankan oleh santri baik di asrama maupun dikelas. Jika suatu tanggung jawab diabaikan maka akan muncul rasa takut dan gelisah. Emosi yang tidak stabil bisa terjadi akibat kegelisahan, tidak enak, takut dan merasa sesuatu tidak benar. Sehingga perlu untuk mengembangkan kemampuan untuk melaksanakan tanggung jawab sebaik mungkin dalam rangka meningkatkan kestabilan emosi Goleman,2004; 4 Membimbing santri melakukan hal-hal positif yaitu pada kegiatan ekstrakurikuler, praktek pengabdian masyarakat PPM, tour santri, seminar motivasi santri dan lomba karya ilmiah. Dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif, bisa meyalurkan sifat-sifat agresif dan memperluas pergaulan. Sehingga emosi bisa lebih stabil serta melatih membina hubungan sosial dengan orang lain melalui kegiatan- kegiatan tersebut TridhonantoAgency,2010; 5 Membentuk santri yang memiliki fisik yang sehat dan kuat dengan melakukan olahraga, pramuka dan outbound. Kondisi fisik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi. Kondisi fisik yang baik dan istirahat yang cukup bisa membuat emosi seseorang lebih stabil Martin,2006. 66 Melalui upaya-upaya pengembangan kecerdasan emosional tersebut, diharapkan para santri mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga menjadi bekal kelak ketika santri bersosialisasi dan mengabdi dimasyarakat.

D. Keterbatasan Peneliti

1. Variabel frekuensi kunjungan keluarga sangat spesifik sehingga tidak menimbulkan efek yang signifikan terhadap variabel lain. 2. Pada instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan dari penelitian terdahulu yang dimodifikasi sendiri oleh peneliti. Sehingga tidak memiliki standar yang baku baik secara nasional maupun internasional. 3. Ketidaksesuaian penelitian dengan jadwal madrasah tempat penelitian. Karena responden sedang sibuk melakukan Ulangan Kenaikan Kelas UKK, sehingga penelitian menyita waktu responden setelah UKK. 4. Ketidaksesuaian waktu penelitian dengan waktu masuk ajaran baru sehingga santri yang menjadi responden merupakan santri baru yang hampir setahun tinggal di asrama. Sebaiknya penelitian dilakukan saat semester pertama santri masuk. 67 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan data yang diperoleh di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada santri baru kelas VII Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaaqien Bogor sebagian besar mengalami penyesuaian diri tinggi sebanyak 46 responden 52,9. 2. Pada santri baru kelas VII Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaaqien Bogor sebagian besar sering atau setiap 2 minggu dikunjungi keluarganya sebanyak 50 responden 57,5. 3. Pada santri baru kelas VII Madrasah Tsanawiyah Darul Muttaaqien Bogor sebagian besar memiliki kecerdasan emosional tinggi sebanyak 44 responden 50,6. 4. Tidak ada hubungan antara frekuensi kunjungan keluarga dengan penyesuaian diri santri baru di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor dengan P value 0,612 berarti 0,05 sehingga Ho diterima. 5. Ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri santri baru di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor dengan P value 0,004 berarti 0,05 sehingga Ho ditolak. 68

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diajukan antara lain: 1. Bagi perawat Hasil penelitian ini untuk memberikan landasan jika ada masalah penyesuaian diri pada santri baru bisa diberikan intervensi dalam meningkatkan penyesuaian diri melalui upaya pengembangan kecerdasan emosional. Upaya yang bisa dilakukan seperti melakukan promosi kesehatan tentang pentingnya kesehatan fisik dan lain lain. 2. Bagi pondok pesantren Merancang upaya peningkatan penyesuaian diri santri baru dengan melakukan orientasi pada orang tua atau melalui upaya-upaya pengembangan kecerdasan emosional. Upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan mengarahkan santri untuk rajin melakukan sholat tahajud, puasa sunnah dan melakukan senam bersama. 3. Bagi santri baru Melakukan upaya-upaya peningkatan kecerdasan emosional dengan melakukan kegiatan-kegiatan di pondok pesantren dan memelihara hubungan baik dengan orang tua agar bisa menyesuaikan diri dengan baik di pondok pesantren. 4. Bagi peneliti selanjutnya Meneliti variabel lain seperti variabel dukungan teman sebaya dan menggunakan variabel yang lebih luas cakupannya. Serta memilih waktu yang tepat untuk melakukan penelitian seperti semester pertama santri ajaran baru masuk pesantren.