33
d. Mampu mempengaruhi orang lain e. Mampu menarik simpati orang lain untuk membantunya
f. Tetap tenang walau berada dalam tekanan g. Mengenali reaksi emosional yang harus digunakan dalam menghadapi
orang lain atau situasi tertentu h. Mengetahui bagaimana mengatakan suatu kebenaran untuk mendapatkan
hasil yang benar i. Mampu berunding atau bernegosiasi secara efektif
j. Mampu mengatur orang lain berunding secara efektif Stein 2009 menjelaskan bahwa kecerdasan emosional yang baik
tentunya akan memberikan keuntungan pada individu contohnya keuntungan dalam bekerja seperti:
a. Mampu mengelola stres saat bekerja b. Meningkatkan hubungan dengan orang lain
c. Mampu berurusan secara efektif dengan atasan d. Menjadi lebih produktif
e. Menjadi pemimpin atau leader yang lebih baik f. Mampu mengelola pekerjaan yang lebih diproritaskan
g. Mampu bekerja dengan lebih baik
4. Pengukuran Kecerdasan Emosional
Menurut Stein 2009, para psikolog menggunakan beberapa tes untuk mengukur kecerdasan emosional. Stein membagi tes tersebut dalam tiga
kategori yaitu:
34
a. Laporan tes diri yaitu dengan membandingkan jawaban individu ke ribuan database orang lain. Area pertanyaan mencakup bagaimana individu
melihat diri saat berurusan dengan situasi sulit, bagaimana individu cenderung berinteraksi dengan orang lain. Dan bagaimana individu
menggambarkan suasana hati saat itu. Tes ini yang paling umum digunakan adalah EQ-I Self Report.
b. Penilaian 360 derajat yaitu penilaian yang mencakup persepsi orang lain. Orang yang mengenal individu dari perspektif berbeda seperti atasan,
pasangan, dan bawahan. Laporan ini mencakup semua laporan tentang bagaimana mereka menilai individu berperilaku sama dengan penilaian
individu terhadap dirinya sendiri. Para ahli psikologi umumnya menggunakan penilaian tes 360 derajat yaitu EQ-360.
c. Penilaian kerja yaitu penilaian terstruktur dan mengukur kecerdasan emosi sebagai kemampuan. Individu yang menggunakan tes ini akan diminta
untuk menilai emosi orang lain dalam gambar, memilih jawaban terhadap situasi kehidupan yang sulit atau menunjukkan pemahaman prinsip-prinsip
dasar tentang emosi. Para ahli menggunakan uji membandingan skor subjek pada item ini ke ribuan orang lain yang telah menyelesaikan tes
tersebut. Hasil penilaian tes MSCEIT adalah yang paling umum digunakan.
Pengukuran kecerdasan emosional di Indonesia telah dilakukan adaptasi. Pendekatan pengukuran yang dilakukan oleh Sumikan 2011,
menggunakan model Goleman yang mencakup pada lima aspek kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati dan