11.5 Meronimi Orientasi Teoretis dan Konstruksi

mawar, atau kana. Selanyutnya kata hewan merencakup sebagai hiponimi seperti kutu, kecoa, semut, ular, tengilBS, kera, beruang, kuda, harimau, dan gajanimi merupakan hubungan antara hewan dan sejumlah hiponiminya dan bunga dengan ros, dahlia, mawar, kana adalah hubungan vertikal anggota–kelompok. Hubungan sesama anggota hiponimi merupakan hubungan horizontal yang disebut kohiponim. Saragih 2003: 151

2.2.2. 11.5 Meronimi

Meronimi adalah hubungan vertikal. Hubungan sesama bahagian atau unsur dari kata yang lebih luas cakupannya contohnya : tanaman dan hiponimi akar, klausa kedua atau batang, daun, cabang dan bunga. Hubungan ini disebut dengan hubungan kemeronimi. Ini menunjukkan tautan antar klausa dengan konsep meronimi dan hiponimik. Contoh lain kakinya sakit, hidungnya berdarah, telinga berdenyut. Sebagai akibat semua itu, dia tidak bisa tidur. Hubungan antara kaki, hidung, dan telingga adalah hubungan meronimi Saragih 2003 : 152.

2.2.2.11.6 Kolokasi

Kolokasi merupakan hubungan probabilitas dalam pemunculan antara dua kata atau lebih. Berbeda dengan hubungan arti dalam sinonim, antonim, hiponimi, dan meronimi, kolokasi menunjukkan kemungkinan pemunculan satu kata dengan kata lain. Dengan kata lain jika satu kata muncul dalam satu klausa, kata lain Universitas Sumatera Utara sangat besar kemungkinannya untuk muncul dalam satu klausa, kata lain sangat besar BS kata white berkolokasi dengan snow karena begitu muncul kata white besar kemungkinan akan muncul kata snow di klausa berikut dan contoh berikut kata ice akan muncul kata cold pada klausa berikut. Saragih 2003:152, selanjutnya Thomas Bloor dan Meriel Bloor 1995:101 mengatakan bahwa kolokasi meliputi dua kata atau lebih sering terjadi. Aspek yang paling penting untuk diingat dalam kolokasi bahwa kata – kata kolokasi berbeda dalam register– register yang berbeda. Contohnya angle, cross – section, base dan cirle.

2.3 Kerangka Teori Penerjemahan

Simatupang l9992000-74 dalam bukunya Pengantar Teori Terjemahan mengatakan bahwa setiap bahasa mempunyai aturan–aturan sendiri. Aturan– aturan yang berlaku pada suatu bahasa belum tentu berlakupada bahasa lain. Hal ini berlaku pada semua unsur bahasa: gramatika, fonologi, semantik. Eryon 2000 menjabarkan tentang kelas kata Pengungkapan Modalitas Tsu dan Terjemahannya dalam Tsa Bahasa sasaran, Machali 2000-63, mengatakan bahwa dalam pencarian padanan ungkapan berikut, seorang penerjemah dari BT ke dalam Inggris, atau sebaliknya, wajib melakukan pergeseran bentuk transposisi. Nababan 1991 : 18 menyatakan bahwa dalam bidang teori penerjemahan terdapat istilah translation dan interpretation dalam konteks yang berbeda - beda meskipun kedua istilah itu terfokus pada pengalihan pesan dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Pada umumnya istilah translation mengacu pada Universitas Sumatera Utara