Perjuangan Rakyat Batak 1878–1907 Perjuangan Rakyat Bali

Kolonialisme Barat di Indonesia 85 1903. Cut Nyak Dien juga ditangkap Belanda, beliau diasingkan ke Sumedang dan wafat dalam pengasingan pada 6 November 1908. Pada 1904, Van Heutsz mengeluarkan Plakat Pendek. Perjanjian ini menanda kan bahwa Aceh tunduk kepada Belanda. Isi pernyataan dalam Plakat Pendek itu, yaitu: 1 mengaku dan tunduk kepada Belanda, 2 patuh kepada peraturan-peraturan yang dibuat oleh Belanda, 3 tidak akan berhubungan dengan negara lain selain dengan Belanda. Perang Aceh secara resmi dianggap berakhir pada 1912, tetapi serangan-serangan terhadap Belanda masih berlangsung, seperti pada 1927 terjadi per tempuran hebat di Bakongan.

f. Perjuangan Rakyat Batak 1878–1907

Pada pertengahan abad ke-19, Belanda mulai menduduki daerah-daerah Tapanuli. Perjuangan rakyat Batak dipimpin oleh Sisingamangaraja XII yang mengepalai tanah Batak yang berpusat di daerah Toba dan sekitarnya. Sampai akhir abad ke-19, Sisingamangaraja XII masih giat melakukan perlawanan-perlawanan bekerja sama dengan para pejuang Aceh. Memasuki tahun 1900, kekuatan pasukan Sisingamangaraja XII mulai melemah. Para pengikutnya banyak yang menyerah kepada Belanda. Pada 1904, Belanda melancarkan gerakan pembersihan di daerah Aceh dan Batak dengan pasukan Marsose yang dipimpin oleh Letnan Kolonel van Dallen, yang dikenal dengan Gayo Alas en Batak Stochten. Pada Juni 1907, Sisingamangaraja XII terkepung oleh Belanda. Dengan sisa kekuatan terakhir ia menyerang serdadu kompeni dengan rencongnya. Akan tetapi, sebelum rencong dapat mengenai sasaran, ia telah roboh ditembak serdadu marsose.

g. Perjuangan Rakyat Bali

Raja-raja di Bali terikat dengan perjanjian yang disebut Hak Tawan Karang, yaitu hak suatu negara untuk mengakui dan memiliki kapal-kapal yang terdampar di wilayahnya. Hak Tawan Karang inilah yang memicu peperangan dengan Belanda. Pada suatu waktu, kapal-kapal Belanda terdampar di wilayah Kerajaan Buleleng yang kemudian disita Gambar 4.24 Para pejuang Aceh yang tetap bertahan untuk bertempur melawan Belanda, meskipun para pemimpin mereka tertangkap atau gugur. Sumber: Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, 2002 Gambar 4.25 Sisingamangaraja XII merupakan pahlawan asal Sumatra Utara yang gugur ketika berperang dengan Belanda. Sumber: Poster seri Pahlawan, tt Di unduh dari : Bukupaket.com Jelajah Cakrawala Sosial untuk Kelas VIII 86 oleh Kerajaan Buleleng. Belanda memprotes tindakan Buleleng. Akan tetapi, protes Belanda tersebut tidak dihiraukan oleh Patih Jelantik yang kemudian dibalas dengan ancaman Belanda. Ancaman Belanda tersebut dijawab dengan menyiapkan para pemuda Buleleng untuk dilatih kemiliteran. Pada 27 Juni 1846, pasukan Belanda merapat di Pantai Buleleng. Akibat serangan senjata meriam, prajurit Buleleng terdesak dan mundur. Benteng Buleleng jatuh ke tangan Belanda, kemudian istana Singaraja direbut oleh Belanda. Untuk menghimpun kekuatan baru, Patih Jelantik mengadakan perjanjian damai dengan Belanda. Seperti siasat yang dilakukan Belanda apabila pasukannya terdesak. Setelah diadakan perjanjian itu, Belanda meninggalkan Bali menuju Jawa. Patih Jelantik menghimpun kekuatan untuk melawan Belanda. Kerajaan-kerajaan lain diajaknya untuk bergabung, seperti Kerajaan Klungkung dan Kerajaan Karangasem. Pertempuran hebat terjadi antara ribuan serdadu Belanda dan pasukan Bali. Pasukan Belanda yang dilengkapi senjata modern dihadang pasukan Bali dengan senjata sederhana. Akibatnya, pasukan Bali mundur dan bertahan di Benteng Jagaraga. Belanda terus mendesak pasukan Bali sampai Benteng Jagaraga berhasil direbut Belanda. Pada 1849, Belanda kembali mengirim ekspedisi militer di bawah pimpinan Mayor Jenderal Michies. Mereka menyerang Benteng Jagaraga dan merebutnya. Belanda juga menyerang Karang Asem. Pada 1906, Belanda menyerang Kerajaan Badung. Raja dan rakyatnya melakukan perlawanan sampai titik darah penghabisan. Perang yang dilakukan sampai titik darah peng habisan dikenal dengan puputan.

3. Gerakan Sosial