Indische Partij IP Muhammadiyah

Pergerakan Kebangsaan Indonesia 107

4. Indische Partij IP

E.F.E. Douwes Dekker yang lebih dikenal dengan nama Danudirja Setiabudi, adalah seorang Indo-Belanda yang sangat mencintai Indonesia. Pada 25 Desember 1912 di Bandung, berdirilah Indische Partij. Organisasi politik ini didirikan oleh Tiga Serangkai, yaitu E.F.E. Douwes Dekker, dr. Tjipto Mangunkusumo, dan Ki Hadjar Dewantara. Tujuan Indische Partij secara umum, yaitu: a. meningkatkan jiwa integrasi semua golongan; b. menghapuskan perbedaan tingkat sosial masyarakat, baik dalam pemerintahan maupun dalam kehidupan sehari-hari; c. menghapuskan rasialisme; d. mempertebal kecintaan masyarakat terhadap cita- cita Indonesia; e. memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Indonesia, terutama memperkuat masyarakat yang ekonominya lemah; f. mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Pada 1913, pemerintah kolonial Belanda melarang kegiatan Indische Partij karena organisasi ini secara terang- terangan me ngecam kebijakan pemerintah kolonial Belanda. Para pemimpinnya di tangkap dan diasingkan ke negeri Belanda.

5. Muhammadiyah

Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Organisasi ini bertujuan melakukan pemurnian agama Islam dari unsur-unsur non-Islam dan me laku kan penyesuaian dengan kemajuan zaman modernisasi. Adapun cara kerja Muhammadiyah adalah: a. mendirikan sekolah-sekolah bukan pondok atau pesantren; b. mendirikan rumah-rumah sakit dengan nama Pertolongan Kesengsaraan Umum PKU; c. mendirikan rumah yatim piatu; d. mendirikan perkumpulan kepanduan, Hisbul Wathon HW. Muhammadiyah mampu berkembang dan men- dapat tempat di hati rakyat sehingga banyak cabang yang didirikan di Pulau Jawa dan Sumatra. Akan tetapi, Sumber: Album Perjuangan Kemerdekaan, 1975 Gambar 5.14 Suwardi Suryaningrat atau Ki Hadjar Dewantara menulis buku berjudul Als ik een Nederlander was, yang berisi kritikan terhadap Belanda. Di unduh dari : Bukupaket.com Jelajah Cakrawala Sosial untuk Kelas VIII 108 kemajuan ini mendapat respons dari golongan Islam yang konservatif. Mereka menilai, Muhammadiyah terlalu terbuka terhadap kebudayaan Barat, sehingga khawatir kemurnian Islam akan terkoyak. Oleh karena itu, golongan konservatif ini mendirikan perkumpulan Nahdatul Ulama NU, yang berarti kebangkitan kaum ulama. Pada awalnya, pemerintah kolonial Belanda kurang senang terhadap Muhammadiyah. Akan tetapi, menjelang Perang Dunia I, pemerintah kolonial Belanda menunjukkan sikap yang lebih lunak terhadap Muhammadiyah dengan mengeluarkan izin pendirian Muhammadiyah di Yogyakarta. Pada 2 September 1921, dikeluarkan surat ketetapan yang mengizinkan Muhammadiyah didirikan di seluruh Indonesia. Sumber: Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, 2002 a b

6. Partai Nasional Indonesia PNI