Tujuan Terapi Sasaran Terapi Strategi Terapi

Menurut Donatus 1997, perbedaan antara common cold, rhinitis alergi, dan influenza terletak pada penyebab dan gejala. Isolasi dan identifikasi virus penyebab merupakan metode yang efektif, namun metode tersebut tidak semudah dalam praktek yang relevan. Influenza biasanya menimbulkan gejala yang lebih serius daripada common cold diantaranya adanya temperatur tinggi, lemah dan lesu, sering digunakan untuk indikasi influenza daripada common cold Li Wan Po, 1997.

5. Penatalaksanaan

a. Tujuan Terapi

Common cold merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya. Oleh karena itu pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk meringankan gejalanya saja Tietze, 2004.

b. Sasaran Terapi

Tidak semua gejala yang timbul harus diobati. Karena merupakan perluasan gejala sebelumnya, sehingga sasaran terapi adalah gejala yang paling berat dan merupakan awal rantai gejala berikutnya yaitu cairan nasal dan sumbatan nasal. Dengan berkurangnya cairan dan sumbatan nasal, rentetan gejala berikutnya kemungkinan besar juga akan berkurang Donatus, 1997.

c. Strategi Terapi

Gejala cairan dan sumbatan nasal pada common cold dapat dikurangi atau dihilangkan dengan dua macam terapi, yaitu terapi non farmakologis dan terapi farmakologis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1 Terapi non Farmakologis Terapi non farmakologis merupakan terapi tanpa obat, antara lain dengan menambah asupan cairan seperti memperbanyak minum, istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi dan minum minuman yang hangat Tietze, 2004. 2 Terapi Farmakologis Dekongestan merupakan terapi utama common cold. Hidung tersumbat dapat dihilangkan dengan dekongestan agonis adrenergik topikal atau oral. Keluarnya lendir cair pada hidung disebabkan oleh beberapa faktor dan hanya sebagian yang dapat ditangani dengan pengobatan yang tersedia. Antihistamin dan obat antikolinergik dapat mengurangi gejala keluarnya lendir dari hidung. Bersin merupakan gejala yang umum namun ringan, dapat dikurangi dengan antihistamin. Batuk sekunder dengan postnasal drip dapat sembuh dengan sendirinya namun dapat ditangani dengan dekongestan atau antitusif. Demam dapat ditangani dengan antipiretik sistemik Tietze,2004. a Dekongestan Dekongestan khusus untuk menangani sinus dan hidung tersumbat Tietze, 2004. Obat dekongestan termasuk golongan simpatomimetik amin. Daya kerjanya sebagai vasokontriktor, yaitu mengecilkan pembuluh darah yang membengkak pada lapisan mukosa hidung. Obat dekongestan melapangkan saluran napas dan mengeringkan hidung dan sinus. Daya kerja ini disebabkan oleh aktivitas alfa-adenergik. Kecuali atas petunjuk dan pengawasan dokter, obat dekongestan kontraindikasi bagi penderita penyakit glaukoma, tekanan darah tinggi, penyakit jantung karena efeknya menekan, penyakit diabetes melittus, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI penyakit kelenjar tiroid. Efek samping lain yang tidak dikehendaki ialah gelisah, gugup, perut terasa tidak enak, dan sukar tidur Sartono, 1993. Dekongestan dibagi menjadi dua, yaitu dekongestan oral dan topikal. Dekongestan oral yang direkomendasikan oleh FDA Food and drug Administration adalah fenilefrin dan pseudoefedrin. Dekongestan dikontraindikasikan terhadap penderita dengan riwayat hipersensitif, penderita yang mendapat terapi MAO. Selain itu beberapa dekongestan dikontraindikasikan untuk anak dibawah usia 12 tahun. Dekongestan topikal biasanya berefek lebih lama daripada dekongestan oral. Dekongestan topikal yang beredar di pasaran antara lain efedrin, epinefrin, fenilefrin, nafazolin, tetrahidrazolin, oximetazolin, dan xilometazolin Tietze, 2004. b Antihistamin Obat antihistamin dimaksudkan untuk menghilangkan atau mengurangi gejala yang diakibatkan oleh sekresi kelenjar lendir yang berlebihan, yang menyebabkan hidung tersumbat oleh cairan lendir dan mata terasa gatal. Obat antihistamin mengurangi daya kerja histamin dengan menempati tempat yang seharusnya untuk histamin pada reseptor H 1 . Efek samping obat antihistamin yang perlu mendapat perhatian ialah mengantuk, yang dapat mengurangi kemampuan orang khususnya dalam mengendari kendaraan bermotor Sartono, 1993. Antihistamin juga bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitif atau keadaan lain yang disertai pelepasan histamin endogen berlebih. Antihistamin mempunyai efek mengantuk dan dikontraindikasikan bagi penderita glaucoma, asma, dan wanita yang menyusui. Antihistamin yang sering digunakan antara lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI klorfeniramin maleat, deksklorfeniramin maleat, prometazin HCl, tripolidin Anonim, 1997. c Anastetik lokal Lonzenges, troches, pencuci mulut dan sprays berisi anastetik lokal contohnya benzokain, tersedia untuk membebaskan dari sakit tenggorokan Tietze, 2004. d Analgesik-Antipiretik Analgesik sistemik efektif untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit yang kadang dihubungkan dengan common cold. Ketika pasien demam pada common cold berkisar 100 ˚F atau 37,8˚C obat antipiretik tanpa resep merupakan terapi yang efektif Tietze, 2004. Obat analgetik-antipiretik adalah obat-obat yang menghilangkan atau mengurangi rasa sakit, sekaligus menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Obat analgetik-antipiretik mempengaruhi pusat-pusat pengatur kalor dari sistem saraf pusat SSP yang terletak di hipotalamus. Reaksi yang timbul adalah vasodilatasi pada kulit yang mengakibatkan pengeluaran kalor bertambah. Menurut Sartono 1993, obat analgetik-antipiretik dapat digolongkan antara lain turunan salisilat asetosal dan salisilamid, turunan para-aminofenol asetaminofen, turunan pirazolon metampiron dan fenilbutazon, turunan asam antharanilat asam mefenamat, turunan indene indometasin, golongan feniramidol feniramidol HCl. e Antitusif dan Ekspektoran Ketika muncul gejala batuk, biasanya merupakan batuk yang non produktif dan dapat ditekan dengan antitusif Tietze, 2004. Batuk yang tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI produktif biasanya disebabkan karena terjadinya iritasi pada mukosa faringeal dan trakea. Antitusif tidak boleh dipakai pada kasus batuk yang produktif atau berdahak. Batuk berdahak biasanya diobati dengan cara mengurangi dahak pada trakhea. Pengobatan batuk berdahak dengan ekspektoran bertujuan mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan Bryant and Lombardy, 1990. Golongan antitusif yang disetujui oleh FDA Food and Drug Administration meliputi kodein, dekstrometorfan dan difenihidramin Tietze, 2004.

C. Swamedikasi

Dokumen yang terkait

Hubungan tingkat pendidikan dan pendapatan dengan perilaku swamedikasi sakit kepala oleh ibu-ibu di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juli-September 2007.

0 0 2

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penggunaan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 1 199

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedika penyakit batuk oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

0 7 204

Identifikasi Problem swamedikasi Common Cold di kalangan ibu-ibu di Propinsi di Yogyakarta.

0 0 26

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedika penyakit batuk oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 202

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penggunaan produk vitamin oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 1 197

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit infeksi jamur kulit oleh ibu--ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 216

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi penyakit common cold oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 0 192

Hubungan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan perilaku swamedikasi diare oleh ibu-ibu di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta - USD Repository

0 1 200

PENGARUH EDUKASI TERHADAP ASPEK PERILAKU SWAMEDIKASI COMMON COLD PADA IBU-IBU NON KADER KESEHATAN DI KECAMATAN JETIS KABUPATEN BANTUL SKRIPSI

0 7 153