Swamedikasi untuk gejala atau penyakit ringan dirasakan oleh penderita memberikan keuntungan, antara lain kepraktisan dan kemudahan melakukan
tindakan pengobatan dan biaya yang dikeluarkan lebih murah Rantucci, 1997. Beberapa keuntungan dan kerugian sehubungan dengan peningkatan perilaku
swamedikasi terhadap penderita, dokter pelayanan kesehatan, farmasis, pengambil kebijakan dan industri farmasi dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini
Sihvo, 2000.
Tabel II. Keuntungan dan Kerugian Peningkatan Perilaku Swamedikasi Sihvo, 2000 Obyek Keuntungan
Kerugian
Kenyamanan dan kemudahan akses
Diagnosis tidak sesuai tertunda
Tanpa biaya periksa konsultasi
Pengobatan berlebihan tidak sesuai
Hemat waktu Kebiasaan menggunakan OTR
Empowerment Adverse Drug
Reaction Ada indikasi yang tak
terobati Pasien
Kenaikan biaya berobat Penurunan beban kerja
Tidak dapat melakukan monitoring terapi
Lebih banyak waktu untuk menangani kasus penyakit
berat Kehilangan kesempatan untuk
konseling dengan pasien Berkurangnya peran
Dokter sarana pelayanan kesehatan
Berkurangnya pendapatan Farmasis
Perannya akan lebih dibutuhkan di Apotek
Adanya konflik kepentingan antara bisnis dan etika profesi
Pengambil kebijakan
Menghemat biaya kesehatan masyarakat
Industri Farmasi
Meningkatkan profit pada penjualan obat bebas
-
3. Minor Ailment
Terdapat bermacam – macam pengertian minor ailments, namun secara umum didefinisikan sebagai kondisi klinis yang relatif ringan dan hanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
membutuhkan sedikit intervensi atau bahkan tidak sama sekali self-limited disease
. Beberapa contoh penyakit ringan antara lain infeksi saluran napas atas karena virus, pusing, demam, batuk, gusi bengkak, dermatitis kontak, diare, dll
Colin-Thome, 2004.
4. Obat Bebas, Bebas Terbatas dan OWA
Penggolongan obat di Indonesia terdiri dari 6 golongan yaitu: 1 obat bebas, 2 obat bebas terbatas, 3 obat wajib apotek OWA, 4 obat keras, 5
psikotropika, dan 6 narkotika DepKes RI, 1996c. Golongan obat yang dapat diperoleh tanpa resep dokter adalah obat bebas, bebas terbatas dan OWA, khusus
untuk yang disebut terakhir adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter hanya oleh apoteker di apotek dan terbatas pada obat keras yang tercantum
dalam lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang Obat Wajib Apotek DepKes RI, 1996b.
Golongan obat bebas dapat diperoleh secara bebas tanpa resep dokter, baik di apotek maupun di toko-toko atau warung. Obat bebas terbatas juga dapat dibeli
tanpa resep dokter, dengan syarat hanya dalam jumlah yang telah ditentukan dan disertai tanda peringatan Depkes RI, 1996c.
Obat yang dapat diserahkan tanpa resep dokter untuk swamedikasi harus memenuhi kriteria, yaitu: 1 tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada
wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas usia 65 tahun, 2 pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada
kelanjutan penyakit, 3 penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan, 4 penggunaannya diperlukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia, 5 obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk pengobatan
sendiri Depkes RI, 1993.
5. Pengobatan yang Rasional