Pengawasan Isi Siaran Terhadap Sinetron Religi Tukang Bubur Naik Haji
Dalam program sinetron Tukang Bubur Naik Haji episode 561-571 yang ditayangkan pada tanggal 1 sampai 5 Mei 2013 telah banyak menggunakan kata-kata
kasar dan makian di dalam episode tersebut. Hal itu tentu menyimpang dari ketentuan yang telah ada, mengingat bahwa setiap siaran yang ditayangkan melelui televisi
memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan sikap dan khalayak. Terlebih sinetron ini ditayangkan setiap hari pada pukul 19.30 WIB dan kadang ditayangkan di
jam 18.00 WIB. Dapat dibayangkan jika seorang anak di bawah umur menonton tayangan ini. Hal yang sangat mungkin bila mereka meniru perbuatan tersebut, karena
kata-kata makian dan kata-kata kasar yang digunakan sangat sering sekali muncul dalam sinetron tersebut.
Memang yang kita tahu pada sinetron religi tersebut mengangkat kisah sehari- hari masyarakat betawi. Tapi tidak seharusnya masyarakat betawi atau kultur yang
ada di sinetron tersebut sering menggunakan kata-kata makian atau kata-kata kasar yang terucap dari mulut sang aktor tersebut. Tidak sepantasnya acara yang
ditayangkan pada jam prime time tetapi tidak mematuhi etika yang ada pada P3 dan SPS. Tayangan sinetron yang kurang layak memang masih menjamur di televisi
swasta lainnya, dalam wawancara dengan Iddy Muzayad tentang kelayakan tayangan di televisi Indonesia.
“Menurut Komisi Penyiaran Indonesia KPI, memang tayangan di Indonesia belum terlalu optimal. Dalam level regulasiaturan produksinya yaitu
bagaimana sebuah lebel TV atau PH masih memberikan tayangan yang kurang mendidik. Karena bahwasannya KPI bukan lembaga sensor, maka yang sangat
di tekankan adalah internal sensor mereka. Mereka harus punya sensor sendirisensor mandiri di tingkat para produser. Dan bagaimana komitmen
mereka, yang manakala SDM nya masih kurang berkualitas sehingga output nya juga kurang berkualitas. Lalu level kosumsi, masyarakat juga harus mulai
bergerak untuk mengkonsumsi siaran yang lebih mendidik, lebih beradab, lebih mencerahkan. Tetapi faktanya masyarakat sebagian besar kurang peduli,
mangkanya mengapa infotaimentsinetron masih ada? ya karena faktanya peminatpenontonnya banyak dan tingkat ratingnya pun tinggi.”
Televisi adalah media yang sangat efektif memberikan pengaruh yang sangat luar biasa. Tayangan pada televisi kerap kali dipahami sebagai apa yang sebenarnya
terjadi. Media penyiaran memang sebuah ruang publik yang memberikan kesempatan luas terhadap semua jenis manusia dan kultur. Akan tetapi segala sesuatu yang
berlebihan yang ditampilkan oleh televisi dapat berakibat buruk kepada pemirsa. Terutama anak-anak yang akan menjadi cikal bakal generasi mendatang. Untuk
membentuk generasi yang baik, maka tampilkan tayangan televisi yang memiliki norma sehat dan mendidik. Tindak tegas semua stasiun televisi yang menghadirkan
tayangan yang tidak berguna dan tidak sesuai dengan Peraturan Komisi Penyiaran Indonesia. KPI harus bertindak tegas terhadap tayangan yang dinilai menyesatkan.
Sudah banyak masyarakat yang terpengaruh akan adanya tayangan yang menyesatkan pada televisi. Jangan biarkan masyarakat atau khalayak menjadi rusak akibat para
pengusaha hiburan yang selalu menayangkan tayangan yang hanya mengejar rating. Apalagi anak-anak memang menjadi korban yang paling rentan dari sebuah
penayangan acara yang salah kaprah. Hal ini dikarenakan produk acara televisi dalam negeri masih memberikan prioritas tontonan kepada orang dewasa seperti drama,
sinetron atau infotainment.
4
Padahal dari segi jumlah, penonton anak-anak jauh lebih besar dari orang dewasa. Ironisnya, program acara anak-anak sebagian besar masih
4
Darwanto sastro subroto, Produksi Acara Televisi Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994, hal: 24
dibeli dari distributor acara televisi luar negeri.
5
Jika negeri ini menjadi negeri yang sehat, maka tampilkan tayangan televisi yang memiliki norma yang sehat dan
mendidik. Tentu semua pihak juga setuju jika televisi kita kelak manampilkan nilai- nilai edukatif dan perjuangan, yang dikemas dengan entertain yang berkualitas.
Kegiatan Komisi Penyiaran Indonesia dalam mengawasi siaran inimasuk kepada bidang yang ketiga yaitu pengawasan isi siaran karena pada dasarnya KPI
dibagi menjadi tiga bidang yaitu bidang kelembagaan, bidang struktur penyiaran, dan bidang pengawasan isi siaran.
“Komisi Penyaiaran Indonesia KPI, punya peran pertama dari sisi perizinan. Perizinan televisi itu pintu masuknya adalah KPI. Ada forum
namanya evaluasi dengar pendapat yang nanti membuat satu rekomendasi layak atau tidak layak sebuahcalon lembaga penyiaran itu sebelum mendapat izin.
Evalu dengar pendapat adalah EDP, yaitu tahap awal perizinan. Lalu selanjutnya ketika EDP mendapatkan rekomendasi kelayakan dari KPI,
kemudian masuk kepada forum rapat bersama namanya FRD. FRD itu bersama KPI dan pemerintah yaitu KOMINFO, lalu setelah FRD itu nanti ada namanya
evaluasi uji coba siaran. Jadi, pasca FRD itu lembaga penyaiaran atau televisi mendapat namanya IPP sementara atau IPP prinsip istilahnya. Setelah IPP
prinsip nanti di uji coba selama 1 tahun, dan kalau belum bisa di perpanjang sampai 1 tahun lagi, maka nanti kalau sudah siap di uji namanya menjadi uji
coba siaran menguji yang 1 tahun atau 2 tahun. Setelah lulus dapatlah izin, dan perizinan ke 2 di pegawasan isi siara atau pemantauan monitoring. Di KPI Pusat
juga ada tenaga-tenaga pemantauan yang memonitor siaran televisi, kalau di KPI Pusat mengawasi televisi yang bersiaran nasional sementara KPID yang
mengawasi televisi lokal.
”
6
KPI memiliki beberapa kegiatan dalam mengawasi tayangan religi di televisi KPI melakukan beberpa kegiatan yakni dengan melakukan beberapa kajian, menerima
aduan masyarakat, serta mengadakan pengawasan atau pementauan langsung.
5
Morissan, Manajemen Media penyiaran, Jakarta: Kencana, 2008, hal: 171
6
Wawancara Pribadi dengan Iddy Muzayad, Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia, 9 September 2013
Pertama , pada dasarnya setiap komisioner memiliki tim kajian masing-masing.
Kajian dilakukan setiap satu bulan sekali oleh para tim pengkaji. Kegiatan pengkajian ini berguna untuk mengkoreksi serta meneliti suatu tayangan yang melakukan
pelanggaran. Kegiatan pengkajian sangat penting dilakukan sebab secara tidak langsung kegiatan ini bisa dijadikan tolok ukur seberapa jauh suatu tayangan
melakukan tindakan pelanggaran. Kedua
, KPI menerima aduan dari masyarakat. Setiap orang atau sekelompok orang yang mengetahui adanya pelanggaran terhadap standar program siaran dapat
mengadukan pelanggaran tersebut kepada Komisi Penyiaran Indonesia, KPI juga menerima aduan melalui media internet yakni dengan membuka situs resmi KPI yaitu
www.kpi.go.id. Selain itu KPI menerima aduan dalam bentuk layanan twitter dan dalam bentuk lainnya. Dari sanalah KPI mengetahui aduan yang masuk dari
masyarakat untuk KPI. KPI menampung, meneliti, dan menindaklanjuti aduan, sanggahan serta kritik dan apresiasi masyarakat terhadap penyelenggaraan penyiaran.
Pengaduan dari masyarakat merupakan inti yang sangat penting mengingat masyarakat orang yang paling banyak mengkonsumsi tayangan televisi, jadi
masyarakat paling banyak mengetahui serta merasakan tayangan apa saja yang memberikan dampak negatif serta melanggar aturan penyiaran. Pada selama tahun
2013 dari bulan januari sampai bulan agustus saja sudah sekitar 42 aduan dari masyarakat yang diterima oleh KPI. Dengan demikian masyarakat merupakan sumber
yang cukup diperhitungkan. Ketiga
, adalah pengawasan secara langsung, yaitu dengan mengawasi langsung melalui fasilitas monitoring selama 24 jam penuh, pengawasan ini berlaku untuk
semua stasiun televisi, dan fasilitas monitoring ini bisa merekam semua siaran yang ada di seluruh stasiun televisi. Kegiatan monitoring sangatlah penting, karena
kegiatan tersebut ditujukan untuk mengawasi kegiatan penyiaran, sekaligus mengoreksi tayangan yang melakukan pelanggaran.
Komisioner melakukan kajian serupa agar tayangan konsen melakukan pemberdayaan khususnya memberikan edukasi untuk masyarakat. Selain itu juga KPI
juga mengadakan pengawasan yakni dengan: 1. KPI mengawasi pelaksanaan pedoman perilaku penyiaran dan standar program
siaran 2. Pedoman perolaku penyiaran harus menjadi pedoman lembaga penyiaran dalam
memproduksi suatu program siaran 3. Pedoman perilaku penyiaran wajib dipatuhi oleh semua lembaga penyiaran.
Beberapa kegiatan KPI dalam mengawasi tayangan-tayangan televisi di atas merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh KPI. Saat ini tayangan yang bertema
religi sangat marak di stasiun-stasiun televisi, seperti sinetron Tukang Bubur Naik Haji
yang berada pada televisi swasta RCTI, Pesantren dan Rock n Rolldi SCTV, Emang Ingin ke Mekkah
di SCTV, Anak-Anak Manusiadi RCTI, dan masih banyak lagi.
Sinetron religi yang hingga saat ini sudah melanggar dan mendapatkan teguran dari KPI yakni, Islam KTP, Pesantren dan Rock n Roll, Emak Ingin ke Mekkah.
Ketiga sinetron ini sudah banyak melanggar norma-norma yang terdapat dalam Undang-Undang Penyiaran Tahun 2002 No. 32 dan P3 dan SPS.
Pasal 36 ayat 3 juga menyebutkan bila isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan
remaja, dan meyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai
dengan isi siaran. Pengaruh televisi sangatlah besar dalam pembentukan karakter dan perilaku seseorang. Untuk itu, media penyiaran harus selalu dikontrol, dalam hal ini
KPI yang mengawasi seluruh kegiatan media penyiaran. Menurut McQuail, media penyiaran dikontrol ketat pada dua wilayah dan
alasan. Pertama, wilayah isi dikontrol karena ada alasan politik dan kultural political and moralcultural reasons
. Kedua, wilayah infrastruktur terutama frekuensi dikontrol karena alasan ekonomi dan teknologi technical and economic reasons.
Aturan yang kedua menunjukkan bahwa isi siaran perlu diatur karena sangat mudah mempengaruhi sikap dan perilaku audience, khususnya yang belum memilki kerangka
referensi yang kuat seperti usia muda atau remaja.
7
Pada dasarnya model regulasi yang di gunakan oleh negara Indonesia adalah menggunakan Demokratis-Participan Model, model ini yang dikembangkan oleh
mereka yang mempercayai sebagai powerful medium, dan dari banyak hal terinspirasi oleh mahzab kritis. Termasuk dalam model ini adalah berbagai media penyiaran
alternatif. Sifat komunikasi dalam model ini adalah dua arah two-way- communication
.
7
Dennis McQuail, Mass Communication Theory: An Introduction, Third Edition, London: Sage Publication, 1994, hal 25.
Di banyak negara demokratis, proses legislasi tetap dilakukan oleh parlemen, sedangkan institusi regulatory body berfungsi untuk:
1. Mengalokasikan lisensi penyiaran 2. Mengontrol dan memberi sanksi bagi pengelola penyiaran yang melanggar
mulai dari bentuk denda sampai pencabutan izin 3. Memberi masukan kepada institusi legislatif
4. Sebagai watchdog bagi indepedensi penyiaran dari pengaruh pemerintah dan kekuatan modal
5. Memberi masukan terhadap penunjukkan jajaran kepemimpinan lembaga penyiaran publik. Hal ini banyak terjadi di Perancis.
6. Berperan sebagai minor judicial power sejenis penyelidik dan complain commission
komisi komplain. Menurut Feintuck, dewasa ini regulasi penyiaran mengatur tiga hal, yakni
struktur, tingkah laku, dan isi. Regulasi struktur structural regulation berisi pola- pola kepemilikan media oleh pasar, regulasi tingkah laku behavioural regulation
dimaksudkan untuk mengatur tata laksana penggunaan properti dalam kaitannya dengan kompetitor, dan regulasi isi content regulation berisi batasan material siaran
yang boleh dan tidak boleh untuk disiarkan. Mengutip McQuail, Sendjaja selanjutnya menguraikan urgensi media penyiaran
publik adalah untuk menjunjung nilai-nilai yang banyak ditinggalkan oleh media
komersil, seperti independensi, solidaritas, keanekaragaman, opini dan akses, objektivitas, dan kualitas informasi.
8