Adegan selanjutnya Pak Haji Muhidin berbicara kepada orang-orang “
ngapa lu liat-liat gua gampar lu”. Lalu Kardun berbicara kepada H. Muhidin
ketika Pak H. Muhidin lewat di depan Kardun “ wehh.. wehh… saya salut nih
sama makhluk Allah yang satu ini, rajin banget ibadahnya bedug belom dipukul dia udah dateng, nih saya rasa pak haji abis minum jamu nafsu sembahyang
kali ya, eh pak haji nih ceritanya pak haji mau jadi ahli syurga nih tapi maaf- maaf kata, bukannya ape-ape pak haji, pak haji kan dulu banyak dosanya
sebelum ke sorga mau kaga mau pak haji mapir dulu ke neraka di gecek dulu di neraka.
” Lalu di adegan yang berbeda Kardun datang menghampiri tempat kerja
Badar lalu mengacak-acak meja kerja badar sambil marah-marah dan berteriak- teriak kepada badar
“ heh Badar pea, jangan sekali-kali lu ngejual tanah tanah kampung ini ke orang yang namanya H
ari Sukardi”.
Lalu adegan lain Badar menonjok Kardun sampai Kardun mengekuarkan darah dari mulut dan hidungnya.Pada episode ini memang banyak sekali
pelanggaran yang terjadi Pelanggaran berdasarkan UU Penyiaran No. 322002 Pasal 4 ayat 1 berbunyi
“Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat,
kontrol dan perekat sosial.
”
Pada pasal 36 ayat 1 berbunyi “Isi siaran wajib mengandung informasi,
pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta
mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia. ” Dan di dalam pasal 36
ayat6 “Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan
atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional.
” Berdasarkan Pedoman Perilaku Penyiaran P3 Bab X Perlindungan Anak
Pasal 14 ayat 1 dan 2Lembaga penyiaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada anak dengan menyiarkan program siaran pada waktu
yang tepat sesuai dengan penggolongan program siaran. Berdasarkan Standar Program Siaran SPS Bab X Perlindungan Kepada
Anak Bagian Pertama Perlindungan Remaja dan Anak-Anak Pasal 15 ayat 1Program siaran wajib memeperhatikan dan melindungi kepentingan anak-
anak danatau remaja.Bab XIII Pelarangan dan Pembatasan Kekerasan Bagian Kedua Ungkapan Kasar dan Makian Pasal 23 ayat a dan 24 ayat 1 dan ayat
2 berbunyi “Program siaran yang memuat adegan kekerasan dilarang:
a. Menampilkan secara detail peristiwa kekerasan, seperti tawuran,
pengeroyokan, penyiksaan, perang, penusukan, penyembelihan, mutilasi terorisme, pengerusakan barang-barang secara kasar atau ganas, pembacokan,
penembakan, danatau bunuh diri. Pasal 24 ayat 1 dan ayat 2Program siaran dilarang menampilkan
ungkapan kasar dan makian, baik secara verbal maupun nonverbal, yang mempunyai kecendrungan menghina atau merendahkan martabat manusia,
memiliki makna jorokmesumcabulvulgar, danatau menghina agama dan Tuhan.Kata-kata kasar dan makian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatas
mencakup kata-kata dalam bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing.
C. Implementasi Undang-Undang No. 32 Tahun 2002 dan P3 dan SPS dalam
Program Sinetron Religi Tukang Bubur Naik Haji
Untuk mengatur secara teknis serta mengawasi isi siaran, UU Penyiaran memberikan kewenangan kepada Komisi Penyiaran Indonesia membuat suatu
Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran P3 dan SPS. Pedoman Perilaku Penyiaran P3 adalah ketentuan-ketentuan bagi lembaga penyiaran yang
ditetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia sebagai panduan tentang batasan perilaku penyelenggaraan penyiaran dan pengawasan penyiaran nasional.
9
Dalam UU No. 32 Tahun 2002 pasal 2 tentang dasar penyiaran dikatakan bahwa penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan
tanggung jawab.
10
“Menjawab kekuasaan penuh atau tidak itu tergantung pada basis kelahirannya KPI yaitu UUD No. 32 Tahun 2002 tentang penyiaran. Kalau mau
di bilang tidak penuh itu adalah dalam sisi perizinannya, karena keluarnya izin penyelenggaraan penyiaran dan kali ini tetap yang memegang adalah
MENKOMINFO. Jadi, Izin Penyelenggaraan Penyaiaran IPP itu yang menandatangani ialah MENKOMINFO bukan KPI. Sebenarnya awalnya KPI
itu didirikan adalah untuk menjadi satu-satunya lembaga Negara yang di tunjuk untuk mengurusi hal-hal mengenai penyiaran, tetapi layaknya UUD Penyiaran
No. 32 tahun 2002 yang pembahasannya itu adalah 4 tahun dari 98-2002 itu sangat alot sehingga membuat atau mengeluarkan satu postur KPI yang seperti
sekarang ini. Di mana kewenangan perizinannya hanya sebatas rekomendasi kelayakan tetapi tidak mengeluarkan IPP.
”
11
9
Komisi Penyiaran Indonesia KPI, Pedoman Perilaku Penyiaran P3 dan Standar Program Siaran SPS.Jakarta: 2012. hal. 5
10
Sudirman Tebba, Hukum Media Massa Nasional, Ciputat:Pustaka Irvan, 2007, hal 12.
11
Wawancara pribadi dengan Iddy Muzayad, Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia, 9 September 2013
Pedoman perilaku Penyiran P3 dan Standar Program Siaran SPS ditetapkan untuk mengatur perilaku lembaga penyiaran Indonesia. P3 dan SPS harus dipatuhi
oleh setiap stasiun penyiaran. Pelanggaran terhadap ketentuan ini akan dikenakan sanksi mulai dari yang ringan hingga yang berat. Stasiun penyiaran wajib
mensosialisasikan isi P3 dan SPS kepada seluruh pihak yang terlibat dalam proses pengolahan, pembuatan, pembelian, penayangan, dan pendanaan program siaran
lembaga penyiaran yang bersangkutan. P3 merupakan produk KPI yang mengandung ketentuan-ketentuan mengenai
apa yang boleh dan apa yang tidak dalam proses pembuatan pprogram siaran, sedangkan SPS memuat ketentuan-ketentuan secara lebih spesifik mengenai apa yang
boleh dan tidak boleh tersaji dalam siaran. Untuk itu, P3 dan SPS adalah suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan menjadi acuan bagi stasiun penyiaran dan
KPI untuk menyelenggarakan dan mengawasi sistem penyiaran nasional di Indonesia. Pemberlakuan P3 dan SPS didasarkan pada Undang-Undang Penyiaran yang
diwajibkan KPI selaku lembaga negra independen untuk menentukan pedoman perilaku penyiaran, serta mengawasi dan memberikan sanksi atas pelanggaran
pedoman tersebut. Pemerintah menghendaki agar KPI mempunyai fungsi memberikan saran pertimbangan yang menyangkut isi siaran, memfasilitasi penyusunan rancangan
pedoman perilaku penyelenggaraan penyiaran kode etik, membantu mengawasi isi siaran, melaporkan pelanggaran peraturan dan pedoman perilaku penyelenggaraan
penyiaran kepada yang berwenang.
12
12
Muhammad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Jakarta: Kencana, 2007, hal: 150
Pada P3 yang tertera di Bab IV tentang penghormatan terhadap nilai-nilai kesukuan, agama, ras dan antargolongan pada pasal 8 yang berisi tentang lembaga
penyiaran dalam memproduksi dan atau menyiarkan sebuah program siaran yang berisi tentang keunikan suatu budaya dan atau kehidupan sosial masyarakat tertentu
wajib mempertimbangkan kemungkinan munculnya ketidaknyamanan khalayak atas program siaran tersebut. Untuk itu, pada program sinetron religi tukang bubur naik
haji lebih menceritakan masyarakat betawi yang seolah-olah banyak yang memiliki sifat tidak terpuji pada pemeran antagonis yang ada di dalam sinetron tersebut.
Seperti pada kasus yang ada pada sinetron Tukang Bubur Naik Haji, dapat dilihat bahwa penetapan sanksi yang akan dilakukan oleh KPI kepada pihak tim
Tukang Bubur Naik Haji tidak adanya ketegasan yang dilakukan oleh KPI. Keputusan
ini dikeluarkan sebagai hasil pertemuan antara KPI-RCTI untuk mendengarkan klarifikasi serta hak jawab dari RCTI . KPI terlihat tidak konsisten, karena tidak
menjatuhkan teguran yang berarti untuk sinetron ini, tetapi hanya melakukan klarifikasi saja. Tetapi sudah mulai ada perubahan yang terjadi pada sinetron Tukang
Bubur Naik Haji ini, peran antagonis yang berperan menjadi Pak Haji Muhidin ini
kini sudah bertaubat dan sudah menjadi baik. Tetapi pelanggaran tidak hanya dilakukan oleh Pak Haji Muhidin saja tetapi dilakukan oleh pemeran antagonis yang
lain, seperti yang sudah terlihat di paparan analisis sinetron Tukang Bubur Naik Haji tersebut. Tetapi dalam mengambil sanksi dan teguran yang seharusnya diambil
berdasarkan UU Penyiaran dan P3 dan SPS. Dalam hal ini terlihat bahwa keputusan KPI dalam hal pemberian sanksi dapat berubah akibat pertemuan-pertemuan dengan