4. Faktor Ekstra Media Terdapat lima faktor di luar organisasi media yang bisa mempengaruhi isi
media yaitu: sumber berita, iklan, dan pelanggan, kontrol pemerintah, pasar dan teknologi. Sumber berita bisa mempengaruhi isi berita karena kedekatan
wartawan dengan sumber berita atau sebaliknya. 5. Faktor Ideologi
Level ideologi umumya berkaitan dengan struktur kekuasaan dalam arti sejauhmana kekuasaan, melalui berbagai peraturan yang diterapkan, mampu
memberi pengaruh atas proses pengambilan keputusan rekonstruksi berita atau peristiwa dalam ruang pemberitaan media.
C. Sinetron Sebagai Media Dakwah
1. Media Dakwah
Dilihat dari asal katanya, media berasal dari bahasa latin yaitu median yang berarti alat atau perantara, sedangkan menurut istilah, media ialah segala sesuatu yang
dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
36
Dalam kamus istilah komunikasi, “media” berarti sarana yang digunakan sebagai alat bantu dalam
berkomunikasi disebut media komunikasi adapun bentuk-bentuk dan jenisnya beraneka ragam.
37
Education Association mendefinisikan media sebagai benda yang
dapat dimanipulasikan, didengar, dilihat, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik.
38
36
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983 hal 163
37
Ghazali BC.TT, Kamus Istilah komunikasi, Bandung Djambatan, 1922, hal 227.
38
Asmawi, M. Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Sedangkan Antonio Gramsci melihat media sebagai ruang dimana berbagai ideologi di representasikan. Ini berarti, disatu sisi media bisa menjadi sarana
penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi, dan kontrol atas wacana publik. Namun disisi lain, media juga bisa menjadi alat resistensi terhadap kekuasaan.
39
Berdasarkan pengertian diatas, maka media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah
ditentukan. Media dakwah yang dimaksud dapat berupa barang material, orang, tempat kondisi tertentu dan sebagainya.
40
Media dakwah sendiri adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan materi-materi dakwah, pada zaman modern misalnya televisi, radio, kaset rekaman,
majalah, surat kabar, dan yang sekarang ini marak adalah internet. Dakwah selama ini diidentikkan dengan ceramah melalui media lisan. Namun,
seiring era globalisasi, dimanatren informasi dan komunikasi semakin berkembang, media sinetron seharusnya dapat mengambil peranan yang cukup signifikan dalam
menyebarkan pesan-pesan keagamaan. Sejalan dengan mass media yang menjadi unsur dalam komunikasi, di mana
memegang peranan penting, maka dalam rangka modernisasi dakwah pada saat ini, film tidak dapat dilewatkan begitu saja.
41
Disini tidak membicarakan hukum film menurut ajaran Islam, karena kedudukannya sama saja dengan hukum radio, televisi,sound equipment dan beberapa
39
Alex Sobur, Analisis Teks Media, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001 hal 30.
40
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-ikhlas, 1983 hal 176.
41
Amura, Perfilman di Indonesia: Dalam Era Orde BaruJakarta: Lembaga Komunikasi Massa IslamIndonesia 1989 hal 115
alat tehnik modern, seperti tape recorder. Seluruh alat itu sifatnya polos, tidak berwarna. Yang memberikan ketentuan dalam penilaian hukumnya adalah isinya.
Jika disadari bahwa mayoritas rakyat Indonesia adalah pemeluk agama Islam, dan dengan sendirinya pula mayoritas penonton film di Indonesia adalah pemeluk
agama Islam, maka tidak akan sulit para produser memasukkan unsur dakwah di dalam film. Bagi para produser yang mempunyai tujuan primer membuat film adalah
segi komersil, sekiranya mayoritas penontonnya yang terdiri dari pemeluk agama Islam tidak mau melihatnya, maka tujuan komersil itu tidak tercapai. Sebaliknya,
dengan memasukkan unsur dakwah di dalam film berarti sekaligus dua tujuan dapat tercapai. Pertama para produser akan memperoleh keuntungan komersil dengan
banyaknya penonton, Kedua para penonton yang mayoritasnya terdiri dari pemeluk agama Islam akan memperoleh keuntungan pula disamping hiburan dapat
memperoleh bimbingan keagamaan.
42
Sinetron drama yang mengandung nilai-nilai agama dapat bersaing dengan sinetron remaja, drama keluarga, dan sinetron misteri. Sinetron bernuansa religius
akan segera menggantikan booming reality showmisteri yang sebelumnya melanda layar kaca. Sinetron-sinetron jenis ini patut dipuji karena isinya penuh dengan makna.
Sinetron tersebut tidak hanya menghibur, tetapi tayangan semacam ini membawa nilai-nilai tertentu untuk disampaikan kepada pemirsa. Itulah sebabnya ada yang
menyebut sinetron tersebut sebagai “tontonan sekaligus tuntunan”.
43
42
Amura, Perfilman di Indonesia: Dalam Era Orde Baru hal.115
43
Maja lah Alia, edisi Juni 2005. “Banjir Sinetron Religius”