Pengaruh Perubahan Lingkungan terhadap Siklus Hidup Ulat Bulu

Berdasarkan grafik tersebut memperlihatkan bahwa pada akhir dari perubahan akan menuju pada keseimbangan ekosistem.

D. Pengaruh Perubahan Lingkungan terhadap Siklus Hidup Ulat Bulu

Ulat bulu yang menyerang tanaman produksi di sejumlah tempat di beberapa daerah berasal dari famili Lymantriidae atau kupu-kupu yang berkeliaran pada malam hari. Berikut adalah siklus hidup dari ulat bulu ; Gambar 18.2.3. Ulat bulu detik.com Gambar 18.2.1 . Grafik perubahan komponen biotik dalam suatu ekosistem Fitrihidajati, 2010. Gambar 18.2 .2. Harimau yang sedang memburu mangsa Fitrihidajati,2010 MODUL PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI BIOLOGI 231 Gambar 18.2.4. Siklus hidup ulat bulu detik.com Secara umum, rata-rata siklus hidup telur, larva bentuk ulat hingga menjadi kupu-kupu malam ngengat adalah sekitar 30 hari. Namun siklus hidup ulat bulu yang ada sekarang lebih cepat 3-4 hari dari biasanya. Siklus pendek ini merupakan gambaran umum dari perubahan ekosistem Ubaidillah dalam detik.com.,Rabu:1342011. Siklus yang lebih pendek ini, menurutnya terjadi manakala terpenuhinya host plant atau inang sehingga menyediakan suplai makanan bagi makhluk tersebut. Fase telur membutuhkan waktu 6-7 hari. Pada fase larva ada 4 tahapan instar yang masing-masing instar membutuhkan waktu 3-4 hari. Setelah itu, masuk fase pre-pupa yang butuh waktu 2 hari. Lalu di tahapan pupa butuh waktu 7 hari, sehingga perkembangannya umumnya sekitar 26-30 hari. Dinamika peningkatan populasi ulat bulu penyebabnya ada perubahan ekosistem, baik perubahan komponen biotik maupun komponen abiotik. Pada dasarnya rangkaian perubahan ekosistem berpengaruh terhadap komponen ekosistem. Komponen ini berubah ketika ada hal-hal di alam yang berubah. Perubahan ekosistem menyebabkan hilangnya faktor keseimbangan alami untuk sementara waktu. Sebagai suatu sistem, alam juga memiliki komponen-komponen yang menciptakan keseimbangan. Saat salah satu komponen mengalami gangguan, keseimbangan itu akan terganggu. Begitu juga dengan yang terjadi dengan famili Limantriidae ulat bulu saat ini. Fenomena meningkatnya populasi ulat bulu, salah satunya disebabkan oleh faktor biotik misalnya berkurangnya pemangsa alaminya, seperti burung, kelelawar, dan semut rangrang, dan musuh alaminya, misalnya parasitoid. Berkurangnya pemangsa alami dan peningkatan ulat bulu juga dipengaruhi unsur abiotik. Perubahan iklim global menjadi faktor utama. Akibat adanya perubahan iklim, terjadi perubahan suhu dan kelembaban udara. Pada dasarnya semua makhluk hidup punya kemampuan adaptasi terhadap perubahan alam yang terjadi. 232 MODUL PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI BIOLOGI Perubahan suhu dan kelembaban udara bisa saja mengakibatkan pemangsa alami ulat bulu berkurang, sebaliknya hal ini mengakibatkan populasi ulat bulu menjadi meningkat. Tetapi, ini tidak akan berlangsung lama karena alam punya mekanisme penyeimbang. Pemangsa alami dan faktor penyeimbang hayati lainnya akan kembali berfungsi normal dan dinamika populasi ulat bulu akan kembali normal sebagaimana sebelumnya. Populasi predator pemakan ulat seperti Burung Prenjak, Jalak dan Cinenen berkurang cukup signifikan hingga mencapai 80 persen dari populasi sebelumnya. Hal ini disebabkan ada perburuan liar yang dilakukan secara besar-besaran sebagai komoditas perdagangan menjadikan populasi burung liar pemakan ulat ini menurun drastis, sehingga ulat-ulat tersebut bisa berkembangbiak dengan leluasa karena musuh utamanya sudah tidak ada. Sebagai contoh di wilayah Malang, populasi predator berupa burung liar pemakan ulat serangga tersebut juga sudah hampir punah. Jika proses perburuan burung pemakan serangga ini dilakukan secara besar- besaran dan terus menerus akan memicu terjadinya bencana ekologi. Akibatnya, akan terjadi ledakan populasi kupu-kupu dan ulat di luar kendali. Hujan yang terus menerus mengakibatkan musuh alami ulat bulu, yakni sejenis predator bernama Braconid dan Apanteles tidak mampu bertahan hidup, sehingga musuh alami itu tidak bisa mengontrol populasi ulat bulu yang semakin banyak, dan berkembangbiak dengan cepat, bahkan menyebar ke lingkungan penduduk. Selain faktor di atas ada alasan lain yaitu dulu habitat ulat bulu sudah ada pada lingkungan tertentu karena serangga ini adalah bagian dari ekosistem yang memiliki manfaat bagi lingkungannya. Yang lazim terjadi adalah peningkatan populasi, bukan serangan ulat bulu. Sebab, jenis ini tidak memiliki kemampuan menyebar secara luas, sebagaimana wereng. Kecuali jika ia terbawa secara tidak sengaja. Dulu serangga jenis ngengat atau kupu-kupu malam ini terkonsentrasi di beberapa kawasan hutan. Famili Lymantridae umumnya hidup di hutan dataran rendah, Saat ini keberadaan hutan dataran rendah yang banyak terdapat di Jawa dan Sumatera, sudah banyak berkurang dan berubah. Selain itu terdapat penanaman pohon secara homogen, yakni jenis mangga-manggaan atau dari suku suku Anacardiaceae yang menjadi makanan bagi larva jenis Lymantridae. Hanya serangga yang tersedia makanannya secara homogen yang populasinya meledak. Kompas.com., Rabu, 11 April 2011 MODUL PLPG 2014 | PENDALAMAN MATERI BIOLOGI 233 Kompetensi Guru Mata Pelajaran : 1.8. Memahami lingkup dan kedalaman biologi sekolah Indikator Esensial : 1.8.4. Mengaplikasikan pengetahuan tentang karakter suatu ekosistem dalam suatu contoh

A. PENGERTIAN EKOSISTEM