Sarana Prasarana ± 5 Perencanaan dan Perancangan Lanskap Beberapa Tapak di Kawasan PT. RAPP Pangkalan Kerinci, Riau (Kegiatan Magang PT. Riau Andalan Pulp and Paper)

satu atau lebih sistem silvikultur dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan kayu maupun non kayu. Selanjutnya menurut CIFOR, Hutan Tanaman Industri HTI adalah sebidang luas daerah yang sengaja ditanami dengan tanaman industri terutama kayu dengan tipe sejenis dengan tujuan menjadi sebuah hutan yang secara khusus dapat dieksploitasi tanpa membebani hutan alami. Hasil hutan tanaman industri berupa kayu bahan baku pulp dan kertas jenis tanaman akasia serta kayu pertukangan meranti, di Indonesia mulai dikembangkan sejak tahun 1990-an di Sumatera Selatan dan Riau. Kebijakan yang dikeluarkan Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman 2009, menyebutkan bahwa: 1. Pembangunan HTI diutamakan pada hutan tidak produktif UU No. 4199, Pelaksanaan pembangunan HTI menerapkan sistem silvikultur Tebang Habis dengan Permudaan Buatan THPB. 2. Pelaksana pembangunan HTI dilakukan oleh BUMN, BUMS PMDNPMA berbadan Hukum Indonesia, Koperasi, Perorangan. 3. Melibatkan instansi terkait BKPM, Deprin, Depdag, KLH, Menkeu dan Pemerintah Daerah. 4. Pendanaan bersumber dari dana sendiri maupun pinjaman dari Pemerintah. 5. Menggunakan tenaga-tenaga profesional kehutanan. 6. Target tanaman HTI sampai dengan tahun 2009 seluas 5 juta hektar dan pada tahun 2014 seluas 9 juta hektar tanaman HTI efektif sebesar 50 sd 70 dari luas izin konsesi HTI Menurut Mandat UU No.41 Tahun 1999 tata ruang pembangunan Hutan Tanaman Industri, dalam pembangunan HTI di setiap unit usaha telah diatur tata penggunaan lahannya atau tata ruangnya yang terlihat pada Gambar 1sebagai berikut :

a. Areal Tanaman Pokok ±70 b. Areal Tanaman Unggulan ± 10

c. Areal Tanaman Kehidupan ± 5 d. Kawasan Lindung ± 10

e. Sarana Prasarana ± 5

Gambar 1. Mosaik Ruang HTI Sumber : Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman, 2009 Menurut Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman 2009, tujuan pembangunan HTI adalah: 1. Meningkatkan produktivitas hutan produksi, dalam rangka pemenuhan kebutuhan bahan baku industri perkayuan dan penyediaan lapangan usaha pertumbuhan ekonomipro-growth, penyediaan lapangan kerja pro-job, pemberdayaan ekonomi masyarakat sekitar hutan pro-poor dan perbaikan kualitas lingkungan hidup pro-environment; 2. Mendorong daya saing produk industri perkayuan penggergajian, kayu lapis, pulp and paper, meubel, dll untuk kebutuhan dalam negeri dan ekspor Selanjutnya menurut Direktorat Bina Pengembangan Hutan Tanaman 2009, Peraturan Pembangunan Hutan Tanaman Industri adalah sebagai berikut: 1. PP No. 7 TH. 1990 a. Areal hutan yang dapat diusahakan sebagai areal HTI adalah kawasan hutan produksi HP yang tidak produktif Pasal 5 ayat 1. b. SK Menhut No. 200Kpts-II1994; kriteria HP tidak produktif ditandai dengan : pohon inti yang berdiameter 20 cm kurang dari 25 batangha, pohon induk 10 batangha.Pohon induk 10 batangha, permudaan alamnya kurang, yaitu : semai 1000 batangha, dan atau pancang 240 batangha, dan atau tiang 75 batangha. 2. PP No. 6 Th. 1999 Tgl. 27 Januari 1999 Hak pengusaan hutan tidak dapat diberikan dalam areal hutan yang telah dibebani hak yang telah ada sebelumnya Pasal 13. 3. UU No. 411999 tgl 30 Sept. 1999 peraturan pelaksanaannya a. Usaha pemanfaatan hutan tanaman diutamakan dilaksanakan pada HP yang tidak produktif dalam rangka mempertahankan hutan alam penjelasan Pasal 28 ayat 1. b. SK Menhut No. 10.1Kpts-II2000 tanggal 6 November 2000 tentang Kriteria HP untuk HTI : penutupan vegetasi non hutan semak belukar, padang alang-alang, dan tanah kosong atau areal bekas tebangan yang kondisinya rusak dgn potensi kayu bulat berdiameter 10 cm utk semua jenis kayu dengan kubikasi tdk lebih dr 5m kubik perhektar Bab III Pasal 3 ayat 4. 4. PP. 342002 tanggal 8 Juni 2002 a. usaha pemanfaatan hasil hutan pada hutan tanaman, dilaksanakan pada lahan kosong, padang alang-alang, dan atau semak belukar di hutan produksi. Pasal 30 ayat 3. b. Terhadap HPH yang diberikan berdasarkan ketentuan ini dan HPHH yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan Per-UU-an sebelum ditetapkannya PP. ini tetap berlaku sampai haknyaizinnya berakhir. Bab X Pasal 99 huruf a 5. PP. 62007 tanggal 8 Januari 2007 Jo PP.3 2008 a. Pemanfaatan hasil hutan kayu pada HTI dilakukan pada hutan produksi yang tidak produktif Pasal 38 ayat 3. Lebih lanjut bahwa pengertian produksi yang tidak produktif adalah hutan produksi yang dicadangkan oleh Menteri sebagai areal pembangunan hutan tanaman. Dengan demikian areal untuk IUPHHK-HTI dikembalikan sesuai dengan penjelasan Pasal 28 ayat 1 UU 411999. b. Berdasarkan Permenhut No. P.11Menhut-II2009 bahwa sistem silvikultur HTI harus sesuai dengan tapaknya Tebang pilih, Tebang Habis, atau Tebang Jalur

2.4 Ekowisata