Perancangan Lanskap Perencanaan dan Perancangan Lanskap Beberapa Tapak di Kawasan PT. RAPP Pangkalan Kerinci, Riau (Kegiatan Magang PT. Riau Andalan Pulp and Paper)

berkesesuaian, menyatukan yang sesuai, dan memilih yang kompetitif, serta menghubungkan setiap fungsi yang dikhususkan pada keseluruhan kawasan lanskap yang dilihat sebagai suatu bentuk wadah kehidupan. Gold 1980 menambahkan bahwa perencanaan lanskap merupakan penyesuaian program dengan suatu lanskap untuk menjaga kelestariannya. Proses perencanaan lanskap terdiri atas enam tahap, yaitu: persiapan, inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Dalam perencanaan lanskap suatu daerah dimana didalamnya terdapat aktivitas rekreasi, membutuhkan informasi yang mengintegrasikan manusia dengan waktu luang dimana pengalokasian sumber daya dilakukan untuk menghubungkan waktu luang dengan kebutuhan masyarakat dan areal perencanaan. Proses perencanaan lanskap tersebut dapat didekati melalui empat cara yaitu: 1. Pendekatan sumber daya, sumber daya fisik atau alami akan menentukan tipe dan jumlah aktivitas pada tapak. Pertimbangan terhadap lingkungan akan menentukan perolehan dan penyelamatan ruang dimana kebutuhan pemakai atau pun sumber dana tidak terlalu dipertimbangkan. 2. Pendekatan aktivitas, aktivitas yang ada pada masa lampau dan saat ini dijadikan dasar pertimbangan perencanaan sarana dan prasarana dalam tapak di masa yang akan datang. Perhatian difokuskan pada permintaan dimana faktor sosial lebih dipertimbangkan dari pada faktor lainnya. 3. Pendekatan ekonomi, tingkat ekonomi dan sumber finansial masyarakat digunakan untuk menentukan jumlah, tipe dan lokasi yang potensial untuk dikembangkan. Dalam hal ini faktor ekonomi merupakan pertimbangan utama. 4. Pendekatan perilaku, yang menjadi pusat perhatian adalah rekreasi sebagai pengalaman, alasan berapresiasi, bentuk aktivitas yang diinginkan dan dampak aktivitas tersebut terhadap seseorang.

2.6 Perancangan Lanskap

Menurut Laurie 1990, perancangan lanskap merupakan tahap lebih lanjut dari suatu perencanaan tapak dengan menerapkan prinsip-prinsip desain. Nurisjah dan Pramukanto 2004 menambahkan bahwa perancangan adalah suatu proses pengembangan konsep perencanaan secara terperinci. Perancangan tersebut menyajikan rencana spesifik mengenai elemen-elemen lanskap yang terdapat pada suatu tapak. Reid 1993 menyatakan bahwa perancangan lanskap suatu kawasan harus mengikuti prinsip-prinsip desain. Penerapan prinsip-prinsip desain tersebut bertujuan untuk menghasilkan karya lanskap yang berdaya guna, bernilai indah, dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip desain di dalam perancangan lanskap, terdiri dari: 1. Unity, merupakan sifat kesatuan dan keterkaitan antara elemen-elemen pembentuk tapak yang dapat dihasilkan melalui pengulangan. 2. Harmony, merupakan keserasian dan keselarasan antara elemen-elemen pembentuk tapak dengan lingkungan sekitarnya. 3. Interest, merupakan kekuatan desain dan elemen-elemen pembentuk tapak yang mampu menimbulkan rasa ketertarikan. 4. Emphasis, merupakan penekanan atau kontras untuk menghasilkan vocal point pada bagian elemen-elemen pembentuk tapak. 5. Balance, merupakan keseimbangan antara elemen-elemen pembentuk tapak melalui pengaturan secara simetri, asimetri, dan radial. 6. Scale, merupakan perbandingan relatif yang proporsional antara tinggi, panjang, lebar, massa, volume, dari masing- masing elemen pembentuk tapak. 7. Sequence, merupakan keteraturan arah, kecepatan, dan model dari pergerakan pengunjung di dalam tapak. Menurut Gold 1980, proses perancangan lanskap dimulai dari tahap inventarisasi, analisis, sintesis, kemudian dihasilkan suatu konsep desain dalam bentuk master plan. Selanjutnya, master plan tersebut diuraikan secara rinci dalam gambar detail dan desain tapak. Penelitian, eksperimen, dan flesksibilitas selalu dilakukan pada masing-masing tahapan tersebut untuk mendapatkan hasil yang akurat. Menurut Booth 1983, proses perancangan sampai pada konstruksi harus memberikan pemikiran yang logikal dan kerja tim yang baik dalam menciptakan sebuah desain, dapat memberikan informasi yang jelas tentang desain, memberikan solusi alternatif yang terbaik, serta menjelaskan solusi tersebut kepada klien. Dalam hal ini perancangan lanskap untuk pengembangan wisata alam akan menghasilkan sebuah desain yang menarik yang berbasis ramah liingkungan, sehingga fungsi dari kawasan tersebut dapat berjalan dengan baik dengan mengikuti tahapan proses desain yang ada. Proses desain tersebut, yaitu: 1. Penerimaan proyek Project acceptance 2. Riset dan Analisis Research and analysis a. Persiapan peta dasar b. Inventarisasi dan analisis c. Wawancara dengan klien d. Pengembagan program 3. Desainperancangan Design a. Diagram fungsi b. Diagram hubungan tapak c. Concept plan d. Studi bentuk perancangan e. Preliminary design f. Schematic plan g. Master plan h. Design development 4. Gambar-gambar Konstruksi Construction Drawings a. Layout plan b. Grading plan c. Planting plan d. Construction details 5. Pelaksanaan Implementation 6. Evaluasi Setelah Konstruksi Post-Contruction Evaluation Maintenance 7. Pengelolaan Maintenance Harris dan Dines 1988 menyatakan bahwa sasaran dari perancangan lanskap adalah kelayakan dan respon terhadap keadaan sekitarnya. Informasi karakter tapak secara total, baik kondisi eksisting maupun rencana yang diusulkan sangat diperlukan oleh perancang. Keberhasilan seorang perancang salah satunya dapat dilihat dari tanggapan dan adaptasi oleh pengguna. Desain ruang dapat memberikan dampak yang berbeda pada fisik, fisiologis, dan psikologis manusia. Fisik berkaitan erat dengan hubungan antara ukuran skala manusia dan bentuk lingkungan. Kebutuhan fisiologis manusia dipengeruhi oleh ketersediaan makanan, udara, air, dan hal-hal yang memberikan kenyamanan. Pengaruh psikologis tergantung pada pengorganisasian ruang, misalnya gerakan, keriangan, keberanian, ketegasan, keheningan, dan perenungan Simonds dan Starke, 2006 III. METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu Magang