3. Keikutsertaan dan pemberdayaan masyarakat setempat sebagai bagian dari upaya menyadarkan, memampukan, memartabatkan, dan memandirikan
rakyat menuju peningkatan kesejahteraan dan mutu hidup, dengan bertumpu pada kegiatan usaha masyarakat itu sendiri, serta peningkatan keahlian
profesi. 4. Pengembangan dan penyajian daya tarik wisata dalam bentuk program-
program penafsiran lingkungan alam dan budaya setempat dengan muatan pembelajaran dan rekreasi.
Ekowisata dipahami sebagai suatu konsep pengembangan dan
penyelenggaraan pariwisata berbasis pemanfaatan lingkungan untuk perlindungan dan pelestarian, berintikan partisipasi masyarakat dengan penyajian produk
bermuatan pendidikan, pembelajaran dan rekreasi, berdampak negatif minimal, dan memberikan sumbangan positif terhadap pembangunan ekonomi daerah, yang
diberlakukan bagi kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan alam binaan, serta kawasan budaya Sekartjakrarini, 2009.
2.5 Perencanaan Lanskap
Perencanaan lanskap adalah salah satu bentuk produk utama dalam kegiatan arsitektur lanskap. Perencanaan lanskap ini merupakan suatu bentuk kegiatan
penataan yang berbasis pada lahan land based planning melalui kegiatan pemecahan masalah yang dijumpai dan merupakan proses untuk pengambilan
keputusan berjangka panjang guna mendapatkan suatu model lanskap atau bentang alam yang fungsional, estetika dan lestari yang mendukung berbagai
kebutuhan dan keinginan manusia dalam upaya meningkatkan kenyamanan dan kesejahteraan termasuk kesehatannya. Secara praktikal dinyatakan bahwa
kegiatan merencana suatu lanskap adalah suatu proses pemikiran dari suatu ide, gagasan atau konsep ke arah suatu bentuk lanskap atau bentang alam yang nyata.
Nurisyah dan Pramukanto 2008. Selanjutnya menurut Nurisyah dan Pramukanto 2008 bahwa perencanaan
lanskap berfungsi utama sebagai suatu panduan saling keterkaitan yang komplek antara berbagai fungsi yang pada suatu lahan, bentang alam, atau ekosistem.
Sebagai contoh dengan memisahkan fungsi-fungsi lahan yang tidak
berkesesuaian, menyatukan yang sesuai, dan memilih yang kompetitif, serta menghubungkan setiap fungsi yang dikhususkan pada keseluruhan kawasan
lanskap yang dilihat sebagai suatu bentuk wadah kehidupan. Gold 1980 menambahkan bahwa perencanaan lanskap merupakan
penyesuaian program dengan suatu lanskap untuk menjaga kelestariannya. Proses perencanaan lanskap terdiri atas enam tahap, yaitu: persiapan, inventarisasi,
analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Dalam perencanaan lanskap suatu daerah dimana didalamnya terdapat aktivitas rekreasi, membutuhkan
informasi yang mengintegrasikan manusia dengan waktu luang dimana pengalokasian sumber daya dilakukan untuk menghubungkan waktu luang dengan
kebutuhan masyarakat dan areal perencanaan. Proses perencanaan lanskap tersebut dapat didekati melalui empat cara yaitu:
1. Pendekatan sumber daya, sumber daya fisik atau alami akan menentukan tipe dan jumlah aktivitas pada tapak. Pertimbangan terhadap lingkungan akan
menentukan perolehan dan penyelamatan ruang dimana kebutuhan pemakai atau pun sumber dana tidak terlalu dipertimbangkan.
2. Pendekatan aktivitas, aktivitas yang ada pada masa lampau dan saat ini dijadikan dasar pertimbangan perencanaan sarana dan prasarana dalam tapak
di masa yang akan datang. Perhatian difokuskan pada permintaan dimana faktor sosial lebih dipertimbangkan dari pada faktor lainnya.
3. Pendekatan ekonomi, tingkat ekonomi dan sumber finansial masyarakat digunakan untuk menentukan jumlah, tipe dan lokasi yang potensial untuk
dikembangkan. Dalam hal ini faktor ekonomi merupakan pertimbangan utama.
4. Pendekatan perilaku, yang menjadi pusat perhatian adalah rekreasi sebagai pengalaman, alasan berapresiasi, bentuk aktivitas yang diinginkan dan
dampak aktivitas tersebut terhadap seseorang.
2.6 Perancangan Lanskap