SISTEM RANTAI PASOK MINYAK SAWIT KASAR PENELITIAN TERDAHULU

12

F. SISTEM RANTAI PASOK MINYAK SAWIT KASAR

Peran dari agroindustri minyak sawit kasar menjadi sangat sentral karena berperan sebagai pemasok bahan baku bagi industri hilir yang membutuhkan. Bentuk dari rantai pasok agroindustri berbasis kelapa sawit bila digambarkan mengikuti pohon industrinya membentuk rantai yang bercabang dan kompleks. Fokus penelitian ini adalah minyak sawit kasar maka skema yang ditampilkan pada bagian ini adalah sistem rantai pasok agroindustri saja. Djohar et.al 2003 melakukan penelitian manajemen rantai pasok minyak sawit kasar mulai dari kebun sampai pabrik saja dengan sumber pasokan bahan baku yaitu kebun afdeling milik perusahaan itu sendiri. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan dapat dilanjutkan untuk permasalahan yang melibatkan tangki timbun pelabuhan untuk dikirim ke konsumen berikutnya. Gambar 4 adalah skema umum dari sebuah sistem rantai pasok agroindustri minyak sawit kasar yang terdiri dari kebun, pabrik, tangki timbun pelabuhan dan konsumen industri. Gambar 4. Sistem rantai pasok agroindustri minyak sawit kasar

G. PENDEKATAN SISTEM DAN DINAMIKA SISTEM

Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal berikut : 1 mencari semua faktor penting yang ada dalam masalah dan 2 dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional Eriyatno, 2003. Dinamika sistem merupakan salah satu metodologi yang digunakan dalam pendekatan sistem dengan memanfaatkan bantuan komputer untuk menganalisa dan memecahkan masalah rumit dengan fokus pada analisa dan desain kebijakan Sterman, 2000. Sistem dinamik pada awalnya digunakan untuk mengkaji dinamika industri oleh JW Forrester dari Massachussets Institute of Technology MIT lalu hasilnya didokumentasikan dalam buku yang terkenal pada tahun 1962 yang berjudul Industrial Dynamics. Penelitian permodelan dinamika sistem dalam manajemen rantai pasokan dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu : 1 pemodelan untuk membangun teori, 2 pemodelan untuk memecahkan masalah dan 3 untuk memperbaiki pendekatan pemodelan Angerhofer and Angelides, 2000. Menurut Bell et.al 2003, tahapan dalam membuat model yang meggunakan metodologi dinamika sistem di dalam memahami dinamika manajemen rantai pasokan dapat dirinci sebagai berikut :  Memahami dan mengkaji sistem Dalam langkah ini terlebih dahulu harus didefinisikan batas model yang akan dikaji. Batas model tersebut memisahkan proses-proses yang menyebabkan adanya tendensi internal yang diungkapkan dari proses-proses yang mempresentasikan pengaruh-pengaruh eksogeneous. 13 Batas model tersebut akan menggambarkan cakupan analisis tersebut dan alan meliputi semua interaksi sebab akibat yang berhubungan dengan isu tersebut.  Mengembangkan diagram sebab akibat causal loop dari sistem Setelah batas model dapat didefinisikan, suatu struktur lingkar umpan balik feedback loops yang berinteraksi barulah dapat dibentuk. Struktur umpan balik tersebut merupakan blok pembentuk model yang diungkapkan melalui lingkaran-lingkaran tertutup  Mengembangkan diagram alir level dan rate dari sistem Berdasarkan lingkar sebab akibat dibangun diagram level dan rate dari sistem. Dalam diagram tersebut akan digambarkan berbagai interaksihubungan antar entitas dalam sistem. Pengembangan diagram level dan rate tersebut dilakukan dengan bantuan perangkat lunak seperti Stella, Vensim dan Powersim Tasrif, 2004  Mengembangkan model dari sistem Dalam langkah ini, model diformulasikan sebagai representasi atau abstraksi dari seluruh interaksi yang terjadi pada sistem yang dikaji.  Menguji asumsi model Setelah model eksplisit suatu persoalan diformulasikan, dilakukan suatu kumpulan pengujian terhadap kesahihan model dan sekaligus pula mendapatkan pemahaman terhadap tendensi-tendensi internal sistem.  Melakukan simulasi Simulasi dilakukan untuk menilai dampak perubahan-perubahan parameter terhadap sistem yang dikaji.  Menyampaikan rekomendasi kebijakan Berdasarkan hasil simulasi akan dihasilkan rekomendasi kebijakan yang tepat dalam upaya mencapai tujuan sistem.

1. Diagram Sebab Akibat Causal Loop Diagram

Berpikir sistem merupakan paradigma dari sistem dinamik. Berpikir sistem merupakan upaya memahami struktur dari sebuah sistem yang diamati kemudian mempelajari pola perilaku untuk disimpulkan kejadian yang terjadi pada sistem tersebut. Umpan balik sebagai konsep utama dalam berpikir sistem, bersifat kompleks dan holistik dalam realitanya. Untuk merepresentasikan dan menguraikan sebuah realita yang kompleks dan agar lebih mudah dipahami, dalam sistem dinamik, dikenal diagram sebab akibat causal loop diagram. Sterman 2000 pada bukunya, menyatakan tiga poin esensi dari CLD, yaitu 1 mudah dalam pembentukan hipotesis penyebab dinamika, 2 menghasilkan model mental individu atau kelompok dan 3 komunikasi umpan balik efektif dalam pemecahan suatu masalah. CLD terdiri dari variabel yang saling berhubungan satu sama lain ditunjukkan dengan tanda panah untuk menandakan pengaruh hubungan antar variabel. Variabel A berhubungan saling mempengaruhi dengan variabel B, variabel A mengakibatkan terjadinya variabel B atau variabel B merupakan faktor vital terjadinya variabel A. Dalam realitanya, sering dijumpai bahwa variabel A yang mengakibatkan terjadinya variabel B, yang kemudian akan menjadi faktor pembentuk variabel A kembali. Misalnya, penggunaan botol plastik sebagai kemasan minuman akan mengakibatkan meningkatnya produksi sampah botol plastik, yang kemudian didaur ulang untuk menghasilkan botol plastik kembali. Kejadian diatas merupakan ilustrasi sederhana untuk memudahkan pengertian sebab akibat tersebut. 14 Pola hubungan antara dua variabel memiliki dampak pengaruh yang diberikannya. Pengaruh ters ebut dapat berupa pengaruh positif menguatkan, disimbolkan dengan huruf “R” reinforcement, artinya jika A meningkat maka B akan meningkat dan juga sebaliknya. Hubungan lain dapat berupa pengaruh negatif menyeimbangkan, disimbolkan huruf “B” balance, artinya jika A meningkat, maka B akan menurun, dan berlaku juga sebaliknya. Hubungan terakhir dapat berupa hubungan yang memberikan pengaruh tapi terdapat penundaan delay, artinya A menunda akibat pada B.

2. Pola Dasar Perilaku Sistem

Struktur sistem yang terbentuk dari beberapa gabungan simpal kausal dan dengan kombinasi pengaruh yang diberikan memberikan corak terhadap perilaku sistem. Perilaku sistem berbeda-beda, sehingga menghasilkan kinerja sistem yang telah dipelajari dan diidentifikasi oleh para ahli SD, yaitu : pertumbuhan eksponensial, mencari tujuan, bergelombang dan S-shaped growth. Interaksi dari keempat pola dasar dapat membentuk pola lagi yang lebih kompleks Rohmatulloh, 2007. Pola perilaku pertumbuhan eksponensial atau disebut juga pola bola salju dibangkitkan oleh dominasi pengaruh positif. Umpan balik positif memberi efek perubahan penguatan dengan banyaknya kejadian perubahan. Perubahan pertumbuhannya lambat kemudian bergerak cepat. Gambar 5 adalah contoh struktur sistem dan pola perilaku model simpanan uang di bank konvensional. Semakin besar saldo simpanan berpengaruh terhadap besarnya bunga yang diterima. Gambar 5. Pertumbuhan eksponensial Pola perilaku mencari tujuan dibentuk oleh umpan balik negatif yang simpalnya mencari tujuan keseimbangan dan statis. Simpal umpan balik negatif bekerja memberikan pengaruh terhadap sistem untuk mencapai tujuan atau keadaan yang diinginkan. Pola ini mirip seperti sistem tindakan koreksi dengan penundaan yang dibahas pada bagian pola gelombang. Gambar 6 adalah contoh struktur sistem dan pola perilaku pada pengaturan suhu temperatur. 15 Gambar 6. Mencari tujuan Pola perilaku bergelombang adalah mencari tujuan yang dibangkitkan oleh simpal umpan balik negatif tetapi dengan penambahan penundaan. Pola ini mempunyai perilaku tindakan perbaikan dengan penundaan. Kejadian antara yang diinginkan dan aktual menimbulkan kesenjangan. Untuk memecahkan masalah itu diperlukan tindakan koreksi tetapi mengalami penundaan, artinya koreksi tidak langsung menghasilkan sebuah perbaikan, sehingga masalah akan meningkat yang berakibat tindakan koreksi kedua lebih besar dari pertama. Kejadian ini berlanjut terus dan menimbulkan kejadian naik turun bergelombang. Gambar 7 adalah contoh struktur sistem dan pola perilaku pada jasa layanan. Gambar 7. Gelombang Pola batas pertumbuhan awalnya pertumbuhan eksponensial tetapi secara pelan dan lambat menuju pada kondisi pencapaian sistem yang berada pada keseimbangan, sehingga seperti membentuk huruf “S”. Pola yang disebut juga batas pertumbuhan merupakan kombinasi simpal positif dan negatif. Pola batas pertumbuhan memiliki empat unsur, yaitu kejadian aktual, kejadian diinginkan, kesenjangan dan tindakan koreksi. Kesenjangan kejadian diinginkan dengan aktual yang timbul untuk memecahkan masalah diperlukan tindakan koreksi yang pada awalnya besar dan makin lama kecil menuju nol. Jika terdapat penundaan, tindakan koreksi berikutnya akan melewati batas kejadian yang diinginkan selanjutnya menurun kembali. Demikian seterusnya jika batas adalah sumber yang dapat diperbaharui, maka terjadi gelombang pada keadaan tunak. Gambar 8 adalah contoh struktur dan pola perilaku pada kasus penjualan. 16 Gambar 8. Batas pertumbuhan

3. Stock Flow Diagrams SFD

SFD, sebagai salah satu dari dua konsep utama sistem dinamik, adalah akumulasi atau pengumpulan dan karakteristik keadaan sistem dan pembangkit informasi, dimana aksi dan keputusan didasarkan padanya. Stock digabungkan dengan rate atau flow sebagai aliran informasi sehingga stock menjadi sumber ketidakseimbangan dinamis dalam sistem. SFD secara umum dapat diilustrasikan dengan sebuah sistem parkir kendaraan yang dihubungkan dengan aliran mobil yang masuk dan yang keluar. Kedua aliran masuk dan keluar sebagai pengontrol slot yang tersedia dalam parkir. Besar kecilnya nilai dalam stock dan flow berdasarkan perhitungan persamaan matematik integral dan differensial. Persamaan matematik stock merupakan integrasi dari nilai inflow dan outflow . Gambar 9. Stock flow diagrams

H. PENELITIAN TERDAHULU

Beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian ini, diantaranya Hadiguna 2010 dalam disertasinya mengkolaborasikan manajemen risiko dengan manajemen rantai pasok sehingga menghasilkan suatu sistem penunjang keputusan yang dapat menganalisis risiko mutu dan optimasi sistem rantai pasok di setiap unit operasional. Dalam penelitian yang dilakukan ini juga dirumuskan model matematik untuk manajemen panen-angkut-olah secara kuantitatif dan membangun cara penilaian risiko operasional rantai pasok secara kuantitatif. Kemudian, Jayaprawira 2010 merancang sebuah model portofolio risiko yang memperhatikan beberapa aspek risiko yang relevan yang mampu mencapai tujuan perusahaan dan mempertahankan kinerja perusahaan. Korporasi agroindustri kelapa sawit di Indonesia disarankan untuk menerapkan dan mengembangkan sistem manajemen risiko yang bersifat menyeluruh terintegrasi melalui Enterprise Risk Management ERM dengan membentuk unit kerja tersendiri yang secara khusus menangani pengelolaan risiko, disesuaikan dengan kemampuan dan tingkat kepentingan korporasi terhadap eksposur risiko yang sedang dan akan dihadapi. 17 Simchi-Levi et.al dalam Hadiguna 2010 merumuskan obyektif dari manajemen rantai pasok dan manajemen logistik. Objektif dari manajemen rantai pasok adalah minimisasi biaya sepanjang keseluruhan sistem dari transportasi dan distrribusi ke persediaan bahan baku, barang dalam proses dan produk jadi. Penekanan dari obyektif manajemen rantai pasok adalah pendekatan sistem karena mencakup prinsip-prinsip holistik. Objektif dari manajemen logistik adalah minimisasi biaya sistem secara luas meliputi biaya produksi dan pembelian, biaya simpan persediaan, biaya fasilitas dan biaya transportasi dengan pembatas keragaman kebutuhan tingkat pelayanan. Manajemen logistik sangat menekankan transportasi, lokasi dan persediaan dalam upaya memenuhi kepuasan pelanggan dan pemangku kepentingan, sedangkan manajemen rantai pasok sangat menekankan siklus dari keseluruhan rantai untuk memenuhi kepuasan pelanggan dan pemangku kepentingan. Dalam mengidentifikasi sumber-sumber risiko, telah banyak pendekatan dan metode yang dikembangkan. Menurut Klimov dan Merkuryev dalam Suharjito et.al 2011 terdapat dua metode utama untuk menilai dan mengevaluasi risiko rantai pasok. Pertama adalah berdasar pendapat pakar kualitatif dan kedua penilaian secara statistik kuantitatif. Jayaprawira 2010 dalam disertasinya terkait identifikasi sumber-sumber dan faktor risiko yang signifikan menggunakan metode AHP untuk mengidentifikasi risiko dalam jaringan rantai pasok. Hadiguna 2010 menggunakan metode Non- Numeric Multi Expert Criteria Decision Making dalam penilaian risiko mutu dikombinasikan dengan teknik Ordered Weighting Average OWA sebagai agregasi penilaiannya.Sedangkan beberapa model kuantitatif manajemen risiko rantai pasok juga telah dikembangkan oleh Kuhon 2007 dengan menghitung nilai dampak krisis Crisis Impact Value berdasarkan faktor peluang krisis Probability Factor , tingkat pengaruh Degree of Influence dan biaya intervensi Cost of Intervention. Studi mengenai kedinamisan rantai pasok juga telah dilakukan oleh Perdana 2009 dan Low Chen 2009. Perdana 2009 mengungkapkan lima komponen pembentuk model dinamik manajemen rantai pasokan agroindustri teh hijau yang efisien dan berkeadilan, yaitu struktur jaringan rantai pasokan, rekayasa kualitas, sistem produksi, inovasi kelembagaan dan sistem pengukuran kerja yang berimbang. Terkait dengan studi kedinamisan penilaian kinerja, Rohmatulloh 2007 mengkaji serta merancang model dinamik sistem penilaian kinerja sebagai alat bantu untuk mengenal pola perilaku permasalahan manajerial kinerja PG. Studi mengenai kedinamisan lainnya tampak dalam hasil tulisan Mariana 2005 yang berupaya untuk menganalisis dan meyusun sistem pengambilan keputusan dalam investasi produk energi biomas berdasar minyak kelapa sawit atau disebut Biodiesel Kelapa Sawit BDS. Terkait dengan penentuan armada transportasi yang akan dijelaskan dalam isi tulisan ini pada bab-bab berikutnya, Oktavia 2000 dan Hadiguna 2010 menjadi acuan pemodel dalam pemetaan konsep model penentuan truk. Oktavia 2000 menentukan jumlah armada dengan memperhitungkan adanya sistem antrian dalam cakupan pabrik, sedangkan Hadiguna 2010 menggunakan formulasi matematik binary integer programming dalam menjadwalkan dan menentukan jumlah armada pengangkut tandan buah segar. Dalam hal penentuan pola hubungan korelasi antara predictors dengan responses yang banyak digunakan dalam penelitian ini, mengacu kepada kajian Aulia 2010 terkait pengelolaan panen terhadap hubungannya dengan kriteria kualitas minyak kelapa sawit. Pada penelitian ini akan dilakukan penilaian risiko mutu di sepanjang unit organisasi rantai pasokan minyak sawit kasar dengan pendekatan sistem dinamis, karena menganggap semua aktivitas di sistem rantai pasokan selalu berubah terhadap waktu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjaga mutu dari minyak sawit kasar yang dihasilkan oleh perusahan sehingga nantinya dapat meningkatkan daya saing kompetitif minyak sawit dan nama perusahaan di pasaran. 18 Skema posisi penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian ini seperti diuraikan kedalam Gambar 10. Gambar 10. Posisi penelitian terdahulu Keterangan : DS Dinamika Sistem 19

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Kualitas CPO yang dihasilkan pabrik merupakan integrasi dan keterkaitan antara seluruh bagian yang terlibat di kebun, pengangkutan, pabrik maupun kegiatan penimbunan. Keempat elemen tersebut merupakan mata rantai dari elemen rantai pasokan CPO. Dalam penelitian yang dilakukan, manajemen risiko diterapkan dalam setiap aliran kegiatan operasional dalam rangka produksi CPO. Risiko terhadap kualitas CPO berkembang sepanjang waktu. Kompleksitas terhadap tingkat produksi CPO dan fluktuasinya nilai ALB terhadap CPO yang dihasilkan menyebabkan sistem rantai pasokan CPO tidak bisa dilihat hanya dalam satu sudut pandang parsial melainkan harus dilihat dalam pandangan holistik. Masing-masing mata rantai faktor elemen rantai pasok saling mempengaruhi terhadap hasil akhir kualitas CPO yang dihasilkan Gambar 11. Gambar 11. Keterkaitan antar entitas rantai pasokan CPO terhadap kualitas CPO yang dihasilkan Identifikasi variabel kunci kualitas CPO dalam rantai pasokan dilakukan dengan mengembangkan model ERM – IFAT yang dikembangkan COSO of United States 2004. Dalam metode ini risiko didefinisikan sebagai segala kejadian events yang memiliki peluang kemungkinan terjadi likelihood dan memiliki dampak negatif impact terhadap pencapaian tujuan atau sasaran objectives. Sasaran dalam penelitian direpresentasikan melalui RKAP yang ditetapkan oleh perusahaan. RKAP Rencana Kerja Anggaran Produksi merupakan suatu target pencapaian yang ditetapkan perusahaan terhadap unit usaha tertentu berdasarkan data pencapaian historis dan sumberdaya yang ada. Sehingga, jika realisasi produksi dibawah standar RKAP, dapat ditarik benang merah bahwa terdapat risiko yang menghambat pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Pendekatan SD dikembangkan Forrester 1961 dalam Sterman 2000 merupakan metodologi yang berangkat dari paradigma berpikir sistemik untuk melihat keterkaitan antar elemen rantai pasok terhadap kualitas CPO yang dihasilkan. Pengembangan sistem dinamik penilaian risiko mutu CPO dalam pabrik dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen melihat perilaku dinamik yang mempengaruhi keragaman mutu CPO dalam pasokan di masa mendatang dengan Kualitas CPO Pasca- panen Trans- portasi Pengo- lahan Penim- bunan