REKOMENDASI KEBIJAKAN Rancang Bangun Penilaian Risiko Mutu dalam Rantai Pasokan Minyak Sawit Kasar dengan Pendekatan Sistem Dinamis : Studi Kasus PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Adolina

65

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

Berdasarkan hasil simulasi skenario kebijakan agresif optimis dan strategi manajemen PKS Unit Adolina dapat dirumuskan beberapa prioritas yang dapat dijadikan rekomendasi kebijakan. Rumusan kebijakan berhubungan dengan hal-hal yang menjadi parameter yang diuji pada model yang mempunyai korelasi signifikan terhadap parameter utama, yaitu rendemen CPO dan kadar ALB. Rumusan kebijakan meliputi aspek peningkatan produktivitas kebun, aspek peningkatan rendemen CPO, aspek penanganan pasca-panen yang didalamnya terkandung penanganan TBS restan dan pemanenan TBS. Dalam perspektif sistem dinamis, hal tersebut sebenarnya tidak dapat dijelaskan secara parsial, masing-masing titik mempunyai peran dalam pengaruh setelahnya dan demikian seterusnya. Tetapi karena rumusan kebijakan didasarkan pada aspek-aspek yang mempengaruhi dinamika parameter utama, hal tersebut harus diuraikan secara terpisah sebagai bentuk tindakan terbaik dalam peningkatan berbagai aspek tersebut. Tindakan terbaik peningkatan produktivitas kebun dilakukan dengan penanganan tanaman di kebun dan juga mengoptimumkan, meningkatkan dan memelihara luasan lahan panen TM tanaman menghasilkan. Tindakan terbaik peningkatan rendemen CPO adalah dengan optimalisasi kinerja utilitas pabrik dan penanganan pra-pengolahan khususnya setelah TBS tiba di halaman pabrik. Tindakan dalam peningkatan kualitas pasca-panen adalah dengan optimalisasi penjadwalan transportasi kebun ke pabrik dan penerapan terintegrasi pengelolaan panen TBS. Rekapitulasi rumusan tersebut seperti diuraikan pada Tabel 12. Tabel 12 . Rumusan kebijakan Aspek kebijakan Tindakan terbaik Peningkatan produktivitas kebun Perbaikan kinerja penanganan tanaman di kebun dan memelihara serta meningkatkan luasan lahan panen TM Peningkatan rendemen CPO Optimasi kinerja utilitas pabrik dan peningkatan kinerja pra-pengolahan di pabrik Peningkatan kualitas pasca-panen Optimasi penjadwalan transportasi trip dan truk kebun ke pabrik, penerapan terintegrasi pengelolaan panen TBS dan minimasi stagnasi pabrik Manajemen PKS Unit Adolina dapat melakukan tindakan korektif teknis operasional bulan Mei - September 2011 berdasarkan acuan rumusan tindakan terbaik seperti pada Gambar 57. Adapun hasil perbaikan tersebut menghasilkan proyeksi berdasarkan hasil simulasi skenario agresif periode bulan Mei - September 2011 berupa dinamika produksi CPO sebesar 3846921 kg hingga 4419347 kg. Dinamika kadar ALB hasil simulasi bulan Mei - September 2011 sebesar 3,84 dan meningkat performanya menjadi 3,80 lebih baik dari keadaan aktual pada bulan April 2011 yang kadar ALB menyentuh nilai 3,92. 66 Gambar 57. Tindakan perbaikan kinerja PKS Unit Adolina untuk bulan Mei 2011 Peningkatan kinerja produktivitas kebun dapat diupayakan melalui usaha sebagai berikut : 1. Proses budidaya dan pemeliharaan dengan memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh yaitu: - Pembibitan bertujuan sebagai sarana untuk memilih kecambah yang terbaik sebelum ditanam dan memilih bibit yang memiliki tumbuh kembang baik sehingga akan berproduksi baik dan menguntungkan bagi perusahaan. Penggunaan varietas unggul dapat menghasilkan tingkat rendemen lebih banyak 2-4 dari varietas normal. - Kesuburan tanah yang baik memiliki sejumlah persyaratan, diantaranya memperbaiki kandungan ketersediaan hara makroprimer N, P dan K dan unsur mikroprimer, meningkatkan kandungan bahan organik dan kehidupan biologis tanah Proyeksi produksi CPO 3847 ton Kadar ALB 3,84 Tindakan koreksi: - Optimasi penentuan trip transportasi TBS - Optimasi penentuan jumlah truk transportasi TBS - Minimisasi stagnasi pabrik Diharapkan 15 Tindakan koreksi: - Peningkatan pengelolaan panen persiapan, kriteria, rotasi, pelaksanaan dan pengawasan Diharapkan 1,75 Tindakan koreksi: - Optimasi kinerja utilitas pabrik - Peningkatan kinerja sortasi dan penumpukan pra-pengolahan - Pemilihan bibit tanaman unggul Diharapkan 23,30 Tindakan koreksi: - Budidaya pemeliharaan Pembibitan Pengendalian gulma Pengendalian hama dan penyakit Pemupukan Prunning - Mempertahankan dan memelihara luasan tanaman menghasilkan sebesar 5980 ha Diharapkan 1963,21 kgha Asp ek R en d em en C PO Asp ek Pem an en an T B S Asp ek Pen an g an an T B S R esta n Asp ek Pro d u k tiv itas Pan en 67 dan meningkatkan efektifitas pemupukan. Upaya ini perlu mendapat perhatian khususnya pada lokasi tanaman kelapa sawit yang masih memiliki kekurangan persyaratan kesuburan tanah. - Pemupukan pada tanaman kelapa sawit memiliki peranan yang sangat penting yaitu menentukan 35-40 terhadap hasil panen. Penggunaan kembali tandan kosong sisa pengolahan sebagai pupuk organik dapat menjadi alternatif pemupukan. - Pengendalian gulma ditujukan untuk menciptakan lingkungan tumbuh tanaman untama optimal agar pekerjaan pemeliharaan lainnya seperti pemupukan, pengendalian hama dan penyakit dan panen dapat dilakukan dengan mudah, sehingga diperolah tingkat pertumbuhan dan produksi yang optimal. - Pengendalian hama dan penyakit tanaman harus diperhitungkan dalam pengelolaan budidaya kelapa sawit karena dengan penyebarannya yang luas dapat menyebabkan gagal panen pada tanaman kelapa sawit. - Pemotongan pelepah prunning ditujukan untuk memudahkan memotong buah, menghindari tersangkutnya brondolan, memperlancar proses penyerbukan alami, mempermudah sensus buah atau pengamatan buah matang dan untuk sanitasi tanaman. 2. Dalam RKAP yang ditetapkan manajemen dari tahun ke tahun, tercatat sejak tahun 2009, luas TM meningkat secara gradual. Pada 2009, luas lahan panen mencapai 5056 hektar, kemudian pada tahun 2010 mencapai 5095 hektar dan pada 2011 sebesar 5980 hektar. Untuk memperoleh proyeksi seperti pada Gambar 57, manajemen dapat mempertahankan luas lahan tanaman menghasilkan pada tahun 2011 yaitu sebesar 5980 hektar. Bila dilakukan pemeliharaan dan pengawasan secara bijaksana, peningkatan luasan lahan tanaman menghasilkan akan berimbas pada peningkatan produktivitas. 3. Proses panen-angkut merupakan proses yang melibatkan departemen tanaman dan pabrik. Koordinasi semua pihak mesti diupayakan agar harmonis dan berjalan sesuai tanggung jawabnya masing-masing. Untuk menciptakan kerjasama yang baik, manajemen dapat memperbanyak alokasi jam pelatihan berbentuk pelatihan konsultasi. Kinerja rendemen CPO mempengaruhi dinamika produksi CPO yang dihasilkan. Beberapa rekomendasi atau tindakan korektif demi peningkatan kinerja rendemen CPO adalah: 1. Pemanfaatan utilitas pabrik secara optimal dan juga pemeliharaan instalasi merupakan prioritas-prioritas agar kondisi instalasi pabrik tetap dalam keadaan standar dan tetap memiliki performa maksimal. Indikator dari pemanfaatan utilitas pabrik ini dilihat dari efisiensi kempa, efisiensi rebusan, efisiensi pabrik dan efisiensi ekstraksi minyak. Apabila kelima indikator itu nilainya berada diatas 90, maka sudah dianggap pemakaiannya optimal. Namun, jika tidak tindakan korektif harus dilakukan demi mencari nilai efisiensi kelima indikator tersebut. 2. Pengawasan dan peningkatan kinerja pra-pengolahan saat TBS sudah masuk kedalam halaman pabrik mutlak dilakukan. Sortasi dan penumpukan di loading ramp harus dimonitor agar fraksi buah yang tidak diinginkan perusahaan tidak masuk ke dalam pengolahan. 3. Pemilihan bibit varietas unggul dapat mempengaruhi 2-4 rendemen akhir. 68 Kinerja pengaruh kriteria panen mempengaruhi dinamika kadar ALB dalam CPO yang dihasilkan. Buah yang mentah dan kotor secara positif mempengaruhi tingkat kenaikan ALB. Oleh karena itu perlu adanya tindakan korektif apabila hal tersebut terjadi. Peningkatan kinerja pengaruh kriteria panen dapat ditempuh dengan meningkatkan dan menerapkan pengelolaan terintegrasi panen TBS. Pengelolaan panen terintegrasi meliputi persiapan panen, kriteria matang panen, sistem dan rotasi panen, taksasi produksi dan sensus buah, pelaksanaan panen, pengawasan panen, basis, premi dan denda panen harus diterapkan secara keseluruhan. Sistem punish and reward diberlakukan agar menciptakan atmosfir disiplin dalam proses pemanenan TBS. Hal ini didasarkan karena agroindustri sendiri adalah industri yang bertumpu kepada bahan baku dan pemberian nilai tambah dengan pengolahan. Pengolahan tidak akan dapat berjalan apabila secara ekstrim ketersediaan bahan baku tidak ada, dan pengolahan dengan instalasi pabrik modern tidak akan efektif dan efisien jika TBS sebagai input bahan baku tidak memenuhi standar pengolahan. Peningkatan kinerja TBS restan yang secara positif mempengaruhi dinamika kadar ALB dapat ditempuh dengan penjadwalan transportasi yang optimum dan juga dengan menjaga stagnasi pabrik dibawah norma yang telah ditetapkan. Penjadwalan transportasi meliputi penentuan trip rute dan jumlah truk yang tersedia di setiap afdeling harus dapat mengangkut seluruh hasil panen di masing-masing afdeling untuk diolah di pabrik. Kekurangan truk dalam hal ini, akan berimbas pada jumlah TBS yang tidak diangkut sehingga mengalami penundaan dalam pengolahan sehingga menurunkan kualitasnya. Stagnasi pabrik juga harus dijaga agar TBS sebagai bahan baku dapat masuk secara kontinu tanpa ada hambatan untuk segera diolah. Berdasarkan RKAP, norma untuk stagnasi pabrik ditetapkan hanya sebesar 5. Nilai stagnasi pabrik pada bulan Maret 2011 adalah sebesar 0,79 lebih rendah daripada bulan April 2011 sebesar 1,02. 69

IX. KESIMPULAN DAN SARAN