INDUSTRI PENGOLAHAN CPO TINJAUAN PUSTAKA

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. INDUSTRI PENGOLAHAN CPO

Kelapa sawit adalah tanaman komersial penghasil minyak nabati yang paling produktif di dunia. Ekspansi kelapa sawit menempatkannya pada posisi penting dalam industri dan perdagangan minyak dunia. Berdasarkan bukti fosil, sejarah dan linguistik, tanaman ini berasal dari daerah pesisir tropis Afrika Barat. Tanaman kelapa sawit liar dimanfaatkan oleh penduduk lokal Afrika Barat sebagai sumber minyak makan. Pada 1911, perkebunan kelapa sawit pertama didirikan di Pulau Raja Asahan dan Sungei Liput Aceh. Luas areal pada tahun 1938 telah mencapai 92 ribu ha di Indonesia. Pada 1922, Pabrik Kelapa Sawit PKS pertama dibangun di Tanah Itam Ulu – Sumatera Utara, sedangkan pada 1977 pabrik oleokimia pertama dibangun di Tangerang dan pola PIR pertama diintroduksikan di Tebenan- Sumatera Selatan dan Alue Merah – Aceh. PPKS, 2004 Karakteristik industri berbasis agro memiliki ketergantungan terhadap bahan baku yang diolah. Penanganan pengolahan bahan baku baik di pabrik maupun di kebun memberikan pengaruh aktivitas produksi secara kuantitas maupun kualitas terhadap produk yang dihasilkan. Industri pengolahan CPO termasuk yang mempunyai keunikan tersebut, sehingga keberlangsungan produksinya tergantung keterkaitan dari kinerja di kebun dan di pabrik. Mutu unit PKS bergantung pada mutu buah kelapa sawit yang diterima sedangkan mutu hasil olah sangat ditentukan oleh bahan bakunya. Bahan baku tersebut dipengaruhi oleh kegiatan pasca panen, seperti mutu panen dan transportasi. Kesalahan pada langkah pengumpulan hasil dapat mengakibatkan mutu hasil olahan tidak dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan yang berujung pada efisiensi pengolahan. Bahan baku, dalam pengolahan CPO, yaitu tandan buah segar kelapa sawit yang dapat terdiri dari tiga varian, Tenera, Dura dan Psifera. Ketiga jenis tanaman kelapa sawit dibedakan berdasarkan irisan penampang buah dimana Dura memiliki tempurung yang tebal dan daging buah yang tipis, jenis Pesifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung yang tipis serta daging buah yang tebal, sedangkan jenis Tenera merupakan hasil persilangan Dura dengan Pesifera menghasilkan buah dengan tempurung yang tipis, daging buah yang tebal dan inti yang besar. Proses pengolahan CPO Gambar 1 dimulai dari jembatan penimbangan untuk menentukan berat netto TBS. Fungsi dari stasiun ini adalah sebagai tempat penimbangan TBS yang dibawa ke pabrik dan hasil produksi serta sebagai proses kontrol untuk mengetahui rendemen dan kapasitas pabrik. Setelah melalui proses penimbangan, TBS kemudian dibawa untuk dikumpulkan. Fungsi dari stasiun ini adalah sebagai tempat penampungan TBS sementara untuk beberapa saat sambil menunggu proses awal dari pengolahan. Tahap penerimaan buah ini harus secepat mungkin untuk meminimalkan kemungkinan terjadi proses degradasi perubahan mutu minyak. Proses perebusan merupakan salah satu proses vital dalam produksi CPO. Dalam proses ini enzim lipase penghasil asam lemak bebas dinonaktifkan kinerjanya dan juga berfungsi sebagai perlakuan awal terhadap bahan-bahan yang akan dipisahkan secara mekanik sehingga lebih mudah terpisahkan serta berfungsi untuk menekan kadar air pada TBS. Proses penebahan dilakukan untuk melepaskan dan memisahkan brondolan sawit dari tandannya. Dalam proses penebahan diberlakukan standar persentase brondolan yang tidak lepas dari tandan agar menghindari kegagalan produksi akibat prosedur yang tidak ditaati. Dalam proses penebahan ini dihasilkan by-product berupa tandan kosong yang langsung dibawa ke perkebunan untuk dijadikan pupuk organik. 5 Proses pengempaan buah merupakan proses pemisahan minyak dari sabut dan inti buah kelapa sawit. Menghasilkan hasil samping berupa fiber dan inti buah sawit yang diolah nantinya agar menghasilkan kernel yang dapat diolah menjadi minyak kernel sawit. Minyak yang dipisahkan kemudian dimurnikan pada proses klarifikasi minyak sawit sehingga dihasilkan CPO. Proses ini merupakan proses yang sangat kritis dimana proses ini menentukan mutu hasil olah yang diproses sehingga menentukan mutu PKS secara garis besar. Gambar 1. Diagram alir proses produksi CPO

B. SISTEM RANTAI PASOK