72 penelitian selengapnya dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 185 dan lampiran
15 halaman186. Selanjutnya data pretest dari kedua kelas tersebut dihitung berdasarkan
indikator masing-masing soal tes kemampuan berpikir kreatif yang diberikan. Penyajian data berdasarkan indikator berpiikir kreatif dapat dilihat pada tabel 8 di
bawah ini: Tabel 8. Nilai Rata-rata Pretest Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif
No Indikator
Nilai Rata-Rata Kelas
Kontrol Kriteria
Kelas Eksperimen
Ktiteria
1 Fluency
Berpikir Lancar
43,64 Kurang
42,08 Kurang
2 Flexibility
Berpikir Luwes 3
Elaboration Berpikir merinci
4 Originality
Berikir Orisinal
Dari tabel 8, indikator pretest kemampuan berpikir kreatif di atas, dapat diamati bahwa nilai rata-rata indikator kemampuan berpikir kreatif anatara kedua
kelompok tersebut mempunyai selisih yang tidak jauh berbeda, dimana nilai rata- rata kelas kontrol yaitu sebesar 43,64. Sedangkan nilai rata-rata indikator
berpikir kreatif kelas ekspeimen yaitu sebesar 42,08. Masing-masing kedua kelompok tersebut memperoleh kriteria kurang kreatif.
2. Hasil Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
Setelah diberi perlakuan yang berbeda pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, yaitu kelas kontrol diberi perlakuan dengan model pembelajaran
73 berbasis ceramah, tanya jawab, diskusi dan penugasan, sedangkan kelas
ekperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran PJBL, selanjutnya dilakukan pengumpulan data posttest. Data posttest yang terkumpul dari hasil
soal tes kemampuan berpikir kreatif pada kelas kontrol dan kelas eksperimen kemudian dianalisis dan dilakukan perhitungan. Hasil perhitungan data posttest
tersebut disajikan dalam table 9 berikut ini: Tabel 9. Hasil Posttest Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen.
Statistik Kelas Kontrol
Kelas Eksperimen Jumlah Sampel
25 25
Nilai Minimum 50
73 Nilai Maksimum
78 90
Mean 63,48
83,6 Modus
58 83
Median 63
83 Varians
39,09 26,08
Standar Deviasi 6,25
5,10
Dari tabel 9 di atas, dapat dilihat bahwa dengan jumlah sampel yang sama antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 25 menghasilkan rata-rata kelas
eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol dalam hasil posttest kemampuan berpikir kreatif. Hal ini dapat diamati dari nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar
83,6 dengan varians 26,08 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 63,48 dengan varians 39,09. Sehingga jika dilihat selisih rata-rata
antara kelas kontrol dan kelas ekperimen yaitu 20,12 dengan selisih varians 13,01. Hasil posttest kedua kelas penelitian selengapnya dapat dilihat pada
lampiran 14 halaman 185 dan lampiran 15 halaman186.
74 Selanjutnya data posttest dari kedua kelas tersebut dihitung berdasarkan
indikator masing-masing soal tes kemampuan berpikir kreatif yang diberikan. Penyajian data berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif dapat dilihat
pada tabel 10 di bawah ini.
Tebel 10. Nilai Rata-Rata Posttest Indikator Kemampuan Berpikir
Kreatif Siswa No.
Indikator Nilai Rata-Rata
Kelas Kontrol
Kriteria Kelas
Eksperimen Ktiteria
1 Fluency
Berpikir Lancar 63,48
Cukup 83.6
Baik 2
Flexibility Berpikir Luwes
3 Elaboration
Berpikir merinci 4
Originality Berikir Orisinal
Dari tebel 10, indikator hasil posttest kemampuan berpikir kreatif di atas, dapat diamati bahwa nilai rata-rata indikator kemampuan berpikir kreatif kelas
eksperimen tertinggi yaitu sebesar 83,6 dengan kriteria baik. Sedangkan nilai rata-rata indikator kemampuan berpikir kreatif kelas kontrol yaitu sebesar 63,48
dengan kriteria cukup. Hal tersebut menunjuka hasil posttest yang cukup jauh berbeda antara kelas kontrol dan kelas eksperimen terhadap kemampuan berpikir
kreatif, sehingga dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran PJBL dalam proses pembelajaran menghasilkan pengaruh yang positif terhadap
kemampuan berpikir kreatif siswa.
75
3. Hasil Observasi