11
2.1.2. Tanaman Kopi
Tanaman kopi pada umumnya berasal dari benua Afrika. Pohon kopi termasuk famili Rubiceae, nama lainnya adalah Perpugenus coffea. Genus Coffea
merupakan salah satu genus penting dengan beberapa spesies, yang mempunyai nilai ekonomi, dan dikembangkan secara komersial. Kopi bukan produk homogen,
ada banyak varietas dan cara pengolahannya, namun yang umum diperdagangkan jenis kopi Arabika dan Robusta.
Dua jenis kopi utama yang ditanam adalah Coffea canephora dan Coffea arabica. Kopi arabika dari Coffea arabica dianggap sebagai kopi yang pantas
untuk bermabukan dibanding kopi robusta dari Coffea canephora. Oleh karena itu, sekitar tiga perempat bagian di seluruh dunia menanam kopi arabika. Coffea
canephora lebih sedikit peka terkena penyakit dibanding Coffea arabica dan dapat ditanami di lingkungan dimana Coffea arabica tidak akan tumbuh dengan
subur. Kopi robusta juga berisi sekitar 40 – 50 persen lebih mengandung kafein dibanding arabika. Alasan ini membuat kopi robusta digunakan sebagai pengganti
murah untuk arabika di dalam banyak campuran komersil. Robusta yang berkualitas digunakan dalam beberapa campuran espresso untuk menyediakan
suatu busa lebih baik dan untuk menurunkan biaya produksi ramuan itu. Jenis kopi lain yang biasa ditanam meliputi coffea liberica dan coffea esliaca, masing-
masing berasal dari Liberia dan selatan Sudan Najiyati Danarti 2007.
2.1.3. Sejarah Kopi di Indonesia
Kopi merupakan komoditi yang paling berharga diperdagangkan setelah minyak bumi, oleh karena hal tersebut kopi mendapatkan julukan emas hitam
black gold. Perdagangan kopi dunia bernilai 80 milyar US dollar. Tanaman kopi pertama kali diperkenalkan ke Indonesia oleh Belanda sebagai tanaman komoditas
bernilai tinggi sekitar abad ke 17, kemungkinan besar melalui Sri Lanka. Pada awalnya kopi diperkenalkan ke perkebunan sekitar Jawa Barat, kemudian
menyebar ke seluruh Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi hingga ke Timor. Letak geografis Indonesia yang sangat menguntungkan ditambah sejumlah tanah
pegunungan yang subur, membuat kopi tumbuh subur di wilayah Indonesia.
12 Pada tahun 1878, timbul serangan penyakit karat daun yang diperkirakan
berasal dari Sri Lanka dan menyebar cepat ke seluruh perkebunan kopi di Jawa. Oleh karena sulit diberantas, maka sejak tahun 1900 dikembangkan kopi
jenis robusta yang relatif tahan penyakit. Jenis kopi robusta ini kemudian berkembang pesat hampir ke seluruh pelosok Nusantara dan pada saat pecah
perang dunia ke-II, Hindia Belanda Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi terbesar ketiga dunia setelah Brazil dan Kolombia.
Pengembangan areal perkebunan kopi terus berlanjut setelah Indonesia merdeka dan perkembangan yang paling pesat terjadi pada periode 1975-1985.
Areal perkebunan kopi Indonesia mencapai satu juta hektar pada tahun 1988. Kemudian perkembangan areal perkebunan kopi berjalan lambat bahkan terjadi
penyusutan setelah mencapai puncaknya tahun 1997 yaitu 1,17 juta hektar. Pada tahun 1997-1998, menurut data dari US National Coffee Assosiation, Indonesia
adalah negara produsen kopi terbesar ketiga di dunia 6,7 juta karung setelah Brazil 22,5 juta karung dan Kolombia 10,5 juta karung.
3
Namun situasi itu berubah drastis, karena Kolombia menjadi urutan keempat, dan Vietnam berada di posisi kedua pada tahun 2005. Nilai produksinya
hampir mencapai satu juta metrik ton, sedangkan Indonesia masih tetap berkisar di 750 ribu metrik ton. Sementara itu, Brazil telah berhasil mengurangi dampak
frost dengan cara memindahkan sentra produksi kopinya dari dataran tinggi di Parama ke daerah panas di Mina Gerais, sehingga tingkat produksi kopinya stabil
di atas 1,9 juta ton sejak tahun 1998. Pada beberapa kasus di sentra-sentra produksi perkebunan kopi di
Indonesia, komoditas kopi telah merugikan petani karena harga jual kopi berada di bawah biaya produksinya. Di Lampung, biji kopi hanya dihargai Rp 1200 per
kilogram pada bulan Agustus 2001. Sementara di Lahat Sumatera Selatan, biji kopi dihargai lebih rendah lagi yaitu Rp 800 per kilogram pada bulan September
2001, sebuah nilai yang tidak pernah terjadi dalam sejarah petani setempat. Turunnya harga kopi tidak hanya menimbulkan penderitaan bagi petani, tetapi
juga menimbulkan kerugian miliaran rupiah bagi para eksportir.
3
Anonim. 2008.
Ekonomi Kopi-Ekonomi
Jalanan Part
IV. http:biangpenasaran.multiply.comjournalitem78EKONOMI_KOPI__EKONOMI_JALA
NAN_PART_IV. [29 Agustus 2009].
13
2.1.4. Manfaat Kafein dalam Kopi