Deutsch mengidentifikasikan tiga struktur tujuan: kooperatif, dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan
anggota yang lain; kompetitif , dimana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota yang lain; dan individualistik dimana usaha
berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota lain.
11
Dalam pembelajaran kooperatif sebenarnya tujuan utama dari pembelajaran secara kelompok guru bertujuan untuk mengajarkan kepada
siswanya untuk bersikap saling kooperatif terhadap satu kelompoknya saling membantu. Antar siswa saling belajar untuk dapat membantu keberhasilan teman satu
kelompoknya, sehingga para siswa saling mendorong pembelajaran satu sama lain. Selain itu dalam pembelajaran kooperatif biasanya guru memberikan sebuah
penghargaan terhadap kelompok terbaik dalam pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan, sehingga antar tiap kelompok terjadilah sebuah kompetisi untuk lebih
baik dari kelompok lainya. Dalam kompetisi ini siswa dalam tiap kelompoknya mengeksplorasi seluruh kemampuan akademik yang dimilikinya untuk lebih baik dari
kelompok lain. Terdapat berbagai macam model dalam pembelajaran kooperatif. Dimana setiap
model tersebut memiliki jenis dan karakter yang saling berbeda anatara satu model dengan model yang lain. Terdapat salah satu model dalam pembelajaran kooperatif
yakni model pembelajran kooperatif tipe investigasi kelompok.Model ini pertama kali dikembangkan oleh Thelan. Dalam perkembangannya model ini diperluas dan
dipertajam oleh Sharam dari Universitas Tel Aviv.
12
Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan teknik koopertif Investigasi kelompok
adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan unit materi pokok bahasan
11
Robert E. Slavin,Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik Terj. Dari Cooperative learning: theor, research and practice oleh Nurlita Yusron, Bandung: Nusa Media, 2005 , h 34
12
Triyanto, op.cit., h.78
yang diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporanya kepada
seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka.
13
Implementasi strategi belajar kooperatif Investigasi Kelompok dalam pembelajaran, secara umum dibagi menjadi enam langkah, yaitu: 1 mengidentifikasi
topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok; 2 merencanakan tugas- tugas belajar; 3 melaksanakan investigasi; 4 menyiapkan laporan akhi; 5
mempresentasikan laporan akhir; 6 evaluasi.
14
Pembelajaran kooperatif investigasi kelompok seperti halnya dengan pembelajaran-pembelajaran lainya. Dalam model pembelajaran ini bermula guru
melakukan langkah identifikasi terhadap topik yang akan dibahas dalam pembelajaran yang dilakukan dikelas, pada model pembelajaran kooperatif
investigasi merupakan pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Pada tahapan selanjutnya guru melakukan pengelompokan terhadap siswa yang berada
dikelas untuk menjadi beberapa bagian kelompok. Dalam pengelompokan yang telah dilakukan siswa diberikan otoritas terhadap kelompoknya untuk memberikan tugas
kepada setiap anggota kelompoknya. Dalam setiap kelompoknya menentukan pembagian kerja yang akan dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran, dan
menentukan susunan keanggotaan pada kelompok agar lebih mudah bagi kelompok dalam melaksanakan tahapan investigasi. Pada tahapan selanjutnya adalah
melaksanakan investigasi, dalam tahapan ini setiap kelompok diberikan guru sebuah media yang digunakan dalam pembelajaran yang dapat digunakan dalam investigasi
untuk menyelesaikan masalah. Dalam langkah investigasi siswa saling bekerja sesuai daftar kerja yang telah ditentukan sebelumnya dan saling membantu untuk bagian
yang belum dimengerti, hal ini bertujuan agar dalam proses investigasi berjalan dengan lancar.
13
Rusman, op.cit., h.220
14
Ibid., h. 222.
Setelah melakukan investigasi setiap siswa dalam kelompok menuliskan hasil yang telah siswa investigasi dalam laporan yang dipergunakan untuk dipresentasikan
didepan kelas pada tahapan selanjutnya. Presentasi dilakukan bertujuan untuk memberikan paparan tentang hasil investigasi yang telah dilakukan salah satu
kelompok. Setelah tahap presentasi berakhir berlanjut pada evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap materi yang dianggap masih membuat siswa belum paham.
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional merupakan sebuah pembelajaran yang menjadi masalah dalam pendidikan sekarang ini. Dikarenakan kurang efektifnya pembelajaran
ini, dimana pembelajaran masih berpusat pada guru sebagai poros dalam proses pembeelajaran yang mengakibatkan siswa menjadi pasif dalam proses pembelajaran.
Tapi walau bagaimana juga pembelajaran secara konvensiional masih banyak ditemui dikabanyakan sekolah dalam proses pembelajaranya. Dalam hal ini pembelajaran
konvensional yang dilaksanakan disekolah ini yaitu pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran ekspositori.
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada
sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat mmenguasai materi pelajaran secara normal. Strategi pembelajaran ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada guru teacher centered approach. Dikatakan demikian, sebab dalam strategi ini guru memegang peran yang sangat dominan.
Melalui strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara tersetruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan
baik.
15
Pembelajaran secara ekspositori mengakibatkan siswa tidak berkembang dikarenakan tuntutan dari guru semua materi diberikan secara langsung dan sudah
15
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group, 2009, h.177
tersusun rapi. Siswa hanya sebagai penerima yang mengambil jatah pembelajaran dan pemberian umpan balik terhadap pembelajaran sangatlah kurang dikarenakan
pembelajaran berpusat kepada guru. Ada beberapa langkah dalam penerapan strategi ekspositori yaitu:
1 Persiapan preparation, pada tahap ini berkaitan dengan mempersiapkan
siswa untuk menerima pelajaran. 2
Penyajian presentasion, dalam langkah penyajian merupakan langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan.
3 Menghubungkan corelation, langkah menghubungkan materi pelajaran
dengan penglaman siswa atau dengan hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat menangkap keterkaitanya dalam struktur pengetahuan yang telah
dimilikinya 4
Menyimpulkan generalization, tahapan untuk memahami inti dari materi pelajaran yang disajikan.
5 Penerapan aplication, langkah ini merupakan langkah yang sangat penting
untuk kemampuan siswa. Dalam langkah ini guru akan dapat mengumpulkan informasi tentang penguasaan dan pemahaman materi pelajaran oleh siswa.
16
Pada pembelajaran ekspositori dikarenakan pembelajaran ini merupakan sebuah pembelajan yang dalam prakteknya terjadi hanya satu arah, mengakiatkan siswa
susah berkembang. Pembelajaran dengan penggunaan strategi ekspositori biasanya hanya berhasil pada siswa yang memiliki kemampuan audio dan visual yang baik.
Apabila diterapkan kepada siswa yang dalam proses belajarnya bersifat kinestetik siswa akan susah beradaptasi dikarenakan siswa dengan karakter ini merupakan siswa
yang lebih suka mempraktekan apa yang telah dipelajari. Hal tersebut bertentangan dengan pembelajaran ekspositori dimana didalam pembelajaran guru bertindak
sebagai pusat pembelajaran.
16
Ibid., h.183-188
Berikut terdapat beberapa perbedaan dalam pembelajaran kooperatif dan pembelajaran konvensional:
1 Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif, saling
membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif, sedangkan pada pembelajaran konvensionalguru sering membiarkan adanya
siswa yang mendominasi kelompok atau menguntungkan diri pada kelompok. 2
Dalam pembelajran kooperatif terdapat akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok diberi umpan balik tentang
hasil belajar para anggota nya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan berbeda dalam
pembelajaran konvensional Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah satu seorang anggota kelompo sedangkan
anggota kelompok lainya hanya “mendompleng” keberhasilan “pemborong”. 3
Dalam pembelajaran kooperatif kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat
saling mengetahui siapa yang memerlukan bantua dan siapa yang memberikan bantuan sedangkan pada pembelajaran konvensional kelompok belajar biasanya
homogen. 4
Dalam pembelajaran kooperatif pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota
sedangkan dalam pembelajaran konvesional pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinya
dengan cara masing-masing 5
Dalam pembelajaran kooperatif ketrampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai
orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan tetapi dalam pembelajaran konvensional ketrampilan sosial sering tidak secara langsung
diajarkan.
6 Dalam proses pembelajaran kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok sedangkan dalam pembelajaran
konvensional pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dlakukan oleh gurupada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
7 Dalam pembelajaran kooperatif guru memperhatikan secara proses kelompok
yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar, sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru sering tidak memerhatikan proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok belajar. 8
Pada pembelajaran kooperatif penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal hubungan antar pribadi yang saling
menghargai, namun pada pembelajaran konvensional penekanan kebanyakan terjadi hanya pada masalah penyelesaian tugas.
17
B. Penelitian yang Relevan
Sebagai penguat pengaruh model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok menggunakan masalah Matematika terhadap penalaran siswa. Penulis mengutip
penelitian yang relevan yaitu: 1
Eva Masfufah dalam skripsinya “Upaya meningkatkan kemampuan koneksi Matematika
siswa dengan menggunakan model investigasi”. Yang dalam skripsinya dia mengatakan bahwa penerapan model investigasi dapat
meningkatkan kemampuan koneksi Matematika siswa. Selain itu penerapan model investigasi juga dapat membantu siswa dalam memahami konsep-
17
Triyanto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan dan Implementasinya. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher, 2007, h.43