6 Dalam proses pembelajaran kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok sedangkan dalam pembelajaran
konvensional pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dlakukan oleh gurupada saat belajar kelompok sedang berlangsung.
7 Dalam pembelajaran kooperatif guru memperhatikan secara proses kelompok
yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar, sedangkan dalam pembelajaran konvensional guru sering tidak memerhatikan proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok belajar. 8
Pada pembelajaran kooperatif penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas tetapi juga hubungan interpersonal hubungan antar pribadi yang saling
menghargai, namun pada pembelajaran konvensional penekanan kebanyakan terjadi hanya pada masalah penyelesaian tugas.
17
B. Penelitian yang Relevan
Sebagai penguat pengaruh model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok menggunakan masalah Matematika terhadap penalaran siswa. Penulis mengutip
penelitian yang relevan yaitu: 1
Eva Masfufah dalam skripsinya “Upaya meningkatkan kemampuan koneksi Matematika
siswa dengan menggunakan model investigasi”. Yang dalam skripsinya dia mengatakan bahwa penerapan model investigasi dapat
meningkatkan kemampuan koneksi Matematika siswa. Selain itu penerapan model investigasi juga dapat membantu siswa dalam memahami konsep-
17
Triyanto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik Konsep, Landasan dan Implementasinya. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher, 2007, h.43
konsep trigonometri karena siswa menggali sendiri pengetahuan tentang trigonometri. Pada penelitian yang dilakukan Eva Masfufah penggunaan
model investigasi dilakukan hanya satu kali pada pertemuan pertama untuk menginvestigasi pokok-pokok bahasan materi, pada pertemuan selanjutnya
siswa hanya tinggal mempresentasikan pokok bahasan yang telah diinvestigasi. Sementara pada penelitian kali ini peneliti memberikan
perlakuan pada kelas eksperimen mengadakan investigasi untuk setiap pertemuanya.
2 Cucum Yusmiati dalam skripsinya “Upaya meningkatkan kemampuan
penalaran induktif siswa dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah”. Yang dalam skripsinya dia mengatakan bahwa penggunaan pendekatan PBM
Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan kemampuan penlaran induktif matematik siswa. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Cucum Yusmiati untuk penalaran yang dimaksud dikhususkan pada penalaran induktif matematik siswa, sedangkan
pada penelitian kali ini peneliti menitikberatkan penalaran yang dimaksud secara umum.
C. Kerangka Berpikir
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian
Rendahnya penalaran siswa
Model Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok
Langkah: 1.
Identifikasi Materi 2.
Pembagian Tugas 3.
Investigasi 4.
Persiapan Laporan 5.
Presentasi 6.
Evaluasi Kemampuan
Penalaran Meningkat
Latar Belakang Masalah 5 Tujuan Pembelajaran Matematika
1. Pemahaman Konsep
2. Penalaran
3. Pemecahan Masalah
4. Komunikasi
5. Sikap Terhadap Matematika
Model pembelajaran belum efektif
Pembelajaran satu arah
Masalah Penelitian
Solusi
Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat terlihat adanya latar belakang yang mempengaruhi rendahnya penalaran dari siswa, dalam pembelajaran Matematika di
sekolah terdapat 5 tujuan pembelajaran utama dalam mempelajari Matematika, yakni pemahaman konsep, penalaran, pemecahan masalah, komunikasi, dan pengaplikasian
Matematika. Dihaarapkan dalam mempelajari Matematika kelima kemampuan utama Matematika dapat dimiliki siswa dalam prakteknya. Namun dalam pembelajaran
masih banyak penggunaan metode pembelajaran yang masih berpusat terhadap pengajaran guru secara sepenuhnya. Siswa dididik mendapatkan sistem pembelajaran
hanya menerima materi pelajaran dari guru. Siswa kesulitan dalam mengembangkan bakatnya. Apabila dihubungkan dengan Matematika pembelajaran yang berpusat
kepada guru sangat tidak mendukung perkembangan akademik siswa. Terutama untuk masalah penyimpulan siswa sering kesulitan dalam menyimpulkan materi yang
diberikan oleh guru. Dengan ditambahnya pemberian materi Matematika yang cakupannya masih sederhana. Guru Matematika sering menganggap bahkan
melupakan kemampuan penalaran Matematika dari siswa. Akibatnya siswa kesusahan dalam menggeneralisasikan sebuah fakta Matematika.
Dampak dari hal tersebut mengakibatkan siswa kurang mengeksplorasi kemampuannya. Selain itu terdapat pula sebuah penelitian yang meneliti tentang
kemampuan penalaran dan komunikasi siswa pada sebuah SMA di Jakarta yang dilakukan oleh Utari Sumarmo. Dalam penelitian tersebut menjelaskan kemampuan
penalaran dan komunikasi siswa SMA masih tergolong dalam katagori rendah. Oleh karena itu diperlukan sebuah model inovatif, yang dapat meningkatkan kemampuan
penalaran siswa. Salah satunya adalah dengan model pembelajaran koopertif tipe Investigasi Kelompok menggunakan masalah Matematika. Sistem pembelajaran
dilakukan secara kooperatif berkelompok, agar diharapkan antar sesama siswa dapat saling berinteraksi. Dalam model pembelajaran kooperatif Investigasi Kelompok
memiliki beberapa tahapan yakni; mengidentifikasi sebuah topik pada bab bahasan materi yang akan dibahas, merencanakan pembagian tugas yang akan dilakukan