Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

kurang pada saat pembelajaran hanya dengan memberi perlakuan secara konvensional. Dari rendahnya nilai penalaran Matematikatersebut pastilah terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi. Proses pembelajaran sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah peranan guru yang sangat bepengaruh dalam mendorong terjadinya proses belajar secara optimal. Ketepatan pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru juga yang mempengaruhi pembelajaran tersebut. Namun pendekatan yang dilakukan guru di Indonesia pada umumnya berpusat pada guru. Pembelajaran yang berpusat kepada guru atau sering dikenal dengan pembelajaran konvensional, merupakan sebuah pembelajaran yang dalam penyampaianya semua bergantung pada guru tersebut dan seolah-olah siswa hanya sebagai pendengar saja dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kebanyakan dalam praktik pembelajaran konvensional, rutinitas pengajaran yang dilakukan guru dari awal pertama kali siswa tersebut belajar sampai berakhirnya pembelajarankegiatan yang dilakukan guru kesehariannya sudah dapat ditebak. Meliputi membahas pekerjaan rumah pertemuan sebelumnya, menjelaskan materi yang sesuai pada buku paket serta memberikan contoh soal, memberikan kepada siswanya latihan soal yang mirip dengan contoh yang guru sampaikan. Akibat dari sistem pembelajaran tersebut siswa merasakan dirinya menjadi kurang berkembang dikarenakan sistem pembelajaran yang konvensional. Dalam hal ini siswa menjadi sosok yang pasif dalam pembelajaran karena pemikiran dari siswa dibelenggu oleh pembelajaran dari guru yang konvensional. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi dalam pembelajaran karena pembelajaran bersistem konvensional berpusat pada pengajaran dari guru. Dari awal proses pembelajaran sampai berakhirnya pembelajaran guru yang menjelaskan materi. Siswa hanya sebagai pendengar dan mengerjakan rutinitas tugas yang diberikan guru yang katagori soalnya sama dengan contoh-contoh yang diberikan oleh guru sebelumnya. Sehingga pemahaman yang diperoleh siswa tidak berkembang karena soal yang diberikan oleh guru tidak berkembang hanya sesuai contoh dari yang diberikan guru. Apabila siswa mengalami keadaan seperti ini, siswa akan menghadapi masalah yang dapat menghambat perkembangan kemampuan dari siswa itu sendiri. Apabila seorang siswa diberikan contoh soal dari materi yang dipelajari tetapi guru belum pernah memberikan contoh soal yang sama, siswa akan kesusahan dalam mengerjakan soal tersebut. Hal itu dikarenakan kebiasaan siswa hanya bisa menyelesaikan soal-soal yang telah diajarkan oleh guru saja. Padahal dalam pembelajaran Matematika sangat diperlukan kemampuan bernalar karena banyaknya masalah dalam Matematika yang dapat dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran secara konvensional dapat membelenggu perkembangan kemampuan bernalar siswa dikarenakan siswa yang kurang aktif dalam sistem pembelajaran. Oleh karena itu,diperlukan model pembelajaran lain yang mampu mengasah kemampuan bernalar siswa. Model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu sama lainya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasahh pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. 4 Dalam pembelajaran kooperatif tidak seperti pembelajaran konvensional dimana guru adalah tokoh utama dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif ini berjalan sebaliknya, siswa dalam pembelajaran ini adalah tokoh utama dalam pembelajaran. Siswa berperan aktif lebih banyak dibanding guru dalam pembelajaran. Guru dalam hal ini hanya sebagai sarana pembantu, pemberi sebuah ruang, dan sebagai fasilitator kepada para siswa dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dalam proses belajarnya dibagi dalam kelompok-kelompok heterogen dalam setiap pembelajaranya. Hal ini dilakukan agar siswa dapat saling berinteraksi dalam 4 Robert E. Slavin,Cooperative Learning Teori, Riset, dan PraktikTerj. Dari Cooperative learning: theory, research and practice oleh Nurlita Yusron, Bandung: Nusa Media, 2005, h 4 kelompoknya antara sesama siswa dalam satu kelompok.Siswa dituntut untuk saling bekerja sama kepada kelompoknya sehingga siswa dapat menyumbangkan pikiran aktifnya. Siswa dapat bereksplorasi dan siswa dapat mengemukakan pendapatnya dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif selain adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok, adapula terjadi persaingan antar kelompok lain yang tujuannya sebagai pemacu suatu kelompok untuk melakukan pembelajaran lebih aktif. Namun persaingan ini merupakan persaingan agar siswa pada suatu kelompok melakukan pembelajaran lebih serius untuk menjadi lebih baik. Pembelajaran dengan menggunakan sistem kelompok bertujuan agar terjadi interaksi dalam setiap kelompok tersebut. Diharapkan agar setiap siswa antarkelompok melakukan diskusi, saling bertukar pikiran dalam kelompok. Menyelesaikin sebuah tugas yang diberikan oleh guru secara berkelompok dan setiap siswa berkontribusi dalam penyelesaian tugas tersebut. Terdapat sebuah pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan dalam sistem berkelompok, yaitu model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok. Dalam pembelajaran investigasi kelompok siswa dalam setiap kelompok dianjurkan untuk menyelidiki dari suatu topik. Shlomo Sharan mengatakan bahwa penyelidikan dalam kelompok meminta siswa untuk menggunakan semua keterampilan interpersonal dan keterampilan meneliti yang berlaku dalam metode pembelajaran kooperatif yang lain dan untuk merencanakan pembelajaran secara spesifik. Siswa juga bekerja sama dalam menjalankan penyelidikan mereka dan merencanakan bagaimana cara mengintgrasikan dan menyajikan temuan-temuan mereka dan bersama-sama dengan guru, mereka bekerja sama mengevaluasi upaya-upaya akademis dan interpersonal mereka. 5 Dalam pembelajaran investigasi kelompok dilakukan dengan cara setiap kelompok akan diberikan berbagai macam masalah Matematika. Masalah Matematika ini meliputi sebuah permasalahan Matematika yang menantang untuk 5 Shlomo Sharan, P. hD, The Hand Book of Cooperative Learning Inovasi Pengajaran dan Pembelajaran Untuk Memacu Keberhasilan Siswa di Kelas, Terj. dari Handbook of Cooperative Learning Methods, Praeger oleh Sigit Prawoto. Yogyakarta: Familia, 2012, cet I, h 166 siswa sehingga dalam praktiknya siswa dalam kelompok saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah tersebut. Siswa dituntut untuk menginvestigasi masalah secara bersama-sama dan menggunakan segala pengetahuan yang dimiliki oleh siswa secara berkelompok. Siswa juga diharapkan untuk saling membantu dalam kelompok apabila terdapat anggota kelompok yang masih belum mengerti dalam menyelesaikan masalah. Hal ini diharapkan agar penyelesaian dari masalah tersebut diperoleh dari hasil argumentasi para siswa sendiri bukan dari pemberian guru, sehingga siswa semakin berkembang dalam proses pembelajaran. Atas dasar penjelasan akan rendahnya tingkat penalaran matematis dari siswa SMA dan banyaknya pembelajaran yang berdasarkan konvensional dimana pembelajaran berpusat kepada guru, peneliti ingin melakukan sebuah penelitian penggunaan sebuah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif yang peneliti gunakan adalah model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok, karena dalam model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok siswa dituntut untuk belajar secara mandiri untuk menginvestigasi suatu topik. Dalam model pembelajaran investigasi kelompok kali ini, peneliti memberikan beberapa masalah Matematika yang menantang yang bertujuan untuk mengasah kemampuan dari siswa sendiri. Atas dasar uraian yang telah dipaparkan, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif grup investigasi dimana dalam sebuah kelas di bagi menjadi grup heterogen.Namun sebelumnya, guru memfasilitasi siswa terlebih dahulu untuk memperoleh informasi awal. Setiap kelompok beranggotakan 4-5 orang namun berbeda dengan grup investigasi biasanya yang menyajikan subbab untuk diinvestigasi. Dalam grup investigasi ini, siswa disajikan masalah Matematika untuk diinvestigasi dengan kelompok. Setelah tahap itu, investigasi berakhir kelompok dipersilahkan mempresentasikannya di hadapan guru dan teman-teman lainnya. Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti mengambil judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok terhadap Kemampuan PenalaranMatematika Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini diidentifikasikan sebagai berikut : 1. Rendahnya kemampuan penalaran Matematika siswa SMA 2. Kurangnya peranan guru dalam mendukung peningkatan kemampuan penalaran Matematika siswa SMA. 3. Pembelajaran Matematikayang cenderung masih berpusat pada guru. 4. Pendekatan atau model pembelajaran Matematika yang kurang mendorong siswa untuk berinteraksi secara aktif.

C. Pembatasan Masalah.

Untuk memperjelas pemahaman tentang variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini, maka dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok. 2. Dalam penelitian ini akan diteliti kemampuan penalaran Matematika dari siswa dalam materi diferensial.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang akan diteliti dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan penalaranMatematika siswa SMA yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif investigasi kelompok? 2. Bagaimana kemampuan penalaran maematika siswa SMA yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional ? 3. Apakah terdapat perbedaan kemampuan penalaran matematik antara siswa SMA yang diajar dengan pembelajaran kooperatif investigasi kelompokdan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional khususnya pada materi turunan suatu fungsi?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui kemampuan penalaran matematik siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif investigasi kelompok. 2. Mendeskripsikan hasil dari kemampuan penalaran siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif investigasi kelompok. 3. Mengetahui kemampuan penalaran matematik siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. 4. Mendeskripsikan hasil dari kemampuan penalaran siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif investigasi kelompok. 5. Mengetahui perbedaan kemampuan penalaranMatematika antara siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif investigasi kelompok dan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional. 6. Mendeskripsikan perbedaan kemampuan penalaran Matematika antara siswa yang diajar dengan pembelajaran kooperatif investigasi kelompok dan siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi guru Bagi para guru mata pelajaran Matematika, model pembelajaran kooperatif investigasi kelompokdapatdigunakan sebagai pilihan dalam inovasi pengajaran Matematika dikelas terutama dalam meningkatkan kemampuan penalaran Matematika siswa. 2. Bagi peneliti Dapat dijadikan sebagai pedoman penambah pengetahuan tentang pendekan pembelajaran Matematika yang baik, dalam mempersiapkan diri sebagai pengajar yang profesional 3. Bagi sekolah Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana perbaikan mutu sekolah dalam upaya meningkatkan mutu sekolah terutama dalam bidang pendidikan Matematika. 4. Bagi peneliti selanjutnya Penilitian dapat dijadikan sebagai penelitian lenjutan terhadap peneliti selanjutnya, apabila dalam penulisan penelitian terdapat beberapa hal yang belum terjangkau. 11

BAB II LANDASAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teoretis

1. Kemampuan Penalaran Matematika

Dalam Standar Isi pelajaran Matematika untuk semua jenjang pendidikan dasar dan menengah dinyatakan bahwa tujuan mata pelajaran Matematika di sekolah adalah agar siswa mampu: a. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepatdalam pemecahan masalah. b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi Matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyatan Matematika. c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. e. Memiliki sikap menghargai kegunaan Matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam dalam mempelajari Matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 1 1 Sri wardhani,Analsis SI dan SKL Mata pelajaran MatematikaSmpMts untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matemtika. Yogyakarta, 2008 hal. 8