Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kontrol

Siswa Melakukan Investigasi terhadap Masalah dalam Kelompok Pada tahapan keempat dalam model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok yaitu menyiapkan laporan akhir. Pada tahapan ini setiap siswa dalam kelompok telah mempersiapkan hasil dari pelaporan LKS yang telah dibagikan oleh peneliti. Ditahapan ini seluruh kelompok telah menyelesaikan masalah- masalah yang disajikan oleh peneliti dalam LKS, dan tiap kelompok menuliskanya pada LKS tersebut. Pada gambar 4.9 terdapat contoh hasil pelaporan dari investigasi yang dilakukan siswa pada salah satu LKS tentang materi turunan pada fungsi trigonometri. Pada salah satu kelompok siswa menginvestigasi masalah untuk membuktikan bahwa turunan dari adalah – . Pada gambar terdapat hasil laporan salah satu hasil investigasi dari siswa dengan bantuan fakta-fakta yang diperoleh sebelumnya Gambar 4. 8 Contoh Gambar Hasil Laporan Investigasi Kelompok Ditahapan kelima pada pembelajaran investigasi kelompokyaitu mempresentasikan laporan akhir. Dalam tahapan ini dipilih salah satu kelompok untuk bertanggung jawab mempresentasikan jawaban dari investigasi yang suatu kelompok peroleh. Dalam sistem presentasi ini mempersilahkan kepada salah satu anggota kelompok menuliskan jawab dipapan tulis sesuai dengan pembagian kerja yang telah dilaksanakan pada tahapan kedua. Kemudian siswa tersebut menjelaskan hasil yang telah dia kerjakan, apabila ada jawaban yang tidak sesuai dengan kelompok lain maka anggota kelompok yang bertanggung jawab mempresentasikan masalah itu saling membantu untuk mendiskusikan jawaban. Gambar 4. 9 Salah Seorang Siswa Memberikan Hasil Investigasi di Papan Tulis Tahap akhir pada model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok adalah evaluasi. Pada tahapan ini seluruh kegiatan investigasi dalam kelompok telah selesai dan presentasi kelompok pun telah disampaikan, selanjutnya guru melakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran yang telah diadakan para siswa dimulai saat terjadinya kegiatan investigasi kelompok, sampai penyampaian presentasi oleh kelompok. Pada tahapan ini, apabila masih terdapat beberapa informasi yang masih kurang dipahami oleh siswa, guru sebagai media penjelas, bisa menjelaskan kembali agar siswa lebih paham dengan materi yang sebelumnya telah diinvestigasi. Dalam pembelajaran pada kelas eksperimen pada saat pertemuan awal siswa masih merasa canggung dengan sistem pembelajaran matematika yang dilakukan secara berkelompok. Dikarenakan kebanyak dari siswa terbiasa dengan sistem pembelajaran matematika yang pemberian materinya dilakukan secara satu arah antara guru dan siswa, tidak seperti matapelajaran lainnya yang dalam pelaksanaanya terkadang menggunakan sistem pembelajaran diskusi kelompok. Dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok banyak siswa yang bingung dalam pengerjaan LKS yang dituntun menyelesaikan masalah dalam LKS dengan dituntut untuk menemukan masalah secaara mandiri. Gambar 4. 10 Namun kecanggungan dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok pada pertemuan selanjutnya siswa lebih antusias dalam proses pembelajaran. Siswa semakin terbiasa untuk menginvestigasi permasalahan-permasalahan yang disajikan didalam LKS yang dilaksanakan dengan kerja kelompok dengan berpedoman pada fakta-fakta awal yang disajikan pada lembar investigasi. Sementara dalam proses pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan proses pembelajaran secara konvensional. Seperti halnya pada kelas eksperimen, langkah awal peneliti dalam kelas kontrol adalah melakukan identifikasi terlebih daulu terhadap materi yang akan disajikan terhadap siswa agar siswa memahami terlebih dahulu materi yang akan dibahas. Pada pembelajaran di kelas kontrol guru melakukan tahapan yang terdapat pada proses pembelajaran secara konvensional. Peneliti mennjelaskan terlebih dahulu materi yang disajikan secara berstruktur kepada siswa dan peneliti juga memberikan beberapa contoh yang berhubungan terhadap materi yang disampaikan oleh peneliti. Pada saat peneliti memaparkan materi yang diterangkan kepada siswanya, para siswa mencatat informasi- informasi penting yang dijelaskanoleh peneliti. Apabila terdapat siswa yang tidak memahami materi yang dijelaskan oleh guru siswa dapat menanyakan secara langsung kepada peneliti tentang materi yang belum dipahami siswa. Dalam pembelajaran seccara konvensional yang terjadi pada kelas kontrol pembelajaran kebanyakan hanya terjadi komunikasi secara satu arah antara guru kepada siswa. Sedangkan siswa jarang diberikan waktu untuk mengemukakan pendapat dalam proses pembelajaran, sehingga siswa kebanyakan menjadi pasif pada kelas kontrol. Namun dalam pembelajaran kontrol ini siswa akan dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh peneliti secara terurut dan sistematis, dikarenakan pembelajaran guru yang menuntut siswa untuk mendengarkan segala sesuatu yang disampaikan oleh peneliti. Namun pengerjaan tersebut kebanyakan hanya pada soal-soal yang memiliki tingkat kemiripan yang sama dengan contoh yang diberikan peneliti. Karena siswa jarang diberikan waktu untuk mengekspresikan kemampuannya untuk lebih aktif. Dari uraian diatas yang telah disampaikan, menunjukan terdapat perbedaan terhadap hasil akhir dari dua kelas yang dalam prakteknya mendapat perlakuan berbeda pula. Hal ini terlihat dari hasil akhir yang berbeda antara kelas eksperimen yang diberikan perlakuan pemberian model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok dalam praktek pembelajaranya dan kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dibuktikan dengan analisis data hasil penelitian, ada perbedaan yang signifikan pada kemampuan penalaran matematika siswa yang dipengaruhi oleh model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif investigasi kelompok dengan pembelajaran secara konvensional.

2. Analisis Hasil Tes Kemampuan Penalaran Siswa

Pada hasil penelitian yang dilakukan rata-rata nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nilai pada kelas kontrol utuk tiap indikatornya. Hal ini menjelaskan bahwa dalam sistem pembelajaran pada kelas eksperimen lebih efektif dibandingkan pada pembelajaran pada kelas kontrol.Perbedaan jawab dari kedua kelas tersebut antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pun terlihat dari hasil penjawaban soal yang dilakukan siswa dalam pengambilan posttest. Berikut terdapat hasil analisis terhadap jawaban dari siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen yang telah dibedakan berdasarkan indikatornya.

1. Mengikuti Aturan Inferensi, Memeriksa Kesahihan Suatu Argumen

Untuk indikator ini dalam soal posttest tersaji dalam dua jenis soal. Yaitu pada soal pertama dan kedua, pada soal pertama merupakan pembuktian suatu argumen yang didalam masalahnya disajikan mengambil materi untuk membuktikan sebuah argumen pada turunan fungsi aljabar, sedangkan pada soal kedua didalamnya disajikan masalah yang dimana siswa diberikan tugas untuk membuktikan suatu argumen pada aturan turunan fungsi trigonometri. Pada indikator ini di kelas eksperimen rata- rata nilai kemampuan untuk mengikuti aturan inferensi dalam memeriksa kesahihan suatu argumen siswa adalah 2,44 dari keseluruhan siswa kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata nilai pada indikator pertama adalah 1,94. Berikut akan disampaikan soal yang membahas tentang indikator ini yaitu soal nomer dua beserta jawaban salah satu siswa dari kelas kontrol dan kelas eksperimen: Apabila terdapat: gx = x cos x fx = x sin x buktikan bahwa Hasil Jawaban Indikator Pertama pada Siswa Kelas Eksperimen Gambar 4. 11 Gambar 4. 12 Hasil Jawaban Indikator Pertama pada Siswa Kelas Kontrol Pada soal kedua ini menggunakan indikator mengikuti aturan inferensi, memeriksa kesahihan suatu argumen. Pada soal ini siswa diberikan sebuah pernyataan argumen yang didalamnya terdapat aturan turunan fungsi trigonometri. Siswa diberikan tugas untuk membuktikan kebenaran argumen tersebut dengan beberapa fakta awal yang digunakan untuk jalan dalam proses pembuktian argumen. Pada jawaban dari kelas eksperimen siswa memberikan penjabaran secara lengkap dan terperinci dalam penyelesaian untuk menuju kebenaran suatu argumen, siswa dalam kelas eksperimen pula dalam mencari turunan kedua siswa tersebut berpikir dengan memanfaatkan turunan pertama agar mendapatkan turunan kedua secara cepat. Sementara jawaban pada kelas kontrol jawaban siswa terlihat lebih singkat dan siswa tidak menjelaskan asal dari turunan pertama yang seharusnya menggunakan aturan turunan fungsi perkalian.

2. Melakukan Manipulasi Matematika

Melakukan Manipulasi Matematika merupakan indikator kedua pada penilitian ini. Untuk indikator ini dalam soal posttest yang disajikan terdapat satu jenis soal yang digunakan yaitu pada soal ketiga. Dalam soal tersaji sebuah masalah didalamnya terdapat perintah menurunkan sebuah fungsi. Namun fungsi tersebut terlihat komplek dalam penyajianya. Siswa sebelumnya diberikan tugas untuk melakukan manipulasi fungsi tersebut agar mampu menjadikanya dalam bentuk yang sederhana. Setelah siswa dapat melakukan penyederhanaan terhadap fungsi, siswa diberikan masalah untuk menurunkan fungsi tersebut yang dalam penurunya menggunakan aturan dalil rantai. Dalam penjawaban siswa dalam kelas eksperimen rata-rata nilai kemampuan siswa dalam memanipulasi fungsi matematika adalah 1,91 dari keseluruhan siswa pada kelas eksperimen, sedangkan pada kelas kontrol rata-rata nilai sebesar 1,85. Berikut ini akan disampaikan soal dengan indikator ini dan salah satu jawaban siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol: “Carilah turunan dari fungsi ” Gambar 4. 13 Hasil Jawaban Indikator Kedua pada Siswa Kelas Eksperimen