Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran

47 Secara lebih khusus, Santyasa 2007:11 mengemukakan jenis media grafis. Menurutnya, media grafis terbagi menjadi delapan jenis, yaitu 1 sketsa; gambar sederhana, 2 gambar; bahasa bentuk atau rupa yang umum, 3 grafik; pemakaian lambang visual untuk menjelaskan suatu perkembangan suatu keadaan, 4 bagan; penyajian ide-ide atau konsep-konsep secara visual yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan, 5 poster; perpaduan antara gambar dan tulisan untuk menyampaikan informasi, saran, seruan, peringatan, atau ide-ide lain, 6 kartun dan karikatur adalah gambaran tentang seseorang, suatu buah pikiran, ataupun suatu keadaan yang dituangkan dalam bentuk lukisan yang lucu, 7 peta datar; penyajian visual yang merupakan gambaran datar dari permukaan bumi, dan 8 transparansi OHP; suatu karya grafis yang dibuat di atas sehelai plastik yang tembus pandang kemudian diproyeksikan ke sehelai layar dengan proyektor OHP. Media pembelajaran memiliki ragam atau jenis yang bermacam-macam. Penggolongannya pun berbeda-beda antara ahli satu dengan ahli lain. Namun, penulis dapat menyimpulkan bahwa jenis media pada dasarnya terbagi atas media audio, visual, gerak. Media grafis adalah salah satu jenis media visual dan salah satu di antaranya adalah media gambar karikatur.

2.2.2.4 Gambar Karikatur sebagai Media Pembelajaran

Salah satu media yang bisa dipilih, cukup murah, dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis argumentasi di kelas adalah gambar karikatur. Karikatur termasuk salah satu jenis media grafis 48 yang mengandung pesan dan kritik yang bernada humor. Para ahli atau masyarakat memiliki pendapat yang berbeda-beda mengenai pengertian gambar karikatur. Pendapat yang paling sering diungkap adalah mengenai persamaan dan perbedaan karikatur dan kartun. Ada yang menganggap karikatur sama dengan kartun, ada yang menyebutkan karikatur bagian dari kartun, ada pula yang mengatakan karikatur berbeda dari gambar kartun. Berikut ini akan dibahas mengenai gambar karikatur dan kedudukannya sebagai media pembelajaran menulis argumentasi. Penelitian ini menggunakan gambar karikatur sebagai media pembelajaran menulis argumentasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nasution 2004:107- 108 yang menjelaskan bahwa siswa harus dididik melihat dan menafsirkan gambar. Dalam hal ini, siswa tidak hanya sekadar melihat apa yang ada dalam gambar, akan tetapi harus dapat mengambil kesimpulan. Kesanggupan memahami gambar bergantung kepada pengalaman yang dimiliki siswa. Memahami gambar juga memerlukan pemikiran yang kritis. Artinya, kalau siswa dapat menafsirkan gambar, ia dapat pula menafsirkan berbagai situasi dalam kehidupan sehari-hari. Cara memperlihatkan gambar di dalam kelas yaitu 1 usahakan setiap anak mendapat kesempatan melihat gambar yang ditampilkan secara cermat, 2 setiap gambar harus mempunyai tujuan tertentu, 3 batasi jumlah gambar yang akan diperlihatkan, dan 4 jelaskan maksud gambar. Jadi, dalam pembelajaran menulis argumentasi, guru harus menuntun siswa untuk dapat menafsirkan pesan yang terkandung dalam gambar karikatur untuk dikembangkan menjadi tulisan argumentatif. 49 Rohani 1997:79 mendefinisikan karikatur sebagai suatu gambar yang sifatnya klise, sindiran, kritikan, dan lucu. Karikatur merupakan ungkapan perasaan seseorang yang diekspresikan agar diketahui khalayak. Karikatur sebagai media komunikasi mengandung pesan, kritik, dan sindiran tanpa banyak komentar, tetapi cukup dengan rekaan gambar yang sifatnya lucu sekaligus mengandung makna yang mendalam. Berbeda dengan pendapat Rohani, Setiawan 2002:46 mendefinisikan arti karikatur sebagai „potret wajah yang diberi muatan lebih‟ sehingga anatomi wajah tersebut terkesan distortif karena mengalami deformasi bentuk, namun secara visual masih dapat dikenali objeknya. Fokus utama yang menjadi dasar sebuah karikatur adalah bentuk wajah yang dideformasi diubah secara berlebih menjadi berbeda dari wajah nyata atau wajah yang asli. Karikaturis yang baik akan selalu berupaya melakukan deformasi seunik mungkin tanpa mengurangi kesan kemiripan dengan objek aslinya. Pendapat lain yang berbeda juga diungkapkan Sumarna 2003:43, bahwa dalam rutinitas pemunculannya, karikatur tidak selalu harus menampilkan gambar tokoh yang telah “divermak” penampilannya. Gambar-gambar kartunis lainnya yang menggelitik terhadap kenyataan yang terjadi di masyarakat dapat juga dikategorikan sebagai karikatur. Dalam hal ini, seorang karikaturis tidak dibatasi pada aspek gambaran wajah ataupun gambaran seorang tokoh tertentu, melainkan gambar-gambar sederhana yang bisa memunculkan kritik atau sindiran. Setelah membandingkan ketiga pendapat mengenai definisi karikatur yang telah diuraikan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa definisi yang dikemukakan 50 Rohani dan Sumarna dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Menurut peneliti, definisi ini sesuai dengan materi yang diajarkan, yaitu menulis argumentasi karena yang dikaji dalam argumentasi adalah fenomena-fenomena yang diwujudkan dalam bentuk gambar karikatur. Fenomena-fenomena tersebut dapat merangsang dan mendorong siswa untuk secara kreatif mengembangkan sendiri berbagai interpretasi sebagai respon terhadap apa yang diungkapkan oleh karikaturis melalui karyanya. Interpretasi merupakan salah satu aspek penting dalam memahami pesan yang diungkapkan oleh sebuah karikatur. Hasil interpretasi itulah yang kemudian dikembangkan siswa dalam bentuk tulisan argumentatif. Gambar karikatur termasuk jenis media grafis. Media grafis adalah suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan-tulisan, atau simbol visual yang lain dengan maksud untuk mengikhtisarkan, menggambarkan, dan merangkum suatu ide, data, atau kejadian, Santyasa 2007:11. Kelebihan yang dimiliki media grafis, termasuk gambar karikatur ialah bentuknya sederhana, ekonomis, bahan mudah diperoleh, dapat menyampaikan rangkuman, mampu mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, tidak memerlukan peralatan khusus, mudah penempatannya dan hanya sedikit memerlukan informasi tambahan. Sementara kelemahannya yaitu tidak dapat menjangkau kelompok besar, hanya menekankan persepsi indra penglihatan saja, serta tidak menampilkan unsur suara dan gerak. Setelah mengkaji berbagai keterangan dan pendapat dari para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa gambar karikatur dapat dijadikan sebagai media pembelajaran, termasuk pembelajaran menulis argumentasi. Karikatur 51 adalah gambaran seseorang yang dilebih-lebihkan atau gambar-gambar lain yang menggambarkan sebuah fenomena. Gambar karikatur mengandung pesan yang harus ditafsirkan oleh siswa agar dapat dikembangkan menjadi tulisan argumentatif. Gambar karikatur sangat tepat untuk digunakan sebagai media pembelajaran menulis argumentasi karena selain murah, mudah didapatkan, dan menarik, juga memudahkan siswa dalam menyampaikan argumen-argumennya karena gambar karikatur mengandung suatu makna, pesan, kritik, atau informasi lain yang tersirat secara visual. Meskipun demikian, gambar karikatur juga memiliki kelemahan, yaitu tidak dapat menjangkau kelompok besar, hanya menekankan persepsi indra penglihatan saja, serta tidak menampilkan unsur suara dan gerak.

2.2.3 Hakikat Teknik Pancingan Kata Kunci

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MELALUI TEKNIK PENGELOMPOKAN KATA BERBANTUAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS VIII A MTS AL ISLAM LIMPUNG KAB. BATANG

0 20 230

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI TEKNIK SHOW NOT TELL DENGAN MEDIA TEKS DRAMA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MRANGGEN KABUPATEN DEMAK

5 41 167

Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Berdasarkan Pengalaman Pribadi dengan Teknik Kata Kunci melalui Media Foto Siswa Kelas VII SMP Islam Al Munawaroh Banjarnegara

0 9 167

PENERAPAN MEDIA GAMBAR KARIKATUR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI PADA SISWA KELAS X E SMA NEGERI 1 JOGOROGO KABUPATEN NGAWI TAHUN AJARAN 2009 2010

0 6 116

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN MELALUI TEKNIK SHOW NOT TELL DENGAN MEDIA TEKS DRAMA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 MRANGGEN KABUPATEN DEMAK.

0 0 1

(ABSTRAK) PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA BERDASARKAN PENGALAMAN PRIBADI DENGAN TEKNIK PANCINGAN KATA KUNCI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 MOJOTENGAH KABUPATEN WONOSOBO.

0 0 2

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA BERDASARKAN PENGALAMAN PRIBADI DENGAN TEKNIK PANCINGAN KATA KUNCI PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 MOJOTENGAH KABUPATEN WONOSOBO.

5 19 145

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Teknik Penemuan Kata Kunci Melalui Media Gambar Siswa Kelas VII C MTs Nahdlatusy Syubban Sayung Demak.

0 3 138

Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Media Gambar Karikatur melalui Teknik Pancingan Kata Kunci Siswa Kelas VIII F SMP Negeri 13 Semarang Tahun Pelajaran 2008/2009.

0 2 146

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR DENGAN TEKNIK KATA KUNCI KELAS VII I

0 3 11