Kesamaan Karakteristik terhadap Efektivitas Komunikasi

kesembuhannya. Komunikasi yang baik antara petugas medis ataupun non medis RS. Bhayangkara Semarang dengan para pasien menciptakan hubungan yang harmonis. Dari hubungan yang harmonis itulah muncul persepsi positif dibenak pasien mengenai kualitas pelayanan komunikasi secara tatap muka yang telah diberikan RS. Bhayangkara Semarang terhadap pasien selama mereka dirawat. Keterkaitan antara indikator faktor personal dalam penelitian ini berdasarkan pendapat Rakhmat 2011 yaitu kesamaan karakteristik dan tekanan emosional menjadi bahan pembahasan dengan melihat relevansi antara kedua aspek tersebut dengan efektivitas komunikasi antara dokter dengan pasien.

a. Kesamaan Karakteristik terhadap Efektivitas Komunikasi

Hasil penelitian tentang kesamaan karakteristik ditemukan bahwa dari 5 pernyataan tentang kesamaan karakteristik dalam berkomunikasi sebagian besar menjawab tidak setuju, artinya sistem komunikasi antara dokter dengan pasien di RSUP H. Adam Malik Medan tidak terlalu terikat dengan kesamaan karakteristik. Sesuai penelitian Djamroni, dkk 2007 bahwa hubungan antar tenaga kesehatan dokter dengan pasien menjadi perbincangan setelah dikeluarkan UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Secara rinci, UU Perlindungan Konsumen memberikan pengaturan tentang hak serta kewajiban, baik bagi pemberi jasa maupun pengguna jasa. Dengan demikian, perlu dilakukan pengkajian terhadap pemberi jasa dibidang kesehatan, karena sifatnya khusus dan teknis serta tidak dapat diketahui oleh sembarang orang. Memang, dalam dunia kesehatan terdapat standart profesi. Akan tetapi, tentunya setiap individu mempunyai kekhususan. Hal inilah Universitas Sumatera Utara yang menyebabkan adanya kekhususan terhadap hubungan antara pemberi jasa kesehatan dengan pengguna jasa. Demikian pula terhadap pemberi jasa di rumah sakit. Sesuai pendapat Babrow dan Dinn 2005 bahwa seorang dokter yang cakap harus juga seorang komunikator cakap, yang memahami ketidakpastian dialami pasien dan keluarganya. Profesional medis yang mengandalkan keahlian medis dengan mengabaikan pentingnya komunikasi dengan pasien dianggap arogan namun juga membahayakan kehidupan pasien dan karier mereka sendiri. Komunikasi di antara dokter dan pasien juga mencakup komunikasi nonverbal. Di Indonesia, menganggukkan kepala tidak selalu berarti ya, dan menggelengkan kepala tidak selalu berarti tidak. Dokter Indonesia harus kritis menafsirkan pesan pasien yang samar ini. Misalnya, jika dokter mengharapkan pasien untuk kembali menemuinya minggu depan, setelah dokter memberi obat, anggukan kepala pasien tidak otomatis berarti persetujuan. Pasien mengangguk, namun boleh jadi ia tidak berniat untuk kembali menemuinya. Padahal, konsultasi selanjutnya penting bagi kesehatan pasien. Empat ratus tahun Sebelum Masehi, Hipokrates menyadari hubungan antara komunikasi efektif dokter dan kemungkinan yang lebih besar bagi pasien untuk sembuh. Hipokrates menulis, Pasien, meskipun sadar bahwa kondisinya membahayakan, mungkin pulih kembali hanya karena puas dengan kebaikan dokter. Komunikasi efektif yang selama ini dianggap seni oleh dokter, justru merupakan obat paling mujarab bagi pasien. Bensing dan Verhaak 2004 mengkaji ulang bukti ilmiah Universitas Sumatera Utara yang awalnya dianggap efek placebo Efek placebo ternyata ilmiah. Makin besar harapan dokter bahwa pasien akan sembuh, makin besar kemungkinan pasien untuk sembuh. Kepedulian dokter terhadap pasien ternyata mengurangi kecemasan, rasa sakit, dan tekanan darah serta meningkatkan kesehatan mereka secara umum. Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan dokter kepada masyarakat adalah dengan meningkatkan keterampilan komunikasi mereka. Salah satu kebiasaan dokter yang merusak adalah keengganan mereka untuk mendengarkan pasien. Salah satu aspek komunikasi nonverbal yang penting adalah sentuhan. Riset dalam komunikasi kesehatan menunjukkan bahwa kebutuhan pasien akan sentuhan tidak dipenuhi oleh profesional medis Kreps dan Thornton, 1992. Pijitan dan sentuhan oleh dokter dan perawat menghasilkan efek positif pada pasien yang dirawat di rumah sakit Knapp dan Hall, 2002.

b. Tekanan Emosional terhadap Efektivitas Komunikasi