b. Konsep Diri
Konsep diri merupakan keadaan di mana seorang individu berusaha untuk mengamati, mencari gambaran, dan memberikan penilaian terhadap dirinya sendiri.
William D. Brooks dalam Rakhmat 2011 memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai pandangan dari perasaan seseorang tentang dirinya sendiri, keadaan
seperti ini dapat bersifat psikologis, sosial maupun fisik. Secara lengkap Brooks mengatakan Those physical, social and psychologicall perceptions of ourself that
we have derived from experience and our interaction with others. Setiap orang sedapat mungkin bertingkah laku sesuai dengan konsep dirinya.
Orang yang mengalami kesulitan untuk mengkomunikasikan gagasannya kepada orang lain, cenderung tidak mampu dan menghindari pembicaraan dengan orang lain.
Untuk dapat memperoleh suatu bentuk konsep tentang diri sendiri, terdapat dua hal yang sangat terkait, yaitu :
1 Orang lain Memahami diri sendiri sangat berkaitan erat dengan kemampuan memahami
orang lain. Mengenal diri sendiri dengan mengenal orang lain terlebih dahulu, Gabriel Marcel dalam Rakhmat 2011, menuliskan secara lengkap tentang peranan orang lain
dalam memahami diri sendiri The fact is the we can understand ourselves by starting from the others, and only by strating from them. bagaimana orang lain menilai
dirinya, akan membentuk konsep terhadap dirinya.
Universitas Sumatera Utara
2 Kelompok rujukan Reference group Sebagai mahluk sosial, manusia cenderung untuk hidup berkelompok dan
berkumpul dengan orang lain. Di dalam suatu kelompok, seseorang memiliki kecenderungan untuk mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya dengan
ciri-ciri kelompoknya Rakhmat, 2011.
c. Atraksi Interpersonal
Atraksi yang berasal dari bahasa latin Attrahere-ad berarti menuju, trahere yang mengandung arti menarik dan dimaksudkan secara interpersonal merupakan
kecenderungan suka kepada orang lain, adanya sikap positif dan daya tarik seseorang. Semakin ada ketertarikan kepada seseorang maka kecenderungan untuk
berkomunikasi dengannya juga semakin besar Rakhmat, 2011. Atraksi interpersonal dalam komunikasi interpersonal dapat berpengaruh pada
penafsiran dan penilaiaan terhadap pesan yang dikirim oleh komunikator. Selain itu, atraksi interpersonal juga berdampak pada efektifitas komunikasi karena suasana dan
pertemuan dalam komunikasi dianggap sebagai hal yang menyenangkan oleh komunikan. Hubungan antar individu dalam atraksi interpersonal dipengaruhi oleh
faktor personal faktor yang timbul dari dalam diri individu dan faktor situasional faktor yang timbul dari luar diri individu Rakhmat, 2011.
1 Faktor personal yang meliputi beberapa hal, yaitu : a Kesamaan karakteristik personal
Kesamaan karakteristik personal meupakan hal yang sangat menentukan dalam atraksi interpersonal. Orang yang memiliki kesamaan dalam sikap, nilai,
Universitas Sumatera Utara
keyakinan, tingkat ekonomi, agama dan ideologi cenderung saling menyukai satu sama lain. Atraksi interpersonal merupakan gabungan dari efek keseluruhan
interaksi diantara individu. Bagi komunikator akan lebih tepat untuk memulai komunikasi dengan memberi kesamaan pada komunikan Rakhmat, 2011.
b Tekanan emosional Orang yang berada dalam keadaan yang mencemaskan atau mengancam,
ataupun memikul beban, akan lebih membutuhkan kehadiran orang lain dari pada orang yang tidak mengalami masalah atau beban apapun. Hal ini mencakup
harga diri yang rendah dan adanya isolasi sosial yang semuanya mengarahkan individu pada munculnya tekanan secara emosional Rakhmat, 2011.
c. Harga diri yang rendah Menurut Walster dalam Rakhmat 2011, bila harga diri direndahkan, hasrat
bergabung dengan orang lain bertambah, dan ia makin responsif untuk menerima kasih sayang orang lain. Dengan perkataan lain, orang yang rendah
diri cenderung mudah mencintai orang lain. d. Isolasi sosial
Tingkat isolasi sosial yang amat besar berpengaruh terhadap ketertarikan pada orang lain. Menurut Aronson, orang yang ketertarikan pada orang lain
bertambah akan lebih di senangi daripada orang yang kesukaannya kepada pada orang tidak berubah Rakhmat, 2011.
Universitas Sumatera Utara
2 Faktor situasional a Daya tarik fisik
Daya tarik fisik dapat diartikan sebagai kecantikan atau ketampanan seseorang dalam penampilan. Orang yang memiliki daya tarik fisik tinggi cenderung lebih
disukai orang lain dan lebih mudah mendapatkan simpati serta penghargaan. b Ganjaran
Orang yang memberikan penghargaan kepada orang lain akan lebih didekati dari pada orang yang tidak pernah memberikan penghargaan. Penghargaan disini dapat
berupa pujian, bantuan, dorongan moril, atau hal-hal lain yang meningkatkan harga diri. Dalam teori pertukaran sosial, seseorang akan melanjutkan hubungan dengan
orang lain, bila keuntungan yang diperoleh lebih banyak. c Kedekatan Proximity
Orang cenderung menyenangi orang lain yang tinggal berdekatan jaraknya dengan dirinya, sehingga seringkali terjalin persahabatan antara orang yang bertempat
tinggal saling berdekatan. Dalam hal ini termasuk juga adanya faktor familiarity, dimana seseorang dapat menerima orang lain dengan baik apabila telah mengenal
orang tersebut secara dekat. d Kemampuan Competence
Orang-orang yang memiliki kemampuan pada suatu bidang professional atau non profesional lebih mudah mendapatkan simpati dari orang lain.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Komunikasi Interpersonal yang Efektif
Menurut Devito dalam Liliweri 1997, menyatakan bahwa ada 5 lima karakteristik dalam komunikasi interpersonal yang efektif, yaitu :
a. Keterbukaan Openness Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dari komunikasi
interpersonal. Pertama, individu terbuka pada orang yang diajaknya berinteraksi. Hal ini tidak berarti bahwa individu harus membuka semua riwayat hidupnya, akan tetapi
harus ada kesediaan untuk membuka diri, mengungkap informasi yang biasanya disembunyikan asalkan pengungkapan diri ini pantas. Kedua, mengacu kepada
kesediaan individu bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang lain. Ketiga, mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang dilontarkan adalah memang milik individu serta bertanggung jawab atasnya.
b. Empati Empathy Empati merupakan suatu kemampuan merasakanorang lain. Jika seorang
mampu berempati dengan orang lain, maka orangtersebut akan berada dalam posisi yang lebih baik.
c. Sikap Mendukung Supportiveness Sikap mendukung diperlihatkan dengan bersikap menyampaikan perasaan
tanpa menilai. Komunikasi yang bernada menilai sering kali membuat individu bersikap defensif, bersedia mengubah sikap dan pandangannya yang mungkin keliru
Universitas Sumatera Utara
serta menghargai pendapat orang lain, berpikiran terbuka serta bersedia mendengar pandangan atau pendapat yang berlawanan.
d. Sikap Sportif Supportivenes Sikap sportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive dalam
komunikasi. Seseorang bersikap defensive bila tidak diterima, tidak jujur, dan tidak empati sehingga akan mengalami kegagalan dalam hubungan interpersonal.
Komunikasi defensive dapat terjadi karena faktor-faktor personal ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensive dan sebagainya atau
faktor-faktor situasional yaitu perilaku komunikasi orang lain. e. Kesetaraan Equality
Hubungan interpersonal akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan
berharga, menerima pihak lain apa adanya dan tidak merasa dirinya lebih tinggi dari pihak lain.
2.2.4 Keterampilan Komunikasi Interpersonal
Keterampilan komunikasi interpersonal merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang agar proses komunikasi interpersonal dapat berlangsung
dengan baik. Untuk dapat memperoleh komunikasi yang harmonis dan memiliki arti yang tepat, keterampilan ini sangat dibutuhkan. Situasi komunikasi yang diharapkan
adalah suatu bentuk komunikasi yang berlangsung timbal balik dan tidak bersifat searah. Jhonson dalam Supratiknya, 1995, mengungkapkan beberapa keterampilan
dasar dalam berkomunikasi, yang meliputi hal-hal berikut:
Universitas Sumatera Utara
a. Mampu memahami, yang meliputi sikap percaya, membuka diri, keinsafan dan penerimaan diri.
b. Mampu mengkomunikasikan perasaan dan fikiran kita dengan tepat dan jelas. c. Mampu memberi dan menerima dukungan.
d. Mampu memecahkan konflik dan bentuk-bentuk masalah antar pribadi yang mungkin muncul dalam komunikasi dengan orang lain dengan cara konstruktif.
Lebih jauh Roberta Bolton dalam Aizzati, 2004, mengatakan bahwa terdapat lima keterampilan yang juga harus dimiliki seseorang dalam situasi
komunikasi interpersonal berlangsung, yaitu: a. Keterampilan mendengarkan dengan baik, meliputi beberapa prinsip yang dikenal
dengan Soler Principles. b. Keterampilan bertingkah laku asertif
c. Keterampilan menyelesaikan konflik d. Keterampilan menyelesaikan masalah secara bersama
e. Keterampilan menyeleksi situasi-situasi sehingga dapat digunakan pesan yang sesuai dan tepat.
Wilbur Shramm dalam Effendy, 2003 , mengatakan pesan sebagai tanda esensial yang harus dikenal oleh komunikan. Semakin tumpang tindih bidang
pengalaman Field of experience komunikator dengan bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan.
Devito dalam Liliweri 1997, menyatakan ada 5 lima tahap sebagai deskripsi umum tentang pengembangan komunikasi, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
a. Kontak Tahap pertama adalah mengadakan kontak. Menurut beberapa periset, pada tahap
ini individu memutuskan apakah ingin melanjutkan hubungan atau tidak. b. Keterlibatan
Tahap keterlibatan adalah tahap pengenalan lebih lanjut yaitu mengikat diri untuk lebih mengenal diri orang lain dan juga mengungkapkan diri pada orang lain.
c. Keakraban Pada tahap ini individu mengikat diri lebih jauh dan mungkin membina hubungan
primer yaitu menjadi sahabat karib. d. Pemutusan
Tahap pemutusan adalah tahap pemutusan ikatan yang mempertalikan kedua pihak.
2.3 Rumah Sakit
2.3.1 Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah organisasi unik karena merupakan paduan antara organisasi padat teknologi, padat karya dan padat modal sehingga pengelolaan rumah
sakit menjadi disiplin ilmu tersendiri yang mengedepankan dua hal sekaligus, yaitu teknologi dan perilaku manusia di dalam organisasi Subanegara, 2005.
American Hospital Association di tahun 1987, menyatakan bahwa rumah sakit adalah suatu institusi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada
pasien diagnostik dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah kesehatan, baik yang bersifat bedah maupun non bedah. Rumah sakit harus dibangun, dilengkapi
Universitas Sumatera Utara
dan dipelihara dengan baik untuk menjamin kesehatan dan keselamatan pasiennya dan harus menyediakan fasilitas yang lapang, tidak berdesak-desakan dan terjamin
sanitasinya bagi kesembuhan pasien Aditama, 2003. Massie dalam Aditama 2003, mengemukakan tiga ciri khas rumah sakit
yang membedakannya dengan industri lainnya, yaitu: 1. Kenyataan bahwa bahan baku dari industri jasa kesehatan adalah manusia. Dalam
industri rumah sakit, seyogyanya tujuan utamanya adalah melayani kebutuhan manusia, bukan semata-mata menghasilkan produk dengan proses dan biaya yang
manajemen, khususnya menyangkut pertimbangan etika dan nilai kehidupan manusia. seefisien mungkin. Unsur manusia perlu mendapat perhatian dan
tanggung jawab utama pengelola rumah sakit. Perbedaan ini mempunyai dampak penting dalam manajemen, khususnya menyangkut pertimbangan etika dan nilai
kehidupan manusia. 2. Kenyataan bahwa dalam industri rumah sakit yang disebut sebagai pelanggan
customer tidak selalu mereka yang menerima pelayanan. Pasien adalah mereka yang diobati di rumah sakit. Akan tetapi, kadang-kadang bukan mereka sendiri
yang menentukan di rumah sakit mana mereka harus dirawat. Bagi karyawan ditentukan oleh kebijaksanaan kantornya. Jadi jelaslah mereka yang diobati di
suatu rumah sakit belum tentu kemauan pasien. Selain itu, jenis tindakan medis yang akan dilakukan dan pengobatan yang diberikan juga tidak tergantung pada
pasiennya, tetapi tergantung dari dokter yang merawatnya. Ini tentu amat berbeda dengan bisnis restoran di mana si pelangganlah yang menentukan menunya yang
akan dibeli.
Universitas Sumatera Utara
3. Kenyataan menunjukkan bahwa pentingnya profesional tenaga kesehatan termasuk dokter, perawat, ahli farmasi, fisioterapi, radiographer, ahli gizi dan lain-lain. Para
profesional ini sangat banyak sekali jumlahnya di rumah sakit. Hal yang perlu mendapat perhatian adalah kenyataan bahwa para profesional cenderung sangat
otonom dan berdiri sendiri. Tidak jarang misi kerjanya tidak sejalan dengan misi kerja manajemen organisasi secara keseluruhan tetapi bekerja dengan standar
profesi yang dianutnya. Akibatnya ada kesan bahwa fungsi manajemen dianggap kurang penting.
Dalam kerangka tatanan Sistem Kesehatan Nasional, Rumah Sakit menjadi salah satu unsur yang harus dapat memenuhi tujuan pembangunan kesehatan yaitu
untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dan tujuan nasional. Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara
berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya promotif dan preventif
serta melaksanakan upaya rujukan. Untuk menyelenggarakan upaya tersebut, Rumah Sakit umum antara lain
berfungsi memberikan : 1 pelayanan rawat jalan, 2 pelayanan rawat inap, 3pelayanan penunjang medis, antara lain; farmasi, laboratorium, radiologi, gizi,
4pelayanan penunjang umum, meliputi fungsi administrasi Rumah Sakit. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, disebutkan bahwa Rumah Sakit umum
Universitas Sumatera Utara
adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat dasar, Spesialistik dan Subspesialistik Aditama, 2003.
2.3.2 Pelayanan Rawat Jalan
Pelayanan kesehatan pasien rawat jalan merupakan salah satu pelayanan yang menjadi perhatian utama Rumah Sakit diseluruh dunia. Hampir seluruh Rumah Sakit
di negara maju kini meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan terhadap pasien rawat jalan. Hal ini disebabkan :
1. Jumlah pasien rawat jalan jauh lebih besar dari pada pasien rawat inap sehingga pasien rawat jalan sebenarnya merupakan aset sumber pangsa pasar yang besar
yang belum dioptimalkan. Menurut hasil survei beberapa Rumah Sakit di Amerika, perbandingan pasien rawat jalan dibanding pasien rawat inap sedikitnya 10 :1.
2. Adanya fenomena peningkatan pelayanan pasien rawat jalan dari tahun ketahun. Menurut AHC America Health Consultant, 1999, di Amerika terjadi kenaikan
sebesar 18 jumlah pelayanan rawat jalan per 1000 penduduk di seluruh Rumah Sakit di Amerika pada tahun 1993 dibandingkan tahun 1997. Hal ini disebabkan
adanya perkembangan yang pesat dari teknologi kedokteran, perkembangan perusahaan asuransi dan perilaku masyarakat, yang cenderung lebih menyukai
pelayanan rawat jalan dan mendorong perkembangan jumlah pasien rawat jalan dibandingkan rawat inap.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Dokter
Pengertian dokter sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi dan dan dokter gigi spesialis
lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun diluar negeri yang diakui Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Menurut Iswandari 2006, strategi WHO yang dikenal dengan sebutan Five
Stars Doctor a. Sebagai health
dimana setiap dokter diharapkan dapat berperan: care provider
b. Sebagai yang bermutu, berkesinambungan dan komprehensif
dengan mempertimbangkan keunikan individu, berdasarkan kepercayaan dalam jangka panjang,
decision maker
c. Sebagai yang mampu memilih teknologi yang tepat dengan
pertimbangan etika dan biaya, communicator,
d. Sebagai yang mampu mempromosikan gaya hidup sehat melalui
Komunikasi, Informasi dan Edukasi KIE serta memberdayakan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal,
community leader
e. Sebagai , yang mampu memperoleh kepercayaan, membangun
kesepakatan tentang kesehatan serta berinisiatif meningkatkan kesehatan bersama, manager
Hak dan kewajiban yang timbul dalam hubungan pasien dengan dokter meliputi 1 penyampaian informasi dan 2 penentuan tindakan. Pasien wajib
, yang mampu menggerakkan individu dan lingkungan demi kesehatan bersama dengan menggunakan data yang akurat.
Universitas Sumatera Utara
memberikan informasi yang berkaitan dengan keluhannya dan berhak menerima informasi yang cukup dari dokter right to information serta berhak mengambil
keputusan untuk dirinya sendiri right to self determination. Di sisi lain dokter berhak mendapatkan informasi yang cukup dari pasien dan wajib memberikan
informasi yang cukup pula sehubungan dengan kondisi serta akibat yang akan terjadi. Selanjutnya dokter berhak mengusulkan yang terbaik sesuai kemampuan dan
penilaian profesionalnya ability and judgement dan berhak menolak bila permintaan pasien dirasa tidak sesuai dengan norma, etika serta kemampuan profesionalnya.
Selain itu, dokter wajib melakukan pencatatan rekam medik dengan baik dan benar Iswandari,
Menurut Budiarso 2007, pada beberapa dekade tahun yang lalu hubungan antara rumah sakit selaku produsen jasa layanan kesehatan dan penderita selaku
konsumen belum harmonis. Pada waktu memerlukan layanan kesehatan pada sebuah rumah sakit, seorang pasien hanya mempunyai hak untuk menentukan ke rumah sakit
mana pasien tersebut akan pergi. Setelah itu pasien harus menurut tentang semua hal kepada dokter dan rumah sakit tempat pasien dirawat, pemeriksaan dan pengobatan
apa saja yang harus dijalaninya tanpa didengar pendapatnya. Namun saat ini sudah banyak dicapai kemajuan hubungan antara rumah sakit dan pasien, sudah merupakan
kejadian yang biasa bahwa seorang pasien menuntut rumah sakit atas layanan yang dia terima. Akibat dari hal itu, dokter dan rumah sakit sudah lebih hati-hati dalam
melaksanakan kegiatan profesinya. Dalam hal ini rumah sakit berusaha benar untuk dapat diakreditasi disamping ini merupakan pengakuan atas kualitas produk jasa
layanan kesehatan yang dihasilkan. Kegiatan ini membutuhkan biaya yang tidak 2006.
Universitas Sumatera Utara
sedikit dan ditanggung rumah sakit, di lain pihak pasien akan menikmati layanan kesehatan yang lebih meningkat mutunya.
Saat ini dinas kesehatan memang memiliki fungsi pengawasan. Akan tetapi, fungsi pengawasan ini belum dilaksanakan secara maksimal. Data menunjukkan dari
5.000 dokter yang memiliki izin praktek dari dinas kesehatan, hanya enam sampai tujuh dokter yang izinnya dicabut. Itu juga karena pindah kota. Jadi, bukan karena
dokter tersebut terbukti melakukan malpraktek atau kelalaian Kompas, 2003. Moeloek 2006, Ikatan Dokter Indonesia menyatakan, tuntutan malpraktek
harus dilihat kasus per kasus. Tidak bisa digeneralisasi secara keseluruhan seperti apa yang menjadi malpraktek dan mana yang bukan. Oleh sebab itu masalah
malpraktek ini harus dilihat dari etika kedokteran, yang terkait dengan kemurnian niat, kerendahan hati, kesungguhan kerja, integritas ilmu, integritas sosial,
kesejawatan, dan ketuhanan. Mengacu pada etika ini, tidak mungkin seorang dokter bermaksud jahat terhadap pasien. Batasan tegas seorang tenaga medis melakukan
malpraktek adalah jika tindakan tenaga medis tersebut sudah melanggar standar prosedur. Masalahnya, saat ini setiap rumah sakit memiliki SOP standar of
procedure yang berbeda-beda, tergantung fasilitas yang dimilikinya. Sehingga tidak bisa disalahkan jika dokter tidak melakukan SOP yang sama di rumah sakit yang
berbeda. Jika ternyata masyarakat menemukan kasus-kasus yang dianggapnya malpraktek, dapat membawa masalah ini ke Majelis Kode Etik Kedokteran Kompas,
2003.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Landasan Teori