Peran dan Fungsi Komite Sekolah

31

4. Tujuan Komite Sekolah

Dibentuknya komite sekolah dimaksudkan agar adanya suatu organisasi masyarakat yang mempunyai komitmen dan loyalitas serta peduli terhadap peningkatan kualitas sekolah. Adapun tujuan dibentuknya komite sekolah sekolah sebagai suatu organisasi masyarakat adalah sebagai berikut: 1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam rangka melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan 2. Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan di satuan pendidikan. 3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu dalam satuan pendidikan. 32 Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang pendidikan diperlukan wadah yang dapat mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan potensi masyarakat, sekaligus dapat menjamin terwujudnya demokratisasi, transparansi dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu wadah tersebut adalah dewan pendidikan di tingkat kabupatenkota dan komite sekolahmajelis madrasah di tingkat satuan pendidikan. Peningkatan partisipasi yang dimaksud adalah penciptaan lingkungan yang terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah guru, siswa, karyawan dan masyarakat orang tua siswa, tokoh masyarakat, ilmuwan, usahawan, dan sebagainya didorong untuk terlibat secara langsung dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa jika seseorang dilibatkan berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan, maka yang bersangkutan akan mempunyai “rasa memiliki” terhadap sekolah, sehingga yang bersangkutan juga akan bertanggung 32 Nanang Fatah, Op.Cit, h.118 32 jawab dan berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan madrasah. Makin besar tingkat partisipasi, rasa memiliki, rasa tagging jawab, makin besar dedikasinya. Tentu saja pelibatan warga sekolah dalam penyelenggaraan sekolah harus mempertimbangkan keahlian, batas kewenangan, dan relevansinya dengan tujuan partisipasi. Peningkatan partisipasi warga sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan sekolah akan mampu menciptakan keterbukaan, kerjasama yang kuat, akuntabilitas, dan demokrasi pendidikan. Komite sekolah merupakan suatu lembaga yang mengikutsertakan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan yang dapat menampung dan menyalurkan pikiran dan gagasan dalam mengupayakan kemajuan pendidikan. Dalam hal ini komite sekolah sekolah merupakan badan mandiri yang berperan serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan madrasah.

5. Prinsip Pembentukan Komite Sekolah

a. Transparan –terbuka b. Akuntabel- dipertanggung jawabkan kepada masyarakat c. Demokratis- dipilih dari dan oleh masyarakat pendidikan secara mufakat,bila perlu dengan pemungutan suara d. Merupakan mitra satuan pendidikan 33

6. Program Komite Sekolah

Untuk melaksanakan roda organisasi sekolah harus menyusun program kerja, baik dalam jangka pendek , menengah dan jangka panjang. Program kerja ini harus segera disusun setelah struktur kepengurusan dan keanggotaannya dibentuk, serta telah memiliki ADART. Penyusunan program kerja komite sekolah perlu memperhatikan atau berdasarkan beberapa hal sebagai berikut : a. Program kerja komite sekolah merupakan penjabaran peran dan fungsi komite sekolah. Program kerja sekolah jangan sampai keluar dari peran 33 Bedjo Sujanto, Op. Cit, h. 65 33 dan fungsi kepala sekolah, apa yang dapat atau tidak dapat dan harus dilakukan oleh komite sekolah tidak lain harus tetap dalam koridor yang tertuang dalam peran dan fungsi komite sekolah b. Berdasarkan data dan informasi yang akurat yang diproleh dari kondisi dan permasalahan nyata yang dihadapi oleh sekolah. Proses penyusunan program kerja komite sekolah perlu mempertimbangkan masukan dan pertimbangan dari sekolah. Untuk memperoleh data dan informasi yang lebih akurat, maka komite sekolah dapat melakukan observasi langsung ke orang tua siswa. Misalnya untuk mengetahui data yang akurat tentang jumlah siswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu c. Sesuai dengan kaidah penyusunan program kerja pada umumnya, program kerja komite sekolah disusun menganut kaidah SMART Specific, Measurable, achievable, time frame Dalam memyusun program kerja , komite sekolah harus memperhatikan kaidah SMART yakni : 1 Spesifik 2 Dapat diukur keberhasilan dan taraf pencapaiannya 3 Dapat dicapai dan diproleh 4 Berorientasi pada hasil dan proses 5 Dengan jadwal yang jelas. 6 Pelaksanaan program kerja komite sekolah harus dipertanggungjawbkan kepada masyarakat. 34

7. Keanggotaan dan Kepengurusan Komite Sekolah

a. Keanggotaan Komite

Keanggotaan komite sekolah berasal dari unsur-unsur yang ada dalam masyarakat. Anggota Komite sekolah dari unsur masyarakat dapat berasal dari komponen-komponen sebagai berikut: 34 Sri Renata Panjastuti, Suparlan, Komite Sekolah sejarah dan prospeknya dimasa depan , Yogyakarta ; Hikayat Publishing, 2008 Cet. 1, h.101 34 1 Unsur masyarakat berasal dari : orang tua wali peserta didik, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, dunia usaha industry, organisasi profesi tenaga kependidikan, wali alumni dan wakil peserta didik 2 Unsur dewan guru, yayasan lembaga penyelenggaraan pendidikan, badan pertimbangan desa dapat pula dilibatkan sebagai anggota komite sekolah maksimal 3 orang 3 Anggota komite sekolah sekurang-kurangnya berjumlah 9 orang

b. Kepengurusan komite sekolah :

1 Pengurus sekurang- kurangnya terdiri atas ketua, sekertaris dan bendahara 2 Pengurus dipilih oleh anggota 3 Ketua bukan berasal dari kepala sekolah Pengurus komite sekolah ditetapkan berdasarkan ADART yang terdiri atas seorang ketua, sekretaris, bendahara, dan bidang-bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan. Pengurus komite dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis. Khusus jabatan ketua komite bukan berasal dari kepala satuan pendidikan. Jika diperlukan dapat diangkat petugas khusus yang menangani urusan administrasi komite sekolah dan bukan pegawai sekolah, berdasarkan kesepakatan rapat komite sekolah. Pengurus komite sekolah adalah personal yang ditetapkan berdasarkan kriteria sebagai berikut: a. Dipilih dari dan oleh anggota secara demokratis dan terbuka dalam musyawarah komite sekolah. b. Masa kerja ditetapkan oleh musyawarah anggota komite sekolah. c. Jika diperlukan pengurus komite sekolah dapat menunjuk atau dibantu oleh tim ahli sebagai konsultan sesuai dengan bidang keahliannya Mekanisme kerja pengurus komite sekolah dapat diidentifikasikan sebagai berikut : a. Pengurus komite sekolah terpilih bertanggungjawab kepada musyawarah anggota sebagai forum tertinggi sesuai AD dan ART. 35 b. Pengurus komite sekolah menyusun program kerja yang disetujui melalui musyawarah anggota yang berfokus pada peningkatan mutu pelayanan pendidikan peserta didik. c. Apabila pengurus komite sekolah terpilih dinilai tidak produktif dalam masa jabatannya, maka musyawarah anggota dapat memberhentikan dan mengganti dengan kepengurusan baru. d. Pembiayaan pengurus komite sekolah diambil dari anggaran komite sekolah yang ditetapkan melalui musyawarah. 35 Pengurus dari komite sekolah yang terpilih secara demokratis harus segera menyusun Anggaran Dasar AD dan Anggaran Rumah Tangga ART. Oleh karena itu, pada umumnya ada pembentukan tim kecil yang diberi tugas untuk menyusun rancangannya kemudian dibahas dalam rapat-rapat pleno komite sekolah. Berdasarkan Keputusan Mendiknas Nomor 044U202, anggaran dasar AD komite sekolah sekurang- kurangnya memuat : 1 Nama dan tempat kedudukan 2 Dasar, tujuan dan kegiatan 3 Keanggotaan dan kepengurusan 4 Hak dan kewajiban anggota dan pengurus 5 Keuangan 6 Mekanisme kerja-kerja dan rapat-rapat 7 Perubahan AD dan ART serta pembubaran organisasi Sedangkan untuk Anggaran Rumah Tangga ART sekurang-kurangnya memuat : 1 Mekanisme pemilihan dan penetapan anggota dan pengurus 2 Rincian tugas komite sekolah 3 Mekanisme rapat 4 Kerjasama dengan pihak lain 5 Ketentuan penutup 35 E. Mulyasa, Op. Cit, h. 129-130