Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 pembelajaran di sekolah disebabkan oleh kurangnya pemahaman kepala sekolah terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukan bahwa berhasil tidaknya suatu sekolah dalam mencapai tujuan serta mewujudkan visi dan misi. Dalam prosesnya interaksi berkualitas yang dinamis antara kepala sekolah, guru, tenaga administrasi dan peserta didik memainkan peran yang sangat penting, terutama dalam menyesuaikan berbagai aktifitas sekolah dengan tuntutan globalisasi, tuntutan situasi, kondisi dan lingkungannya. Semuanya sangat menuntut kompetensi dan profesionalitas kepala sekolah, untuk memungkinkan tercapainya interaksi berkualitas yang dinamis. 7 Namun pada MI Miftahul Anwar kinerja Kepala Madrasah masih belum memuaskan, kemampuan Kepala Madrasah belum berjalan baik, ini terlihat dari beberapa program kepala madrasah yang belum banyak tercapai. Dan Komite madrasah yang belum mampu menjalankan perannya, sehingga mempengaruhi kinerja kepala madrasah dan menjadikan kinerja madrasah rendah. Sesuai dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang semakin meningkat dewasa ini, maka pengelolaan pendidikan perlu dibenahi selaras dengan tuntutan perubahan yang dilandasi oleh adanya kesepakatan, komitmen, kesadaran, kesiapan membangun budaya baru dan profesionalisme dalam mewujudkan “Masyarakat Sekolah” yang memiliki loyalitas terhadap peningkatan mutu sekolah. Dilihat dari pentingnya komite sekolah dan kinerja kepala sekolah, agar peran serta fungsinya dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan uraian diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengkaji “Peran Komite Madrasah Dalam Mendukung Pencapaian Kinerja Kepala Madrasah di MI Miftahul Anwar Tapos Depok ”

B. Fokus Masalah

Masalah yang dapat penulis identifikasi yang berhubungan dengan peran strategis komite sekolah dalam meningkatkan profesionalisme kepala sekolah adalah : 7 E. Mulyasa, Ibid, h. 7-8 6 1. Kurangnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggraan pendidikan 2. Kurangnya evaluasi dan Pengawasan terhadap kinerja, kebijakan, program, penyelenggraan dan hasil mutu pendidikan. 3. Kurangnya peran komite sekolah dalam proses peningkatan mutu pendidikan di sekolah 4. Kurangnya fasilitas dalam mengkomunikasikan program kerja sekolah pada wali murid, masayarakat dan dunia usaha dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. 5. Komite sekolah belum menjadi penampung aspirasi, ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan masayarakat.

C. Perumusan Masalah

Dilihat dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimana komite Madrasah dalam mendukung pencapaian kinerja kepala madrasah ? b. Bagaimana Komite madrasah sebagai pendukung pencapaian kinerja kepala madrasah memberikan masukan dan rekomendasi untuk perbaikan sesuai dengan program kerja kepala Madrasah ?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mendeskripsikan peran komite madrasah disuatu lembaga pendidikan b. Untuk mengetahui peran komite Madrasah dalam mendukung pencapian kinerja kepala Madrasah dalam melakukan evaluasi, pengawasan, kebijakan, program, penyelenggaraan dan mutu pendidik 7

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi : 1. Pengurus komite sekolah, mengungkapkan beberapa kendala atau hambatan terhadap peran dan fungsi komite sekolah yang dapat digunakan oleh pengurus komite sekolah sebagai tataran pelaksanaannya, serta keberadaaannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan. 2. Penyelenggara pendidikan, memberikan sumbangan pemikiran dan masukan akan pentingnya peran dan fungsi Komite Sekolah yang berguna dalam upaya peningkatan komitmen dan kinerja Kepala Sekolah dalam mewujudkan “Masyarakat Sekolah” yang memiliki loyalitas terhadap peningkatan mutu sekolah. 8

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kinerja Kepala Sekolah

1. Pengertian Kinerja

Para ahli memberikan banyak batasan mengenai istilah kinerja, walaupun perumusannya berbeda namun secara prinsip tampaknya memiliki arti yang sejalan mengenai proses pencapaian has il. Hadari Nawawi berpendapat “ Kinerja adalah prestasi seseorang dalam suatu keahlian tertentu, dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya yang didelegasikan dari atasan dengan efektif dan efisien”. 1 Menurut E. Gibson, dkk., mengungkapkan kinerja sebagai prestasi kerja yaitu hasil yang diinginkan dari prilaku. 2 Wahjosumijo merumuskan “ pengertian kinerja sebagi sumbangan secara kualitatif dan kuantitatif yang terukur dalam rangka membantu tercapainya tujuan kelompok dalam suatu unit kerja”. 3 Menurut Kamm ars “ Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang bearti kemauan dan kemampuan melakukan pekerjaan”. 4 Mulyasa menjelaskan bahwa “Kinerja dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja atau untuk kerja”. 5 Dari pengertian yang telah dikemukkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah pencapaian atau prestasi kerja dari seseorang yang memiliki kemauan, kemampuan dan prilaku yang baik dalam melakukan pekerjaannya dalam usaha menerapan konsep gagasan dengan efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan yang ditetapkan oleh lebaga pendidikan. 1 Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, Jakarta : PT Gunung Agung, 1999, h.34 2 Ralph E. Gibson, dkk., Organisasi dan Manajemen, Jakarta : Erlangga, 1992, h. 120 3 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritis dan Permasalahnnya, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005, h. 430 4 Kammars, M. Dachnel, Model Pengelolaan dan Penelitian Kurikulum, Konvensi Nasional Indonesia II, Kurikulum Abad 21, Jakarta : Gramedia , 1992, h. 72 5 E. Mulyasa ,Op. Cit, h. 136 9

2. Model- Model Teori Kinerja

Untuk memahami tentang kinerja, berikut ini beberapa model Kinerja : 1. Model Vromian Menurut model ini kinerja seseorang merupakan fungsi perkalian antara kemampuan ability dan motivasi. Hubungan perkalian tersebut mengandung arti bahwa : jika seorang rendah pada salah satu komponen maka prestasi kerjanya akan rendah pula. Kinerja seseorang yang rendah merupakan hasil dari motivasi yang rendah dengan kemampuan rendah 2. Model Lawler dan Porter Lawler dan Porter mengemukakan bahwa “ Performance = effort x Ability x role Perception “. Effort Yaitu banyaknya energy yang dikeluarkan seseorang dalam situasi tertentu, abilities adalah karakteristik individu seperti intelegensi, keterampilan, sifat sebagai kekuatan potensi untuk berbuat dan melakukan sesuatu. Sedangkan Role Perception adalah kesesuaian antara usaha yang dilakukan seseorang dengan pandangan atasan langsung tentang tugas yang harusnya dikerjakan 3. Model Ander dan Butzin Jika semua teori tentang kinerja dikaji maka di dalamnya melibatkan dua komponen utama yakni “ability” dan “motivasi”. Perkalian antara ability dan motivasi menjadi sangat popular, sehingga banyak sekali dikutip oleh para ahli dalam membicarakan kinerja. Orang yang tinggi ability nya tetapi rendah motivasinya akan menghasilkan kinerja yang rendah, demikian halnya orang yang bermotivasi tinggi tetapi abilitynya rendah. 6

3. Kinerja Kepala Sekolah

Wahjosumidjo mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin dan penanggung jawab sangat berpengaruh dalam menentukan kemajuan sekolah dituntut memiliki kemampuan administrasi, memiliki komitmen tinggi dan luwes dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah harus melakukan peningkatan profesionalismenya, berangkat dari kemauan dan kesedian kepada bawahan, yang bersifat memprakarsai dan 6 E. Mulyasa, Op. Cit, h. 134-137