melalui tes yang pada akhirnya dimunculkan nilai belajar dalam bentuk rill atau non rill.
Tujuan pendidikan dapat dimasukkan ke dalam salah satu tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
38
Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang mengusai bahan yang sudah
diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Secara
garis besar tujuan evaluasi pendidikan adalah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai mana tingkat kemampuan dan
keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Selain itu juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur
atau menilai sampai dimana keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar dan metode-metode mengajar yang digunakan.
39
Hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya,yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil product menunjuk
pada suatu aktivitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi adalah perolehan yang didapatkan karena adanya
kegiatan mengubah bahan raw materials menjadi barang jadi finished goods. Belajar dilakukan untuk mengusahaka adanya perubahan perilaku paa individu
yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil belajar. Dalam konteks demikian maka hasil belajar merupakan serangkaian
kegiatan untuk memperoleh perubahan tingkah lau sebagai hasil pengalaman individu dalam interkasinya dengan lingkungan sekitar.
B. Hasil Penelitian yang Relavan
Sunyono, Dalam penelitian ini digunakan desain “one group pretest-postest design”. Produk LKS ini diuji dengan N-gain. Model LKS ini dikembangkan
dalam bentuk LKS eksperimen yang alur penyajiannya berorientasi pada 4 empat keterampilan yang dimunculkan, yaitu bahasa simbolik, pemodelan
38
Ibid., h. 43
39
Loeloek Endah Poerwati Sofan Amri, Kurikulum 2013, Jakarta : PT. Prestasi pustakaraya, 2013, h. 222
tematik hukum sebab akibat, dan membangun konsep. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ; 1 tingkat ketebacaan dan keterlaksanaan LKS yang
dikembangkan memiliki kategori tinggi, artinya sebagian besar siswa mampu menyerap pesan yang terkandung dalam LKS dan kegiatan siswa mudah
dilaksanakan dengan langkah-langkah dalam LKS; 2 Peningkatan keterampilan generik sains siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan LKS yang disusun
berada pada kategori sedang. Peningkatan tertinggi pada indikator bahasa simbolik dan peningkatan terendah pada indikator pemodelan tematik.
40
Taufik Rahman, Nuryani Y. Rustaman, Nana Syaodih Sukmadinata, Anna Poedjiadi. Penelitian ini mengunakan metode deskriptif. Instrumen yang
digunakan berupa tes esai berkaitan dengan kemampuan generik tes LP4. Di samping itu dilakukan pula observasi performance praktikum. Data penelitian
berupa data keterampilan generik rerata UTS dan UAS yang meliputi kemampuan generik pemodelan, inferensi logika, sebab akibat dan bahasa simbolik. Program
Pembelajaran Praktikum Berbasis Kemampuan Generik P3BKG berdampak positif terhadap pencapaian kemampuan generik pelaksanaan praktikum maupun
performance praktik. Pencapaian kemampuan generik tersebut meliputi pengamatan langsung pada kategori sangat tingi; pemodelan, inferensi, sebab
akibat pada kategori tingi, dan bahasa simbolik pada kategori sedang mendekati rendah. Rendahnya bahasa simbolik tersebut terutama karena kurangnya
mahasiswa menguasai konsep perhitungan kimia. Adapun performance praktiknya tergolong kategori tinggi.
41
Tina Yuni Astuti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan generik sains siswa yang diajar melalui metode praktikum dengan
metode demostrasi. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen, dengan mengambil sampel menggunakan teknik purposive sampling. Kelas
eksperimen I diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan metode
40
Sunyono, Pengembangan Model Lembar Kerja Siswa Berorientasi Keterampilan Generik Sains Pada Materi Kesetimbangan Kimia, Solo : Prosiding Seminar Nasional Kimia dan
Pendidikan Kimia II, 2010, h. 464-465
41
Taufik Rahman, dkk, Program Pembelajaran Praktikum Berbasis Kemampuan Generik P3BKG dan Profil Pencapaiannya, Studi Deskriptif pada Praktikum Fisiologi Tumbuhan Calon
Guru Biologi, h. 200. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA vol, II No.2,Juli 2008
praktikum dan kelas eksperimen II dengan pembelajaran menggunakan metode demostrasi. Bedasarkan pengujian hipotesis statistik dengan uji-t
∝ = 0.05 diperoleh t-hitung 3.79 t-tabel 2.02. oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan keterampilan generik sains antara siswa yang diajarkan melalui metode praktikum dengan metode demostrasi. Ketereampilan
generik sains siswa yang diajarkan melalui metode praktikum lebih unggul dibandingkan dengan metode demostrasi.
42
Supardi Yasa, Ni Ngh. Madri Antari, Sumantri. Penelitian ini bertujuan
menganalisis perbedaan pemahaman konsep IPA antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis
kemampuan generik sains dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran STAD. Jenis penelitian ini adalah quasi experiment dengan
rancangan nonequivalent posttest only control group design. Populasi penelitian adalah siswa SD kelas V terdiri atas 5 kelas. Sampel diambil dengan cara group
random sampling. Data yang diperlukan dalam penelitian adalah data pemahaman konsep IPA siswa, yang dikumpulkan dengan tes pemahaman konsep IPA. Tes
pemahaman konsep IPA berbentuk pilihan ganda. Data dianalisis dengan
menggunakan statistic inferensial uji-t. Semua pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5.
Hasil analisis data, diperoleh bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep yang signifikan antara kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model
pembelajaran inkuiri terbimbing berbasis kemampuan generik sains dan kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran STAD dalam
pembelajaran IPA t =7,3; p0,05. Skor rata-rata pemahaman konsep IPA kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing
berbasis kemampuan generik sains M = 83,7 lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok siswa yang belajar dengan model pembelajaran STAD M = 75,00.
43
42
Tina Yuni Astuti, Perbedaan Keterampilan Generik Sains Siswa Yang Diajar Melalui Metode Praktikum Dengan Metode Demostrasi. Skripsi Jakarta : Program Studi Biologi Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah,2013, hal ii
43
I Md. Supardi Yasa,dkk, Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Kemampuan Generik Sains Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa SD Kelas V Di Kelurahan
Banyuasri. Jurnal Chemica Vol 1, 2012
Ramlawati, Liliasari, dan Ana Ratna Wulan. Desain penelitian Embedded
Experimental. Komponen utaman APE meliputi: pengetahuan sebelum kuis, jurnal praktikum, lembar kerja mahasiswa, laporan praktikum. Hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model APE keterampilan generik sains mahasiswa dapat meningkat secara signifikan. Indikator KGS yang
meningkat signifikan adalah pemodelan, bahasa simbolik dan abstraksi pada kategori tinggi. Pada kelompok tengah model APE dapat meningkatkan indikator
kesadaran tentang skala, pemodelan dan pengamatan langsung pada kategori sedang. Sedangkan pada mahasiswa kelompok bawah, model APE tidak dapat
meningkatkan indikator KGS secara berarti, kecuali pada indikator bahasa simbolik dan tilikan ruang pada kategori sedang.
44
Nurrohman, Agus Suyatna, Chandra Ertikanto. Produk lembar kerja siswa LKS yang dikembangkan memiliki kualitas kemenarikan, kemudahan dan
kebermanfaatan serta LKS yang dikembangkan terbukti efektif digunakan sebagai media pembelajaran dilihat dari presentase siswa yang tuntas tujuan pembelejaran
yaitu 81.25 pada pemakaian di kelas VIII MTsAlfatah Natar.
45
C. Kerangka Pikir