Penetapan Batas Kritis CL

commit to user 65 Penetapan CCP dilakukan berdasarkan pemantauan analisis bahaya pada proses produksi. Pada Tabel 4.18 menunjukkan bahwa pada bahan baku bukan termasuk CCP. Hal ini dikarenakan dalam proses pengolahan termasuk cara mengkonsumsi dapat meminimalisir atau menghilangkan bahaya yang ada. Tabel 4.19 Penetapan CCP Pada Proses Produksi Langkah Proses P1 P2 P3 P4 Keterangan Penerimaan bahan baku Y T T - Bukan CCP Pencucian Y T T - Bukan CCP Perajangan Y T T - Bukan CCP Penirisan Y T T - Bukan CCP Penumbukan Y T T - Bukan CCP Perebusan I Y T T - Bukan CCP Penambahan gula Y T T - Bukan CCP Penyaringan I Y T T - Bukan CCP Perebusan II Y T T - Bukan CCP Penyaringan II Y T T - Bukan CCP Pencampuran Y T T - Bukan CCP Pengadukan Y T T - Bukan CCP Pendinginan Y T Y T CCP Pengemasan Y T Y T CCP Titik CCP Critical Control Point atau bukan CCP dapat diketahui dengan menggunakan metode Decision tree.Decision tree ini berisi urutan pertanyaan mengenai bahaya yang mungkin muncul dalam suatu langkah proses, dan dapat juga diaplikasikan pada bahan baku untuk mengidentifikasi bahan baku yang sensitif terhadap bahaya atau untuk menghindari timbulnya kontaminasi.Dari decision tree diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa proses produksi yang terdapat titik CCP Critical Control Point adalah pada proses pendinginan dan pengemasan. Setelah diketahui titik CCP maka dilakukan penetapan batas kritis CL dan selanjutnya proses pemantauan dan tindakan koreksi.

6. Penetapan Batas Kritis CL

Critical limit CL atau batas krits merupakan persyaratan dan toleransi yang haris dipenuhi oleh CCP Critical Control Point , meliputu teknis, batasan penolakan, dan toleransi penolakan setiap tindakan pencegahan commit to user 66 yang ditujukan untuk mengurangi dan menghilangkan bahaya sampai batas aman. Berdasarkan penetapan CCP pada Tabel 4.18 dan Tabel 4.19 terdapat beberapa proses yang tergolong CCP yaitu pada pendinginan dan pada proses pengemasan. Dalam proses ini termasuk CCP karena sudah tidak ada proses selanjutnya yang mungkin dapat menghilangkan atau mengurangi bahaya. Sehingga perlu dilakukan pemantauan dan tindakan koreksi terhadap proses tersebut. Penentuan batas kritis dapat dilihat pada Tabel 4.20. Tabel 4.20 Penentuan Batas Kritis Langkah Proses Tipe CCP Batas Kritis Pendinginan CCP 1 - Tidakterdapat cemaran benda asing debu - Tidak terkontaminasi udara luar - Tempat yang digunakan untuk meletakkan wadah yang berisi produk jadi harus dibersihkan terlebih dahulu Pengemasan CCP 2 - Sirup tidak terkontaminasi benda asing - Tidak terdapat cemaran mikroba - Tidak terdapat kontaminasi dari bahan pengemas dan mesin pengemas. - Tidak terkontaminasi dengan bahan yang digunakan untuk membersihkan botol. Pada penentuan batas kritis CL setiap tipe CCP mempunyai batas kritis yang berbeda-beda. Untuk tipe 1 yaitu pada proses pendinginan batas kritisnya yaitu dipastikan produk jadi tidak terkontaminasi dengan benda asing seperti debu. Selain bahaya fisik pada sirup dipastikan tidak terkontaminasi dari udara luar yang dapat menimbulkan tumbuhnya bakteri osmofilik yang tahan terhadap konsentrasi gula serta tidak adanya semut dan serangga yang dapat mengontaminasi sirup. Dan bahaya yang bisa timbul yaitu dari tempat yang digunakan untuk meletakkan wadah dan penutup yang digunakan, sebaiknya wadah dijauhkan dari tempat perebusan karena dapat terjadi kontaminasi dari asap yang dihasilkan oleh tungku. commit to user 67 Untuk tipe 2 yaitu pada proses pengemasan, terdapat bahaya fisik yaitu terkontaminasi benda asing seperti debu. Bahaya biologi berupa cemaran mikroba yang berasal dari botol pengemas karena pencucian botol tidak menggunakan air hangat sehingga mikroba tidak dapat hilang dan dapat berkembang. Dan batas kritis untuk proses ini yaitu tidak terdapat kontaminasi dari bahan pengemas dan alat pengemas, untuk alat pengemas dapat mengontaminasi produk karena alat yang digunakan untuk menopang botol pengemas sudah berkarat. Dan dipastikan sirup tidak terkontaminasi dengan bahan yang digunakan untuk membersihkan botol. Untuk pengemasan sebaiknya botol yang sudah dipakai dibersihkan dengan cara disterilisasi agar meminimalisir bahaya yang bisa terjadi. Dan setelah produk dikemas di dalam botol sebaiknya di pasteurisasi agar mikroba pathogen dan mikroba pembusuk tidak dapat tumbuh atau mati.

7. Penetapan Prosedur Pemantauan dan Tindakan Koreksi