2.7. Pengaruh Konsumsi Makanan Jajanan pada Murid Sekolah Dasar
Periode ini anak sekolah dasar dimulai pada usia 7-12 tahun, dimana dalam usia ini anak-anak sudah jauh lebih mandiri. Anak mulai membandingkan
segala sesuatu di rumahnya dengan yang ia temui di luar, baik di sekolah maupun di rumah teman-temanya. Norma-norma moral yang tadinya absolute di rumah,
kini menjadi relatif. Oleh karena itu, anak-anak dalam usia ini suka membantah dan membanding-bandingkan Irwanto, 2002.
Menurut Behrman 2004 dalam Sulistyo ningsih 2011, Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak dengan kecepatan pertumbuhan
sehebat yang terjadi sebelumnya pada masa bayi atau pada masa remaja nantinya. Rata-rata pertumbuhan tiap tahun seorang anak pada usia sekolah adalah berkisar
3-3,5 kg untuk berat dan sekitar 6 cm untuk ketinggian. Pada periode ini tetap mempunyai dorongan pertumbuhan yang biasanya bertepatan dengan masukan
dan nafsu makan seorang anak berkurang. Nafsu makan seorang anak dapat dipengaruhi oleh media massa dan
lingkungan seperti guru, dan teman sebayanya Sulistyoningsih, 2011. Peningkatan pengaruh guru dan teman sebaya berdampak terhadap perilaku
perihal pola dan jenis makanan pilihan mereka. Anak secara tiba-tiba meminta suatu jenis makanan baru atau menolak makanan, akibat rekomendasi dari teman
sebayanya. Rekomendasi yang diberikan teman sebaya belum tentu aman dan gizi yang terkandung dalam makanan juga belum tentu sesuai yang dibutuhkan
tubuhnya. Padahal kebutuhan masing-masing zat gizi dapat dilihat pada table dibawah ini.
Tabel 2.2. Kebutuhan Gizi Anak Sekolah Dasar
No Kelompok Umur
Berat Badan Kg
Tinggi Badan Cm
Energi KKal
Protein Gram
1 Anak
7-9 tahun 25
120 1800
45 2
Anak Laki-laki 10-12 tahun
35 138
2050 50
3 Anak Perempuan
10-12 tahun 37
145 2050
50 Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 2004
Masa periode ini, yang umumnya mulai membandingkan segala sesuatu antara di rumah dan di luar rumah, juga mempunyai masalah gizi yang sering
timbul menurut Adriani,dkk 2012, yaitu : 1. Anemia Defisiensi Gizi
Anak usia sekolah yang lebih mengenal makanan jajanan akan mengendurkan keinginan untuk menyantap makanan yang lebih Bergizi sehingga anak pada
usia ini akan lebih rentan mengalami anemia. Keadaan ini terjadi kerena terlalu sedikit kandungan zat besi dalam makanan yang dikonsumsi.
Untuk mengatasi masalah ini, maka diperlukan bahan makanan yang mengadung zat besi yang berkualitas. Menurut Dinatia 2011 daging, hati,
ikan dan ayam merupakan makanan yang mengandung zat besi yang berkualitas tinggi, artinya mudah dicerna. Zat besi juga dapat diperoleh dari
pangan nabati seperti kacang kedelai, serelia, sayur-sayuran, dan buah-buahan tapi tidak mudah diabsorbsi oleh pencernaan. Makan bahan makanan yang
mengandung vitamin C mempermudah penyerapan zat besi. Jadi, menu makanan di rumah yang terdiri dari lauk, sayur-sayuran, dan buah-buahan
yang mengandung zat besi sangat bermanfaat mencegah anemia gizi besi. 2. Defisiensi Yodium
Kekurangan yodium merupakan pembesaran kelenjar gondok yang sering disebut orang awam yaitu penyakit gondok atau nama ilmiahnya struma
simplex. Pembesaran kelenjar gondok menurut Adriani,dkk 2012 terdapat lebih dari 30 diantara anak sekolah.
3. Karies Gigi Masalah karies gigi pada anak sekolah tidak pernah selesai diperbincangkan,
hal ini dikarena pada anak usia ini terlalu sering makan cemilan yang lengket dan banyak mengandung gula. Adriani, dkk 2012 menyatakan bahwa karies
gigi pada gigi sulung memang tidak berbahaya, namun kejadian ini biasanya berlanjut sampai anak memasuki usia remaja, bahkan sampai dewasa.
Pada prinsipnya, makanan apapun dapat menimbulkan karies jika sesudah makan anak tidak dibiasakan menggosok gigi. Upaya mencegah karies pada
anak usia sekolah selain tidak mengonsumsi makanan yang manis dan lengket yaitu menggosok gigi dengan pasta gigi berfluorida dan sebaiknya sesudah
makan. 4. Berat Badan Berlebih Obesitas
Kelebihan berat badan anak karena ketidakseimbangan antara energi yang masuk dan keluar. Berat badan yang berlebih harus menjadi perhatian yang
serius, hal ini dikarenakan akan menimbulkan penyakit pada si anak. Aktifitas yang kurang dan jajanan makanan yang mengandung kadar lemak yang tidak
terkontrol merupakan faktor pencetus terjadinya berat badan lebih. Jika anak sudah mengalami berat badan yang berlebihan sebaiknya laju pertumbuhan
bertanyanya dihentikan atau diperlambat sampai proporsi berat terhadap tinggi badan kembali mencapai normal. Dan perlu diperhatikan ketika
menghentikan atau memperlambat berat badan anak yaitu asupan atau angka kecukupan gizi anak dan mendorong anak untuk melakukan aktifitas fisik.
5. Berat Badan Kurang Tidak hanya berat badan berlebih saja yang harus menjadi perhatian publik
tetapi berat badan kurang juga menjadi perhatian bersama. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk. Anak usia ini sudah mulai dapat
memilih makanan yang disukainya dan gemar bermain. Dan biasanya makanan yang disukai jauh dari nilai Bergizi.
Makanan Jajanan yang dikomsumsi, mempunyai pengaruh didalam tubuh. Makanan jajanan mempunyai keuntungan dan kerugian bagi kita khususnya bagi
anak usia sekolah. Menurut Khomsan 2003 kebiasaan anak mengkonsumsi jajanan mempunyai keuntungan atau manfaat, yaitu:
1. Memenuhi kebutuhan energi. 2. Mengenalkan diversifikasi keanekaragaman jenis makanan.
3. Meningkatkan gengsi dengan teman-teman. Sedangkan menurut Irianto 2007, jika anak usia sekolah terlalu sering
dan menjadikan makanan jajanan menjadi kebiasaaan dalam kehidupan. Maka akan berakibat negatif untuk kesehatannya. Dampak negatif yang timbul yaitu :
1. Nafsu makan menurun. 2. Makanan yang tidak higienis akan menimbulkan berbagai penyakit.
3. Salah satu penyebab terjadinya obesitas pada anak. 4. Kurang gizi sebab kandungan gizi pada jajanan tidak terjamin.
5. Pemborosan
8. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini menggambarkan bahwa yang akan diteliti adalah pengaruh metode ceramah dan permainan ular tangga terhadap perilaku murid
tentang makanan jajanan. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan murid sebelum dilakukan intervensi diukur dengan pre-test dan untuk melihat
sejauh mana pengaruh metode tersebut diukur dengan post-test.
Pre-Test Pos-Test
Pre-Test Pos-Test
Input Penelitian Output Penelitian
Input Penelitian Output
Penelitian
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian dengan Metode Ceramah dan Permainan Ular Tangga
INTERVENSI
Metode Permainan Ular Tangga
Sikap Tindakan
Metode Ceramah
Pengetahuan
Sikap Tindakan
Pengetahuan Pengetahuan
Sikap Tindakan
Pengetahuan
Sikap Tindakan
EFEKTIF TIDAK EFEKTIF
Hasil post-test Hasil post-test
2.9. Hipotesis Metode Ceramah
A. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah terhadap pengetahuan murid SD Negeri 060893 tentang konsumsi makanan
jajanan. B. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah
terhadap sikap murid SD Negeri 060893 tentang konsumsi makanan jajanan. C. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah
terhadap tindakan murid SD Negeri 060893 tentang konsumsi makanan jajanan.
D. Ada perbedaan promosi kesehatan antara metode ceramah dengan metode ular tangga.
Metode Ular Tangga
A. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan permainan ular tangga terhadap pengetahuan murid SD Negeri 060834tentang konsumsi
makanan jajanan. B. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan permainan ular
tangga terhadap sikap murid SD Negeri 060834 tentang konsumsi makanan jajanan.
C. Ada pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan permainan ular tangga terhadap tindakan murid SD Negeri 060834 tentang konsumsi
makanan jajanan.
D.
Ada perbedaan promosi kesehatan antara metode permainan ular tangga dengan metode ceramah.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah perlakuan semu quasi experiment dimana bentuk desain yang dipakai adalah desain Non-Equivalent Control Group untuk
mengetahui pengaruh promosi kesehatan dengan menggunakan metode ceramah dan permainan ular tangga tentang konsumsi makanan jajanan di SD sekolah
dasar terhadap peningkatan perilaku anak usia sekolah. Menurut Notoatmodjo 2002, rancangan ini sangat baik digunakan untuk
evaluasi program pendidikan kesehatan dan untuk membandingkan hasi intervensi suatu program promosi kesehatan. Desain ini hampir sama dengan pre-test and
post-test with control group design, hanya pada desain ini kelompok perlakuan dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random Sugiono, 2001. Oleh sebab itu
rancangan ini sering disebut juga Non-randomized Control Group Pre-test and Post-test Design Notoatmodjo, 2002. Dalam rancangan ini menggunakan
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dan dilakukan observasi pertama pre- test yang memungkinkan peneliti dapat menguji perubahan yang terjadi setelah
adanya perlakuan. Model Rancangan Cook dan Campbell 1979, yaitu:
O1
a
X
1
O1
aa
O1
a
X
2
O1
aa
O2
b
O2
bb
O2
b
O2
bb
Gambar 3.1 Model Rancangan Penelitian
Keterangan : O1
a
= Pre-test pada kelompok perlakuan O1
aa
= Post-tes pada kelompok perlakuan X
1
= Promosi kesehatan dengan metode ceramah X2 = Promosi kesehatan dengan metode permainan ular tangga
O2
b
= Post-test pada kelompok kontrol O2
bb
= Pre-test pada kelompok kontrol Observasi yang dilakukan sebelum perlakuan O1 dan O3 disebut pre-
test sedangkan observasi yang dilakukan sesudah perlakuan O2 dan tanpa perlakuan O4 disebut post-test. Perbedaan antara pre-test dan post-test dapat
diasumsikan sebagai pengaruh dari perlakuan yang diberikan oleh peneliti Arikunto, 2006.
Untuk metode ceramah kelompok perlakuan yaitu SD Negeri 060893 kelas A dan yang menjadi kontrol B sedangkan untuk metode permainan ular tangga
kelompok perlakuan yaitu SD 060834 kelas A dan yang menjadi kontrol kelas B. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar SD Negeri Nomor 060893 dan 060834, Kelurahan Sei Sikambing D, Kecamatan Medan Petisah Kota
Medan. Sekolah ini dipilih sebagai lokasi penelitian atas dasar pertimbangan sebagai berikut :
1. Lokasi Sekolah lebih dekat dengan jalan raya sehingga memudahkan siswa lebih memilih jajanan di depan sekolah dari pada harus jajan di kantin
sekolah. 2. Kantin sekolah menjual berbagai jenis jajanan seperti kue, roti, permen,
kerupuk, minuman kemasan, sate padang, mie goreng dan lainnya.
3. Dari 20 duapuluh orang dari kedua sekolah ditemukan sebanyak 6 enam orang yang tidak sarapan pagi, 1 satu orang yang jarang sarapan pagi, dan
13 tiga belas orang sarapan pagi, sehingga memungkinkan anak lebih memilih jajan disekolah sebagai pengganti sarapan pagi.
4. Di sekitar lingkungan sekolah ini ada 5 lima pedagang makanan jajanan kaki lima. Pedagang makanan jajanan kaki lima berada di depan sekolah,
sedangkan lokasi sekolah berhadapan dengan jalan raya. 5. Pedang kaki lima yang berjualan di sekitar lokasi sekolah menjual berbagai
jenis jajanan berupa makanan jajanan olahan seperti: bakso bakar dan goreng, sosis goreng, telur goreng, ayam goreng tepung, telur gulung goreng, molen
goreng, somay, es sirop dengan warna-warni, es krim 3 tiga rasa, serta makanan jajanan pabrikan.
6. Pada survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, makanan jajanan yang dijual oleh pedagang kaki lima menggunakan warna yang mencolok seperti
pada saus siomay, saus sosis goring, saus telur goreng, saus mie goring, minuman sirop, es tiga rasa, dll.
7. Dan uang jajanan pada anak kelas V berkisar antara Rp. 2.000,00 - Rp. 5.000,00.
8. Pernah terjadi kasus keracunan ketika pembagian susu kemasan dari salah satu produk susu ternama di Indonesia disekolah tersebut pada tahun 2010
dan 2012. 9. Penelitian sejenis belum pernah dilakukan di daerah tersebut.
3.2.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 10 sepuluh hari. Menurut Brigham dalam Azwar 2003 dengan konsep sleeper effect dinyatakan bahwa orang akan
masih ingat isi pesan yang disampaikan dalam waktu 10-14 hari setelah pesan itu disampaikan.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah murid yang berstatus di Sekolah Negeri Kecamatan Medan petisah yang tercatat sebagai murid pada tahun ajaran
2013-2014, dengan kriteria sebagai berikut: 1. Berusia antara 9-13 tahun.
2. Masih berstatus sebagai murid siswa SD Negeri kelas V. Kriteria tersebut didasarkan pada pertimbangan dimana anak dalam usia
ini dapat diajak berkomunikasi sehingga dapat merespon dengan baik komunikasi langsung yang dilakukan oleh peneliti. Dan berdasarkan observasi peneliti saat
survei pendahuluan diketahui bahwa murid kelas V lima pada kedua sekolah tersebut merupakan kader Usaha Kesehatan Sekolah UKS dan dokter kecil.
Keseluruhan populasi berdasarkan data registrasi tahun ajaran 20132014 dapat ilihat pada table berikut.
Tabel 3.1. Distribusi Jumlah siswa SD Negeri Kelas V di Kecamatan Medan Petisah Kelurahan Sei Sikambing D
No Nama Sekolah
Kelas Perempuan
Laki-laki Jumlah Siswa
1 2
SD N 060893 SD N 060834
A B
A B
15 16
21 18
15 16
19 17
30 32
40 35
Jumlah 70
67 136
3.3.2. Sampel
Metode pengambilan sampel yang disebut sebagai responden dalam penelitian ini adalah purposive sampling rancangan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu Singarimbun, 1989, yaitu pertimbangan kriteria pada populasi penelitian. Besarnya jumlah sampelresponden pada penelitian ini adalah
60 orang yang terdiri dari 30 tiga puluh orang sebagai kelompok yang diberi perlakuan, dan 30 tiga puluh orang sebagai kelompok kontrol.
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang dalam penggunaanya dibagi menjadi 2 dua bagian yaitu pre-test dan post-
test. Kuesioner berisi identitas responden dan perilaku responden tentang konsumsi makanan jajanan. Identitas responden meliputi nama, kelas, jenis
kelamin, dan tempat tanggal lahir. Perilaku responden meliputi pengetahuan,
sikap dan tindakan tentang konsumsi makanan jajanan. 3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari kantor Kepala Sekolah pada bagian Tata Usaha SD Negeri 060893 dan 060834. Data tersebut meliputi data jumlah seluruh
murid, jumlah murid setiap kelas, jumlah murid kelas V lima, gambaran umum sekolah, data demografi sekolah dan data pendukung lainnya.
3.5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan berupa infocus, handycam, permainan ular tangga dan kuesioner dengan pertanyaan tertutup yang disusun
secara terstruktur. Kuesioner digunakan untuk mengukur perilaku murid sekolah dasar tentang konsumsi makanan jajanan.
3.6. Mekanisme Pelaksanaan Penelitian 3.6.1. Tahap Proposal
Dalam melaksanakan penelitian haruslah melalui beberapa tahapan dalam proposal yang meliputi:
1. Peneliti melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui jumlah responden, karakteristik responden, lokasi penelitian dan mengumpulkan data-data yang
diperlukan dalam penelitian. 2. Peneliti menyusun rancangan ekperimen yaitu berupa membuat proposal,
menyusun instrument penelitian, uji instrument penelitian, seminar proposal dan mengurus administrasi untuk pelaksanaan penelitian.
3.6.2. Tahap Persiapan
Tahapan persiapan meliputi: 1. Menyusun materi-materi atau pesan-pesan tentang makanan jajanan yang
aman, sehat dan bergizi. 2. Materi atau pesan akan dikemas kedalam 2 dua metode, yaitu: metode
ceramah dan metode permainan ular tangga. Materi yang diberikan kedalam dua metode tersebut sama.
3. Metode ceramah dilakukan pada kelompok perlakuan yaitu SD Negeri 060893 kelas A dan yang menjadi kontrol kelas B. Menggunakan powerpoint
sehingga alat yang dipergunakan adalah infocus dan laptop sebagai alat bantu dalam penyampaian.
4. Metode permainan ular tangga dilakukan pada kelompok perlakuan yaitu SD 060834 kelas A dan yang menjadi control kelas B. Permainan ular tangga ini
didesign selama 2 dua bulan. Design pada ular tangga ini menggunakan gambar animasi dan kata-kata tentang makanan jajanan yang sehat.
5. Penyusunan panduan fasilitator sebagai narasumber dalam implementator penelitian untuk menghindari terjadinya bias atau subjektifnya peneliti.
3.6.3. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan penelitian ini dilakukan mekanisme sebagai berikut:
1. Membuat pelatihan tentang mekanisme penelitian kepada fasilitator. Fasilitator yang sudah dilatih nantinya akan menjadi narasumber dalam
penelitian. Fasilitator dibutuhkan agar penelitian tidak terjadi bias dan menghindari penilaian subjektif pada peneliti.
2. Dilakukan pretest pada kelompok yang diberikan perlakuan. 3. Dilakukan pretest pada kelompok kontrol.
4. Pelaksanaan promosi kesehatan tentang makanan jajanan dilakukan oleh tim pelaksana yang berjumlah 2 orang yang diberikan modul makanan jajanan.
5. Proses belajar dilakukan dengan metode ceramah dan permainan ular tangga yang dibarengi dengan penyampaian materi makanan jajanan pada kelompok
perlakuan. 6. Intervensi dilaksanakan sebanyak 1 satu pertemuan sesuai dengan materi
dalam interval waktu 1 satu hari untuk kelompok yang dikenai perlakuan. 7. Waktu untuk setiap pertemuan selama 120 menit yang secara khusus diminta
pada jam sekolah.
8. Dilakukan postest pada kelompok yang diberikan perlakuan. 9. Dilakukan postest pada kelompok kontrol.
3.7. Mekanisme Pelaksanaan Metode 3.7.1. Metode Ceramah
1. METODE CERAMAH
Metode ceramah dapat diartikan sebagai cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan atau penjelasan langsung kepada sekelompok siswa.
Metode dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran atau pelatihan
dalam konteks wawasan kesehatan terhadap makanan jajanan. Melalui cara penggalian pendapat dari pelajar SD N 060893 kelas A, fasilitaor sesuai
jadwal tentatif kegiatan melontarkan suatu topik permasalahan seputar makanan jajanan kepada peserta pelajar.
Peserta diminta mengemukakan pendapat tentang makanan jajanan yang mereka pahami sebelumnya, hal ini dilakukan untuk memudahkan fasilitator
untuk menguatkan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik.gasan, atau sasaran untuk menyelesaikan masalah yang dilontarkan untuk kemudian
dirumuskan oleh fasilitator. Ada dua prinsip yang diterapkan dalam metode ini yaitu, yang pertama pentingnya memperoleh gagasan sebanyak mungkin
dan yang kedua menunda, atau tidak langsung memberi penilaian terhadap gagasan yang diutarakan.
2. TUJUAN
1. Mendorong Terjadinya penyampaian ide atau pengalaman Siswa SD N 060893 yang akan sangat membantu memaksimalkan pemahaman dan
ingatan.
2. Mendapatkan sebanyak mungkin pendapat ide dari peserta tentang permasalahan yang dilontarkan.
3. Membina peserta dalam mengkomunikasikan dan mengembangkan kreatifitas berfikir dengan cara melibatkan siswa.
4. Merangsang partisipasi peserta. 5. Memberikan pertanyaan yang memotivasi siswa untuk memiliki rasa
ingin tahu. 6. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
7. Melatih peserta untuk mengekspresikan gagasan baru menurut daya imajinasi.
8. Melatih daya kreatifitas berfikir peserta.
3. PROSES PELAKSANAAN METODE CERAMAH
Persiapan Umum
Untuk mempersiapkan penggunaan metode ceramah, fasilitator perlu : Mempersiapkan masalah yang akan dilontarkan kepada pembelajar untuk
mendapatkan tanggapan dari pembelajar. 1. Menentukan dan mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan.
2. Mempersiapkan jawaban yang benar tentang permasalahan yang dibahas.
Materi pokok Ceramah
Secara umum materi yang dibawakan dalam metode ceramah ini : 1. Pengenalan makanan jajanan dan jenisnya.
2. Makanan jajanan aman, sehat dan bergizi 3. Fungsi maknan jajanan bagi tubuh
4. Masalah utama makanan jajanan