Bahaya Fisik Bahaya Kimia
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 772MenkesPerIX88 No. 1168MenkesPERX1999 bahan tambahan pangan BTP secara umum
merupakan bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komponen khas makanan, mempunyai atau tiadak mempunyai
nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan,
pengemasan dan penyimpanan. Di Indonesia telah disusun peraturan tentang bahan tambahan pangan
BTP yang diizinkan ditambah dan yang dilarang oleh departemen kesehatan. Golongan bahan tambahan yang diizinkan sesuai dengan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 722MenKesPerIX88, yaitu: 1. Antioksidan antioxidant
Digunakan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi. Contoh: asam askorbat dan garamnya untuk produk daging, ikan, dan buah-buahan kaleng.
2. Antikempal anticaking agent Untuk
mencegah atau
mengurangi kecepatan
pengempalan atau
menggumpalnya makanan yang mempunyai sifat higroskopis, yang biasa ditambah antikempal misalnya susu, krim, dan kaldu bubuk.
3. Pengatur keasaman acidity regulator Dapat mengasamkan, menetralkan, dan mempertahankan derajat keasaman
makanan. Contoh: Asam laktat dan malat yang digunakan pada jeli. 4. Pemanis buatan artificial sweeterner
Menyebabkan rasa manis pada makanan yang tidak atau hampir tidak mempunyai nilai gizi. Contoh: Aspartam, Siklamat, dan Sakarin.
5. Pemutih dan pematang telur flour treatment agent Mempercepat proses pemutihan dan atau pematangan telur hingga dapat
memperbaiki mutu penanganan. 6. Pengemulsi, pemantap dan pengental emulsifier, stabilizer, thickener
Membantu terbentuknya atau memantapkan sistem dispersi yang homogen pada makanan yang biasanya mengandung air atau minyak. Contoh: gelatin
pemantap dan pengental untuk sediaan keju. 7. Pengawet preservative
Mencegah fermentasi dan pengasaman penguraian oleh mikroorganisme. Contoh: asam benzoat dan garamnya untuk produk buah, kecap, dan keju.
8. Pengeras firming agent Memperkeras atau mencegah lunaknya makanan. Contoh: Al sulfat, Al Na
sulfat untuk pengeras acar ketimun dalam botol. 9. Pewarna colour
Memperbaiki atau memberi warna. Contoh: green S warna hijau, kurkumin warna kuning, dan karamel warna coklat.
10. Penyedap rasa dan aroma serta penguat rasa flavor, flavor enhancer Dapat memberikan, mempertegas rasa dan aroma. Contoh: Asam guanilat,
Asam inosinat, dan monosodium glutamate MSG pada produk daging. 11. Sekuestran sequestrant
Mencegah terjadinya oksidasi penyebab perubahan warna dan aroma, biasa ditambahkan pada daging dan ikan. Contoh: asam folat dan garamnya.
Selain BTP yang tercantum dalam peraturan menteri tersebut masih ada beberapa BTP lainnya yang biasanya digunakan dalam pangan Cahyadi, 2008,
yaitu: 1. Enzim, yaitu BTP yang berasal dari hewan, tanaman atau mikroba yang dapat
menguraikan zat secara enzimatis, misalnya membuat pangan menjadi lebih empuk, lebih larut dan lain-lain.
2. Penambah gizi, yaitu bahan tambahan berupa asam amino, mineral atau vitamin, baik tunggal maupun campuran, yang dapat meningkatkan nilai gizi
pangan. 3. Humektan, yaitu BTP yang dapat menyerap lembab uap air sehingga
mempertahankan kadar air pangan. Beberapa bahan tambahan yang dilarang digunakan dalam makanan,
menurut Permenkes
RI No.
722MenkesPerIX88 dan
No. 1168MenkesPERX1999 sebagai berikut :
1. Natrium tetraborat boraks 2. Formalin formaldehyd
3. Minyak nabati yang dibrominasi brominanted vegetable oils 4. Kloramfenikol chlorampenicol
5. Kalium klorat potassium chlorate 6. Dietilpirokarbonat diethylpyrocarbonate
7. P-Phenetilkarbamida p-phenethycarbamide, dulcin, 4-ethoxypheny 8. Asam Salisilat dan garamnya salicylic acid and its salt
Sedangkan menurut
Peraturan Menteri
Kesehatan RI
No. 1168MenkesPERX1999, selain bahan tambahan diatas masih ada tambahan
kimia yang dilarang tetapi sering digunakan oleh produsen makanan, seperti rhodamin B pewrna merah, methanyl yellow pewarna kuning, dulsin pemanis
sintetis dan potassium bromat pengeras. Menurut Cahyadi 2008 tujuan bahan tambahan pangan BTP adalah
dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan tambahan pangan lebih mudah dihidangkan, serta mempermudah
preparasi bahan pangan. Bahan tambahan pangan yang digunakan hanya dapat dibenarkan apabila :
1. Dimaksudkan untuk mencapai masing-masing tujuan penggunaan dalam pengolahan
2. Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan
3. Tidak digunakan untuk menyembunyikan cara kerja yang bertentangan dengan cara produksi yang baik untuk pangan
4. Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.