41
perasaan orang lain saat dewasa kelak. Hal itu dikarenakan kecerdasan interpersonal ini akan menyeimbangkan beberapa kecerdasan yang lain
yang dimiliki oleh seseorang. Tanpa adanya kecerdasan interpersonal maka kecerdasan menghitung, membaca, dan menulis tidak dapat
berkembang secara optimal.
C. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar.
1. Perkembangan Kognitif Bermain Anak
Menurut Ismail 2009: 42, bermain sebagai kegiatan utama anak sudah dapat dilakukan sejak usia 3-4 bulan. Hal ini penting bagi
perkembangan kognisi, afeksi, dan psikomotor anak pada umumnya. Selain dapat membantu meningkatkan daya nalar atau pikir dan
kepribadiannya, bermain juga amat membantu perkembangan fisik anak dengan gerakan halus dan gerakan kasar. Karena bermain merupakan
gejala yang umumnya terjadi pada anak, maka sesuai dengan perkembangan kejiwaanya, permainan anak pun berkembang menurut
tingkat-tingkat tertentu yang dilalui anak. Sejalan dengan perkembangan kognisi atau daya pikir anak, Jean
Piaget mengemukakan tahapan bermain Andang Ismail, 2009: 46-49 sebagai berikut:
42
a.
Sensory Motor Play
Bermain yang mengandalkan indera dari gerakan-gerakan tubuh. +3 atau 4 bulan sampai dengan setengah
tahun Bermain dimulai pada periode perkembangan kognitif sensori
motor, sebelum usia 3-4 bulan, gerakan atau kegaitan anak belum dapat dikategorikan bermain, kegiatan anak semata-mata merupakan
kelanjutan dan kenikmatan yang diperolehnya. Kegiatan bayi hanya merupakan pengulangan dari hal-hal yang dilakukan sebelumnya.
Jean Piaget menamakannya dengan
reproductive assimilation
. Meskipun demikian, kegiatan tersebut merupakan cikal bakal dan
kegiatan bermain di tahap perkembangan selanjutnya. b.
Symbolic
atau
Make Believe Play
+2 – 7 tahun
Periode pra operasional anak terjadi antara 2-7 tahun dapat dikategorikan
Symbolic
atau
Make Believe Pla y
. Tandanya ialah anak dapat bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini
anak lebih banyak bertanya dan menjawab pertanyaan, mencoba berbagai kegiatan yang berkaitan dengan konsep angka, ruang,
kuantitas, dan sebagainya. Bermain simbolik juga berfungsi untuk mengasimilasikan
dan mengkonsolidasikan menggabungkan pengalaman emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi anak, akan dilakukan kembali
dalam kegiatan bermainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan bermain simbolik ini akan semakin bersifat konstruktif
43
dalam arti lebih mendekati kenyataan, sebagai latihan berfikir dan mengarahkan anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. c.
Social Play Games with Rules
+8 – 11 tahun
Dalam bermain pada tahap yang tertinggi, penggunaan
symbol
lebih banyak diwarnai oleh nalar dan logika yang bersifat objektif. Sejak usia 8-11 tahun anak akan lebih banyak terlibat dalam
kegiatan
games with rules
, dimana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan permainan.
d.
Games with Rules and Sports
11 tahun ke atas Contoh lain dari kegiatan bermain yang memiliki aturan
adalah olahraga. Kegiatan bermain ini masih menyenangkan dan dinikmati anak-anak, meskipun aturannya jauh lebih ketat dan
diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan jenis permainan yang tergolong games seperti kartu atau kasti.
Berdasarkan uraian di atas, bermain sudah dapat dirasakan sejak anak berusia 2 bulan yaitu dengan cara melakukan pengulangan terhadap
hal yang pernah dilakukan sebelumnya. Kegiatan tersebut lambat laun berkembang dan semakin kompleks senada dengan perkembangan umur
dan kognisi yang dimiliki anak. Usia sekolah dasar atau 7- 12 tahun berada pada tahap
social play games with rules
dan
games with rules and sports
. Pada tahap ini, anak banyak menggunakan simbol dan disertai dengan
nalar dan logika. Selain itu, anak sudah banyak menyenangi permainan
44
yang mengacu pada olah raga yang banyak menggunakan gerakan-gerakan yang diatur oleh permainan itu sendiri.
2. Perkembangan Sosial dan Kepribadian