14
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritis
Deskripsi teoritis ini bertujuan untuk menemukan definisi operasional variabel yang terdapat pada penelitian ini, sehingga pada akhirnya nanti dapat
ditemukan indikator dari masing-masing variabel tersebut, yang kemudian indikator tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam membuat instrumen
penelitian. Selain itu, dengan adanya deskripsi teoritis ini dapat membantu untuk menemukan jawaban sementara atau hipotesis awal H
dari rumusan masalah yang telah dirumuskan dalam penelitian ini. Deskripsi teori yang dibahas disini
yaitu, model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan hasil belajar siswa.
1. Pendidikan Kejuruan a. Pengertian Pendidikan Kejuruan
Undang-Undang 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan berfungsi sebagai sarana untuk pencapaian kesejahteraan sosial,
politik, ekonomi, dan budaya suatu bangsa. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu bentuk
pendidikan yang dipandang dapat memenuhi tuntutan ini yaitu pendidikan kejuruan Wowo Sunaryo Kuswana, 2013: 161.
Menurut Clarke Winch 2007: 9, “vocational education is confined to preparing young people and adults for working life, a process often regarded
as of rather technical and practical nature.” Berdasarkan pernyataan ini dapat diketahui bahwa pendidikan kejuruan diselenggarakan untuk mempersiapkan
lulusannya siap terjun ke dunia kerja. Dunia kerja tentunya memiliki berbagai
15
macam profil pekerjaan yang bervariasi, oleh karena itu pada pendidikan kejuruan mengharuskan untuk menyediakan pembekalan keterampilan yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minat peserta didik yang mengarah ke profil pekerjaan tertentu.
Menurut Webster 1993 dalam Wowo Sunaryo Kuswana 2013: 157, “pendidikan kejuruan adalah suatu pendidikan dan pelatihan untuk kepentingan
jabatan di dunia kerja yang spesifik seperti bidang industri, pertanian atau perdagangan.” Pendidikan kejuruan lebih terfokus pada suatu paket keahlian
ataupun pada program studi keahlian tertentu yang sesuai dengan dunia kerja. Dengan adanya bidang yang lebih spesifik tersebut, diharapkan pendidikan
kejuruan memiliki keuntungan dapat menghasilkan SDM yang terampil, relevan, siap kerja, dan produktif.
Karena pendidikan kejuruan bertujuan untuk menyediakan lulusan yang siap bekerja dengan kompetensi yang sesuai dengan dunia kerja, maka perlu
pembagian jenjang kualifikasi agar kompetensi-kompetensi yang dimiliki oleh lulusannya berelevansi tinggi dengan jenis pekerjaan dan jenjang pendidikan
kejuruannya masing-masing. Tingkatan jenjang pendidikan kejuruan dapat ditempuh melalui berbagai jenjang pendidikan baik dari sekolah menengah
hingga sampai sekolah tinggi. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012
tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia KKNI Bab II Pasal 2 ayat 1, jenjang kualifikasi dimulai dari jenjang 1 sebagai jenjang terendah sampai
dengan jenjang 9 sebagai jenjang tertinggi. Rincian jenjang kualifikasi pada
16
KKNI yang dihasilkan melalui jenjang pendidikan atau penyetaraan dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 1. Jenjang Kualifikasi pada KKNI yang Dihasilkan Melalui Jenjang Pendidikan atau Penyetaraan
Jenjang Pendidikan Melalui
Penyetaraan Jenjang
Kualifikasi KKNI
Pendidikan dasar 1
Pendidikan Menengah 2
Diploma 1 3
Diploma 2 4
Diploma 3 5
Diploma 4 6
Pendidikan profesi 7
Magister Terapan dan Magister
Pendidikan spesialis 1
8 Doktor Terapan dan Doktor
Pendidikan spesialis 2
9 Sumber: Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang, maka jenjang kualifikasi KKNI-nya akan semakin
tinggi. Jenjang kualifikasi KKNI akan menentukan profil pekerjaan seseorang karena profil pekerjaan di dunia kerja bervariasi dan berstrata Mendiknas,
2013-4: 10. Hubungan jenjang kualifikasi KKNI dengan jejang pendidikan dan profil pekerjaan dapat dilihat pada gambar struktur tenaga kerja dibawah
ini: