3 Tatap muka.
Interaksi tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya
dengan guru, tetapi juga dengan sesama siswa. 4
Komunikasi antar anggota. Unsur
ini menghendaki
para anggota
kelompoksiswa berkomunikasi dengan baik agar para siswa dapat berkomunikasi secara
baik dan dapat menerima pendapat teman tanpa menyinggung teman yang lain.
5 Evaluasi proses kelompok.
Pada evaluasi kelompok pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan
hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif.
d. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning Teknik
Mencari PasanganMake A Match Model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasanganMake A
Match dikembangkan oleh Larana Curran 1994. Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia anak
didik, Sugiyanto, 2010: 49. Pembelajaran mencari pasangan adalah pembelajaran yang menciptakan interaksi antar siswa.
Model pembelajaran kooperatif dengan teknik mencari pasangan adalah mendiskusikan permasalahanjawaban dalam kelompok kemudian
mencoba mencari pasangan jawaban yang sudah didiskusikan. Kelompok soal mencari jawaban yang tepat kemudian minta pendapat kepada
kelompok penilai apakah jawaban yang dicari sudah sesuai atau belum.
e. Langkah – langkah Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Mencari
Pasangan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1 Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2 Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau
jawaban. 3
Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya. 4
Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. 5
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi nilai.
6 Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya tidak
dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama.
7 Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu
yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 8
Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran
.
f. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Mencari Pasangan
Menurut Slavin 1995, kekuatan metode pembelajaran Cooperative
Learning antara lain: 1
Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma kelompok
2 Siswa aktif membantu dan mendorong semangat untuk sama-sama
berhasil 3
Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok
4 Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
berpendapat.
g. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Mencari Pasangan
Adapun kelemahan metode pembelajaran Cooperative Learning dengan menggunakan teknik mencari pasangan yaitu :
1 Adanya anggota kelompok yang tidak aktif.
2 Membutuhkan waktu yang lebih banyak dalam pembelajaran di kelas.
3 Apabila pengelolaan kelas kurang terkontrol, membuat tujuan
pembelajaran tidak tercapai. 4
Apabila siswa tidak bisa memahami tujuan pembelajaran menggunakan Cooperative Learning siswa akan ribut sendiri di dalam kelompok.
B. Penelitian yang Relevan
1. Arbangatun Fitria Ningrum2012. Pengaruh Model Cooperative Learning Teknik
Make A Match Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas Iv SD Negeri Limbasari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah Tahun Ajaran
20112012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model Cooperative Learning teknik Make a Match terhadap hasil belajar IPS siswa kelas
IV SD Negeri Limbasari tahun ajaran 20112012. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu quasi exsperiment.
Desain penelitian ini menggunakan Pre Test Post Test Control Group Design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Limbasari sebanyak 40
siswa, yang terdiri dari dua kelas paralel, kelas IV A sebagai kelas kontrol dan kelas IV B sebagai kelas eksperimen. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah tes, observasi dan dokumentasi. Instrumen diuji menggunakan validitas konstruk dengan pendapat ahli expert judgment. Tes yang digunakan dalam
penelitian telah diuji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda. Uji reliabilitas instumen dengan rumus Alpha Chronbach diperoleh nilai reliabilitas
hitungan sebesar 0,959. Data dianalisis dengan menggunakan uji-t, yaitu dengan melihat perbedaan
hasil belajar IPS pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf signifikan 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas eksperimen mempunyai nilai ratarata
sebesar 78,4992 dan kelas kontrol menunjukkan nilai rata-rata sebesar 69,4993. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada hasil Post Test
mata pelajaran IPS pada siswa yang diberi perlakuan kelas eksperimen dengan model Cooperative Learning teknik Make a Match dengan siswa yang tidak diberi
perlakuan kelas kontrol. Untuk mengetahui perbedaan yang nyata maka dilakukan analisis statistik dengan uji-t yang didapatkan harga t sebesar 2,209.
Dengan demikian penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh model Cooperative Learning teknik Make a Match terhadap hasil belajar IPS siswa kelas
IV. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Maria Ulfa 2014. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A
Match pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas IV SD 3 Panjunan Kudus. Latar belakang masalah dalam penelitian ini
adalah rendahnya hasil belajar IPS peserta didik. Nilai prapenelitian tindakan kelas menunjukkan 9 dari 20 peserta didik memperoleh nilai di bawah KKM 70.
Rumusan masalah adalah Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik,
keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPS kelas IV SD 3 Panjunan Kudus, materi perkembangan
teknologi produksi,
komunikasi dan
transportasi serta
pengalaman menggunakannya? Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan aktivitas
peserta didik, peningkatan keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dan menemukan peningkatan hasil belajar IPS peserta didik dengan diterapkannya
model pembelajaran Make A Match pada materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya pada peserta didik
kelas IV SD 3 Panjunan. Penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk penelitian tindakan kelas, yang
dilaksanakan di kelas IV SD 3 Panjunan Kudus. Subjek penelitian adalah guru peneliti dan 20 peserta didik. Penelitian berlangsung selama dua siklus, setiap
siklus terdiri dari dua pertemuan. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Make A Match. Sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar
IPS peserta didik materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah teknik tes dan non tes. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar
IPS peserta didik materi perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman menggunakannya yang cukup signifikan antara hasil
prasiklus 35, hasil siklus I 70 dan hasil siklus II 90, didukung dengan peningkatan hasil belajar psikomotorik peserta didik dari persentase siklus I
54,25 Cukup menjadi 77 Baik di siklus II. Sedangkan hasil belajar afektif peserta didik dari persentase siklus I 54,75 Cukup menjadi 73,25 Baik di
siklus II. Pengelolaan pembelajaran Make A Match juga mengalami peningkatan dari persentase siklus I 73,75 Baik menjadi 94 Sangat Baik pada siklus II.
Simpulan dalam penelitian ini yaitu penerapan model Make A Match pada pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar peserta didiik kelas IV SD 3
Panjunan Kudus.
C. Kerangka Berpikir
Pada masa kini pembelajaran IPS sangat diperlukan dan harus dikembangkan oleh siswa sejak dini karena dengan pembelajaran IPS siswa mempunyai pengetahuan
tentang hidup bermasyarakat, masalah-masalah sosial terutama perjuangan bangsa Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan.
Seperti yang telah diungkapkan pada Bab 1 bahwa banyak ditemukan masalah dalam proses pembelajaran IPS yang peneliti lihat di SDN Keniten. Penggunaan model
pembelajaran ceramah di kelas berdampak pada siswa yang cenderung pasif, diam dan kurang inisiatif. Siswa yang mengajukan diri dengan tunjuk jari dalam menjawab
pertanyaan guru dan yang berani mengemukakan pendapat serta mengajukan pertanyaan pada guru masih sangat kurang. Sehingga diindikasikan dapat berimbas pada hasil
belajar yang rendah. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, diketahui bahwa karakter siswa SDN Keniten kelas IV lebih menyukai pembelajaran dengan menggunakan media
berupa kartu bergambar atau dengan media multimedia video. Salah satu cara untuk meningkatkan prestasi belajar diperlukan model
pembelajaran yang inovatif, menarik, dan interaktif. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kooperatif teknik mencari pasangan sebagai
teknik diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pembelajaran IPS. Langkah
– langkah Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Mencari Pasangan sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok
untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban. 2.
Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal atau jawaban. 3.
Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegangnya. 4.
Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. 5.
Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi nilai. 6.
Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan temannya tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban akan mendapatkan hukuman yang telah
disepakati bersama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI