Pemodelan Interpretasi Struktural Rancang bangun kebijakan pengelolaan taman nasional secara berkelanjutan di era otonomi daerah

49 Menurut Saxena et al. 1992, analisis sistematis dari suatu program atau objek secara holistik sangat bermanfaat agar tujuan program dapat diimplementasikan dengan efektif dan memberikan manfaat bagi masyarakat karena memenuhi kebutuhannya saat ini maupun masa mendatang. ISM merupakan interpretasi dari suatu program atau objek yang utuh dan mentransformasikan model mental yang tidak terang dan lemah penjelasannya menjadi model sistem yang terdefinisikan secara jelas hingga dapat dimanfaatkan untuk perencanaan strategik dan formulasi kebijakan. ISM merupakan salah satu metode permodelan berbasis komputer yang dapat membantu kelompok untuk mengidentifikasi hubungan antara ide dan struktur tetap pada isu yang kompleks. ISM dapat digunakan untuk mengembangkan beberapa tipe struktur, termasuk struktur pengaruh, struktur prioritas, ataupun kategori ide. ISM merupakan sebuah metode yang interaktif dan diimplementasikan dalam sebuah wadah kelompok sehingga metode ini memberikan lingkungan yang sangat sempurna untuk memperkaya dan memperluas pandangan dalam konstruksi yang cukup kompleks. ISM menganalisis elemen-elemen sistem dan memecahkannya dalam bentuk grafis dari hubungan langsung antar elemen dan tingkat hierarki. Elemen-elemen dapat merupakan tujuan kebijakan, target organisasi, maupun faktor-faktor penilaian. Sedangkan hubungan langsung dapat dalam konteks yang beragam Marimin 2005. Menurut Kanungo and Bhatnagar 2002, Eriyatno 2003 dan Marimin 2005, langkah-langkah permodelan dengan menggunakan ISM mencakup: 1 Identifikasi elemen: Elemen sistem diidentifikasi dan didaftar. Identifikasi elemen dapat diperoleh melalui penelitian, diskusi curah pendapat maupun cara yang lainnya. 2 Hubungan kontekstual: Sebuah hubungan kontekstual antar elemen dibangun berdasarkan pada tujuan dari permodelan. 3 Matriks interaksi tunggal terstruktur Structural Self Interaction Matrix – SSIM: Matriks ini mewakili elemen persepsi responden terhadap hubungan elemen yang dituju. 50 Empat simbol yang digunakan untuk mewakili tipe hubungan yang terdapat antar dua elemen dari sistem yang dikaji adalah:  V ..... hubungan dari elemen E i terhadap E j , dan tidak sebaliknya  A ..... hubungan dari elemen E j terhadap E i , dan tidak sebaliknya  X ..... hubungan interrelasi antara E i dan E j , dan dapat sebaliknya  O ..... menunjukkan bahwa E i dan E j tidak berkaitan 4 Matriks Reachability Reachability Matrix – RM: Sebuah RM yang dipersiapkan kemudian mengubah simbol-simbol SSIM ke dalam sebuah matriks biner. Konversi SSIM menjadi SM menggunakan aturan-aturan berikut,  Jika hubungan E i terhadap E j = V dalam SSIM maka elemen E ij = 1 dan E ji = 0 dalam RM.  Jika hubungan E i terhadap E j = A dalam SSIM maka elemen E ij = 0 dan E ji = 1 dalam RM.  Jika hubungan E i terhadap E j = X dalam SSIM maka elemen E ij = 1 dan E ji = 1 dalam RM.  Jika hubungan E i terhadap E j = O dalam SSIM maka elemen E ij = 0 dan E ji = 0 dalam RM. RM awal dimodifikasi untuk menunjukkan seluruh direct dan indirect reachability , yaitu jika E ij = 1 dan E jk = 1 maka E ik = 1. 5 Tingkat partisipasi dilakukan untuk mengklasifikasi elemen-elemen dalam level-level yang berbeda dari struktur ISM. Untuk tujuan ini, dua perangkat diasosiasikan dengan tiap elemen Ei dari sistem: Reachability set Ri adalah sebuah set dari seluruh elemen yang dapat dicapai dari elemen Ei, dan Antecedent Set Ai adalah sebuah set dari seluruh elemen dimana elemen Ei dapat dicapai. Pada iterasi pertama seluruh elemen, dimana Ri = Ri ∩ Ai adalah elemen-elemen level 1. Pada iterasi-iterasi berikutnya elemen-elemen diidentifikasi seperti elemen-elemen level dalam iterasi-iterasi sebelumnya dihilangkan, dan elemen-elemen baru diseleksi untuk level-level berikutnya dengan menggunakan aturan yang sama. Selanjutnya, seluruh elemen-elemen sistem dikelompokkan ke dalam level-level yang berbeda. 51 6 Matriks Canonnical: Pengelompokan elemen-elemen dalam level yang sama mengembangkan matriks ini. Matriks resultan memiliki sebagian besar dari elemen-elemen triangular yang lebih tinggi adalah 0 dan terendah 1. Matriks ini selanjutnya digunakan untuk mempersiapkan digraph. 7 Digraph adalah konsep yang berasal dari Directional Graph, yaitu sebuah grafik dari elemen-elemen yang saling berhubungan secara langsung dan level hierarki. Digraph awal dipersiapkan dalam basis matriks canonical. Graph awal tersebut selanjutnya dipotong dengan memindahkan semua komponen yang transitif untuk membentuk digraph akhir. 8 Interpretive Structural Model: ISM dibangkitkan dengan memindahkan seluruh jumlah elemen dengan deskripsi elemen aktual. Oleh sebab itu ISM memberikan gambaran yang sangat jelas dari elemen-elemen sistem dan alur hubungannya. Eriyatno 2003 menyatakan bahwa metode dan teknik ISM dibagi menjadi dua bagian, yaitu penyusunan hierarki dan klasifikasi sub elemen. Prinsip dasarnya adalah identifikasi dari struktur di dalam suatu sistem yang memberikan nilai manfaat yang tinggi guna meramu sistem secara efektif dan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik. Struktur dari suatu sistem yang berjenjang diperlukan untuk lebih menjelaskan pemahaman tentang perihal yang dikaji. Menentukan jenjang dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, namun harus memenuhi kriteria: a kekuatan pengikat dalam dan antar kelompok atau tingkat, b frekuensi relatif dari oksilasi dimana tingkat yang lebih rendah lebih cepat terguncang dari yang diatas, c konteks dimana tingkat yang lebih tinggi beroperasi pada jangka waktu yang lebih lambat daripada ruang yang lebih luas, d liputan dimana tingkat yang lebih tinggi mencakup tingkat yang lebih rendah, dan e hubungan fungsional, dimana tingkat yang lebih tinggi mempunyai peubah lambat yang mempengaruhi peubah cepat tingkat dibawahnya. Teknik ISM dapat memberikan basis analisis program dimana informasi yang dihasilkan sangat berguna dalam formulasi kebijakan dan perencanaan strategis. Selanjutnya, Saxena et al. 1992 menyatakan bahwa 52 penggunaan ISM dalam analisis, program dapat dibagi menjadi sembilan elemen utama: 1 Sektor masyarakat yang terpengaruh 2 Kebutuhan dari program 3 Kendala utama program 4 Perubahan yang diinginkan 5 Tujuan dari program 6 Tolok ukur untuk menilai setiap tujuan 7 Aktivitas yang dibutuhkan guna perencanaan tindakan 8 Ukuran aktivitas untuk mengevaluasi hasil yang dicapai setiap aktivitas 9 Lembaga yang terlibat dalam pelaksanaan program Untuk setiap elemen dari program yang dikaji, selanjutnya dijabarkan menjadi sejumlah sub-elemen. Kemudian ditetapkan hubungan kontekstual antara sub-elemen yang mengandung adanya suatu pengarahan pada perbandingan berpasangan. Hubungan kontekstual pada teknik ISM selalu dinyatakan dalam terminologi sub-ordinat yang menuju pada perbandingan berpasangan antar sub- elemen yang mengandung suatu arahan pada hubungan tersebut. Menurut Eriyatno 2003 hubungan kontekstual dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif. Keterkaitan antar sub-elemen dapat meliputi berbagai jenis hubungan seperti disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan hubungan kontekstual tersebut, maka disusun Structural Self Interaction Matrix dengan menggunakan simbol: V jika e ij = 1 dan e ji = 0 A jika e ij = 0 dan e ji = 1 V jika e ij = 1 dan e ji = 1 V jika e ij = 0 dan e ji = 0 53 Tabel 1 Hubungan kontekstual antar sub-elemen pada teknik ISM No Jenis Hubungan Interpretasi 1 Pembandingan comparative A lebih pentingbesarindah dari B A 20 lebih berat dari B 2 Pernyataan definitive A adalah atribut B A termasuk di dalam B A mengartikan B 3 Pengaruh influence A menyebabkan B A adalah sebagian penyebab B A mengembangkan B A menggerakkan B A meningkatkan B 4 Keruangan spatial A adalah selatanutara B A diatas B A sebelah kiri B 5 Kewaktuan temporaltime scale A mendahului B A mengikuti B A mempunyai prioritas lebih dari B Sumber: Eriyatno 2003 Nilai e ij = 1 berarti ada hubungan kontekstual antara elemen ke-i dan elemen ke-j, sedangkan e ij = 0 adalah tidak ada hubungan kontekstual antara elemen ke-i dan elemen ke-j. Hasil penilaian ini kemudian dibuat dalam Structural Self Interaction Matrix yang berbentuk tabel Reachability Matrix RM dengan mengganti V, A, X, dan O menjadi bilangan 1 dan 0. Matriks RM selanjutnya dikoreksi sampai menjadi matriks tertutup yang memenuhi kaidah transitivitas. Matriks RM yang telah memenuhi kaidah transitivitas kemudian diolah untuk mendapatkan nilai Driver-Power DP dan nilai Dependence D untuk menentukan klasifikasi sub elemen. Eriyatno 2003 menyebutkan bahwa untuk mengetahui peran masing-masing sub elemen, sub elemen dikelompokkan ke dalam 4 sektor: Sektor 1: Weak driver-weak dependent variables Autonomous, sub elemen yang berada pada sektor ini umumnya tidak berkaitan dengan sistem, 54 mungkin mempunyai hubungan yang sedikit walaupun hubungan tersebut bisa saja kuat. Sektor 2: Weak driver-strongly dependent variables Dependent, sub elemen yang berada pada sektor ini umumnya sub elemen yang tidak bebas atau dipengaruhi oleh sub elemen lain. Sektor 3: Strong driver-strongly dependent variables Linkage, sub elemen yang berada pada sektor ini perlu dikaji secara hati-hati sebab hubungan antar sub elemen tidak stabil. Setiap tindakan pada sub elemen tersebut akan memberikan dampak terhadap peubah lain dan umpan balik pengaruhnya bisa memperbesar dampak. Sektor 4: Strong driver-weak dependent variables Independent, sub elemen yang berada pada sektor ini umumnya merupakan sub elemen bebas yang memiliki kekuatan penggerak yang besar terhadap sub elemen lain dalam sistem.

2.9 Fuzzy Analytical Hierarchy Process

Penilaian untuk memilih kebijakan prioritas dapat dilakukan dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik Analytical Hierarchy Process – AHP. AHP mempunyai peralatan utama yaitu sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia dalam memilih alternatif-alternatif keputusan pemecahan masalah. Suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki. Proses hirarki analitik cocok untuk menyelesaikan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dengan kriteria majemuk Saaty, 1993. Menurut Goodwin and Wright 2004 dan Marimin 2005 prinsip dasar AHP meliputi beberapa langkah, yaitu: 1 Penyusunan struktur hirarki Persoalan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi unsur-unsurnya yang dapat berupa atribut dan alternatif. Unsur-unsur ini kemudian disusun menjadi struktur hirarki yang menunjukkan alternatif yang tersedia dalam membuat keputusan berada pada tingkat yang paling bawah. 55 2 Penilaian perbandingan berpasangan Penilaian unsur-unsur hirarki dilakukan melalui perbandingan berpasangan dari masing-masing elemen dalam suatu unsur untuk menetapkan kepentingan relatif. Skala penilaian 1 sampai 9 merupakan skala yang terbaik untuk menilai berbagai persoalan. Nilai pendapat yang diekspresikan didefinisikan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 2. 3 Penentuan prioritas Penentuan prioritas didasarkan atas hasil perbandingan berpasangan dari masing-masing elemen dalam unsur-unsur hirarki. Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Elemen-elemen kualitatif maupun kuantitatif dibandingkan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dapat dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika. Analisis sensitivitas dapat dilakukan untuk mengetahui akibat adanya perubahan tingkat kepentingan. 4 Konsistensi logis Seluruh elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Tabel 2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Identitas Kepentingan Definisi Nilai 1 Kedua elemen sama penting 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting dari yang lain 5 Elemen yang satu jelas lebih penting dari yang lain 7 Elemen yang satu sangat jelas lebih penting dari yang lain 9 Elemen yang satu mutlak lebih penting dari yang lain 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan yang berdekatan