Kerangka Pemikiran Rancang bangun kebijakan pengelolaan taman nasional secara berkelanjutan di era otonomi daerah
5 dan efektifitas pengelolaan taman nasional Barber 2004. Sebaliknya, Perubahan
kondisi taman nasional, misalnya karena adanya konversi penggunaan lahan akan dapat mempengaruhi, baik positif maupun negatif, kondisi ekonomi dan sosial
masyarakat. Kelompok masyarakat yang mengkonversi lahan di taman nasional akan mendapatkan manfaat dan akan meningkatkan pendapatannya. Sedangkan
biaya yang muncul akibat konversi tersebut akan ditanggung oleh pemerintah dan komunitas masyarakat secara keseluruhan Dasgupta Mäler 1994; Mink 1999.
Paradigma kebijakan pengelolaan taman nasional saat ini masih terfokus pada sistem ekologi dan kawasan Phillips 2002; Wilson 2003. Sistem sosial dan
ekonomi kawasan sekitar taman nasional belum mendapatkan pertimbangan yang besar dalam pengelolaan taman nasional. Di samping itu, otonomi daerah telah
menyebabkan berbagai perubahan yang mendasar, terutama akibat pendelegasian sebagian besar kewenangan dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah. Namun,
kebijakan terhadap pengelolaan kawasan konservasi, khususnya taman nasional masih sama. Kewenangan pengelolaan taman nasional masih tetap berada pada
Pemerintah Pusat. Kebijakan ini menurut Resosudarmo 2002 tidak dapat efektif untuk mencapai tujuan pengelolaan taman nasional. Hal ini diindikasikan dengan
sikap beberapa pemerintah daerah yang tidak bersedia membantu secara aktif mengatasi permasalahan yang dihadapi pengelola taman nasional. Sedikitnya
manfaat langsung tangible benefit yang dapat dinikmati masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan taman nasional dan pemerintah daerah juga
menyebabkan rendahnya dukungan masyarakat dan Pemda terhadap eksistensi taman nasional Soetarto et al. 2001.
Akibat akhirnya adalah degradasi ekosistem karena pengelolaan taman nasional tidak efektif untuk mencapai tujuan
penetapannya. Degradasi ekosistem yang banyak terjadi di taman nasional memunculkan
keperluan suatu sistem pengelolaan yang baru. Argumentasi tuntutan perubahan kebijakan pengelolaan didasari pemikiran bahwa pendekatan konservasi yang
telah diharmonisasikan dengan kebutuhan sosial ekonomi masyarakat dan agenda pembangunan diharapkan akan menyebabkan manfaat kawasan konservasi dapat
berkelanjutan. Kawasan konservasi seyogyanya dikelola dalam perspektif jangka
6 panjang dengan tujuan mencakup keberlanjutan pemanfaatan sumber daya alam,
pelestarian jasa-jasa ekosistem, dan terintegrasi dalam proses pembangunan sosial ekonomi regional untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan pemerintah daerah
yang sejalan dengan konservasi sumber daya alam hayati. Di samping itu, pengelolaan kawasan konservasi ini perlu melibatkan seluruh stakeholder dalam
pengambilan keputusan pengelolaannya. Pengembangan
kebijakan pengelolaan
taman nasional
yang mengintegrasikan aspek ekologi, sosial dan ekonomi memiliki dimensi yang
sangat kompleks. Aspek ekologi yang tercermin dari kondisi fisik kawasan menuntut terlindunginya ekosistem taman nasional dan terjamin kelestariannya.
Aspek sosial menghendaki adanya penerimaan secara sosial terhadap keberadaan taman nasional dan semua stakeholder dapat turut serta menjaga kelestariannya
sesuai dengan peran masing-masing. Sedangkan dari aspek ekonomi, taman nasional diharapkan dapat berkontribusi terhadap perekonomian daerah melalui
pemanfaatan yang berkelanjutan. Di samping itu, kebijakan sektoral dan daerah juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengembangan
kebijakan pengelolaan taman nasional. Mengingat kompleksitas yang dihadapi maka pengembangan kebijakan pengelolaan akan dibangun menggunakan
pendekatan soft dan hard system. Pendekatan sistem diyakini akan dapat
menghasilkan kebijakan pengelolaan taman nasional yang efektif. Dengan demikian, kebijakan pengelolaan ini diharapkan akan mampu mendukung
pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan umat manusia saat ini tanpa mengurangi
kemampuan generasi
yang akan
datang untuk
memenuhi kebutuhannya. Secara skematis, kerangka pemikiran penelitian ini ditunjukkan
pada Gambar 1.
7
Gambar 1 Kerangka pemikiran penelitian