Sistem Dinamik Rancang bangun kebijakan pengelolaan taman nasional secara berkelanjutan di era otonomi daerah

155 Tingkat Kesehatan Ekosistem Pengamanan - Dana Pengelolaan dan pengamanan - Perambahan Manfaat Taman Nasional + Tingkat Kerusakan + - Partisipasi Pengetahuan Jumlah Penduduk Angkatan Kerja Penyerapan Tenaga Kerja Kebutuhan Lahan Budidaya + + + + + Pendapatan Masyarakat Mata Pencaharian Alternatif Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Koperasi Tingkat Investasi Pedesaan Luas Kepemilikan Lahan + + + + - + + + + - Rehabilitasi Hutan + - + - + + + - - Gambar 28 Diagram simpal kausal sistem pengelolaan integratif 156 Waktu Kes_Ekosistem 1 Pendapatan_Masy 2 Partisipasi 3 2,000 2,005 2,010 2,015 2,020 2,025 1 2 4 3 2,000,000 1 1 2 5 3 19,200,000 1 1 2 5 3 36,400,000 1 1 2 6 3 53,600,000 1 1 2 6 3 70,800,000 1 1 2 7 3 88,000,000 1 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 Gambar 29 Proyeksi partisipasi, pendapatan masyarakat dan kesehatan ekosistem Sistem pengelolaan yang direpresentasikan dalam diagram simpal kausal model dinamik tidak menyertakan variabel perubahan iklim. Sebenarnya perubahan iklim memiliki sejumlah implikasi terhadap pengelolaan taman nasional. Perubahan iklim akan berdampak terhadap taman nasional. Perubahan iklim akan menyebabkan perubahan keanekaragaman hayati sehingga akan memberikan konsekuensi pertanyaan apa yang harus dilindungi dan diawetkan dalam kawasan taman nasional terkait perubahan iklim Welch 2005. Potensi dampak perubahan iklim terhadap taman nasional karenanya memerlukan pemikiran ulang yang mendasar dalam pendekatan perlindungan karena sumberdaya alam hayati yang dilindunginya mungkin tidak akan selamat lagi akibat perubahan iklim. Kondisi yang mungkin akan dihadapi oleh pengelola taman nasional terkait perubahan iklim adalah peningkatan laju kepunahan spesies yang semakin meningkat dan berfluktuasi secara tidak alami. Konsekuensi dari perubahan iklim terhadap taman nasional seyogyanya menjadi pertimbangan dalam pemanfaatan sumber daya taman nasional. 157 Berdasarkan hasil proyeksi model dinamik terlihat bahwa pengelolaan saat ini kurang efektif untuk mencapai tujuan konservasi yang diindikasikan dengan kecenderungan penurunan kesehatan ekosistem dalam jangka panjang. Kecenderungan penurunan kesehatan ekosistem juga akan mengurangi daya dukung kawasan untuk memberikan subsidi ekologi bagi pertumbuhan ekonomi, khususnya bagi sektor pertanian. Sehingga meskipun kecenderungan pendapatan masyarakat meningkat dalam jangka panjang, peningkatan ini kurang optimal akibat adanya penurunan subsidi ekologi. Menurut Darusman dan Widada 2004, semakin tinggi kinerja ekosistem kawasan taman nasional akan memberikan peluang ekonomi yang tinggi karena banyaknya sumber daya ekonomi yang tersedia. Sumber daya ekonomi ini antara lain berupa sumber daya alam hayati yang melimpah, baik jenis-jenis tumbuhan maupun satwa dan jasa lingkungan yang berkualitas tinggi. Adanya peluang ekonomi yang tinggi berarti juga menciptakan peluang berusaha dalam industri jasa lingkungan eco- business . Namun sebaliknya jika kinerja ekosistem rendah maka sumber daya ekonomi yang tersedia akan turun sehingga peningkatan pendapatan masyarakat kurang optimal. Di samping itu, rendahnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat konservasi dan pada saat yang sama tidak merasakan manfaat ekonomi secara langsung diduga mengakibatkan tingkat partisipasi sangat rendah dan cenderung tidak meningkat dalam jangka panjang. Menurut Darusman dan Widada 2004 peningkatan pengetahuan saja belum tentu akan meningkatkan kepedulian dalam mendukung upaya konservasi yang diwujudkan dalam bentuk partisipasi untuk menjaga dan melestarikan kawasan taman nasional. Hal ini disebabkan masyarakat memerlukan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan kehidupannya. Kondisi dilematis ini yang akhirnya menyebabkan masih adanya aktivitas yang sifatnya negatif bagi upaya konservasi dan mengakibatkan degradasi ekosistem. Belum adanya kelembagaan untuk berpartisipasi dan lemahnya koordinasi diduga juga berkontribusi terhadap 158 rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung taman nasional. Kondisi ini mendorong perlunya pengembangan kebijakan yang memungkinkan untuk mempertahankan kecenderungan kesehatan ekosistem pada kisaran baik sampai sangat baik, terciptanya industri jasa lingkungan yang dapat meningkatkan pendapatan dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan taman nasional agar berkelanjutan. 6 MODEL KONSEPTUAL KEBIJAKAN

6.1 Sistem Pengelolaan Taman Nasional

Taman nasional dapat memberikan manfaat ekonomi secara tidak langsung melalui subsidi ekologi dalam perekonomian daerah di sekitar TNKS. Subsidi ekologi yang mendukung pertumbuhan sektor pertanian berupa penyediaan suplai air domestik dan pertanian, pengaturan iklim mikro, pengendalian banjir dan siklus unsur hara. Nilai ketergantungan sektor pertanian berdasarkan perhitungan pada tahun 2000 di Kabupaten Kerinci berkisar antara Rp.72 miliar sampai Rp. 256 miliar per tahun dan Kabupaten LebongRejang Lebong berkisar antara Rp.151 – Rp.542 miliar per tahun Efendi 2001. Subsidi ekologi ini menggambarkan bahwa kerusakan TNKS akan menyebabkan kerugian berupa penurunan output pertanian dan PDRB sejumlah nilai tersebut. Sehingga secara langsung sebenarnya subsidi ini telah dinikmati oleh masyarakat lokal yang memiliki akses terhadap sumber daya lahan, baik memiliki atau menyewa. Namun, karena 58 masyarakat lokal tidak memiliki lahan sehingga dapat dikatakan belum merasakan manfaat ekonomi secara langsung dari TNKS. Pada dasarnya TNKS memiliki tiga manfaat, yang pertama adalah manfaat dari penggunaan langsung, seperti sumber daya kayu dan non kayu serta lahan. Manfaat yang kedua berasal dari penggunaan tidak langsung, seperti fungsi ekologis, pengaturan hidrologi dan siklus hara. Manfaat yang ketiga merupakan manfaat yang berasal dari nilai pilihan dan keberadaan, seperti keanekaragaman hayati, habitat dan spesies. Ketiga manfaat ini tidak mungkin diperoleh secara bersama-sama. Manfaat kedua dan ketiga hanya mungkin terealisasi jika manfaat pertama dikonsumsi secara berkelanjutan. Jika sumber daya kayu dipanen dan lahan dialih fungsikan untuk pertanian maka manfaat lain akan menurun dan bahkan hilang. Oleh karena itu, manfaat lain tersebut seperti fungsi ekologis tidak mungkin diperoleh oleh masyarakat secara luas dan Pemerintah Daerah. Di samping itu, dampak menurunnya fungsi ekologis TNKS juga berarti menurunnya kemampuan mengatur hidroorologi kawasan sehingga berpotensi meningkatkan resiko terjadinya bencana alam, seperti banjir dan tanah longsor. Pemulihan dampak bencana alam selanjutnya akan mengurangi alokasi dana untuk kegiatan 160 lain sehingga akan menyebabkan efek pengganda yang akan ditanggung dan dirasakan oleh pemerintah maupun masyarakat. Namun, tingginya kebutuhan masyarakat terhadap sumber daya lahan karena mayoritas masyarakat masih bergantung pada sektor pertanian dan kurangnya alternatif sumber penghidupan lain menyebabkan terjadinya aktifitas perambahan lahan kawasan TNKS dan juga kegiatan ilegal lainnya. Pendekatan pengelolaan yang lebih mengedepankan aspek pengamanan kawasan dapat kurang efektif untuk menanggulangi kerusakan kawasan akibat perambahan karena adanya keterbatasan dana, sarana prasarana dan personil pengaman. Pengelolaan taman nasional seyogyanya dilakukan secara integratif melalui harmonisasi aspek ekonomi, sosial dan ekologi. Aspek ekonomi dapat diwujudkan dalam bentuk pemenuhan kebutuhan ekonomi jangka pendek bagi masyarakat lokal sebatas daya dukung lingkungan dan manfaat jangka panjang bagi masyarakat luas. Pemenuhan kebutuhan ini akan memberikan dampak penerimaan dan dukungan masyarakat terhadap taman nasional aspek sosial yang selanjutnya akan memelihara aspek ekologi kawasan taman nasional. Berdasarkan hasil pengamatan, analisis situasional dan ISM yang telah dilakukan maka sistem pengelolaan taman nasional agar dapat berkelanjutan didefinisikan root definition sebagai sistem yang mengelola kesehatan ekosistem agar dapat memberikan manfaat ekologi, sosial dan ekonomi secara berkelanjutan untuk masyarakat lokal, nasional dan internasional melalui upaya kemitraan dengan para pihak yang memungkinkan terciptanya alternatif mata pencaharian bagi masyarakat lokal dalam rangka untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Gambar 30. Pengembangan pemanfaatan sumber daya taman nasional yang dapat menyediakan alternatif mata pencaharian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan akan mengurangi kegiatan ilegal. Dampak lebih lanjut, kesehatan ekosistem akan terjaga. Pemanfaatan sumber daya taman nasional juga dibatasi oleh status kesehatan ekosistem. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan ini tidak boleh melebihi kemampuan daya pulih dari ekosistem terhadap gangguan akibat pemanfaatan oleh manusia. Penciptaan alternatif mata