Pembangunan Berkelanjutan Rancang bangun kebijakan pengelolaan taman nasional secara berkelanjutan di era otonomi daerah
24 pembangunan berkelanjutan bukanlah merupakan kondisi harmoni yang statis
terhadap pemenuhan kebutuhan antar generasi, tetapi lebih merupakan proses perubahan dimana eksploitasi sumber daya alam, kegiatan investasi, orientasi
pengembangan teknologi dan perubahan kelembagaan diarahkan sejalan dengan pemenuhan kebutuhan generasi sekarang dan yang akan datang. Pembangunan
berkelanjutan mempunyai 3 dimensi utama, yaitu pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial dan perlindungan terhadap lingkungan. Dimensi ekonomi didasari oleh
prinsip bahwa
kemiskinan dihilangkan
dan kesejahteraan
masyarakat ditingkatkan, minimal untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia melalui
pemanfaatan sumber daya alam yang optimal dan efisien. Dimensi sosial mengacu kepada keterkaitan antara alam dan manusia, yaitu meningkatkan kesejahteraan
manusia, perbaikan akses terhadap pelayanan kesehatan dan pendidikan, pemenuhan standar minimal keamanan, dan penghormatan terhadap hak asasi
manusia. Dimensi ini juga mengacu kepada pembangunan keragaman budaya, pluralisme dan pelibatan partisipasi dalam pengambilan keputusan.
Aspek keadilan equity, yaitu distribusi manfaat dan akses terhadap sumber daya alam
merupakan komponen penting dari dimensi ekonomi dan sosial dalam pembangunan berkelanjutan. Dimensi lingkungan meliputi upaya konservasi dan
perbaikan basis sumber daya fisik, biologi dan ekosistem. Sedangkan Barbier 1987
menekankan bahwa
konsep pembangunan
berkelanjutan yang
diaplikasikan di negara sedang berkembang seharusnya tidak secara langsung terkait dengan pertumbuhan agregat ekonomi nasional, tetapi lebih diarahkan
secara langsung untuk meningkatkan standar hidup penduduk miskin di akar rumput yang dapat diukur dengan pemenuhan kebutuhan pangan, peningkatan
pendapatan, penyediaan akses terhadap pendidikan, kesehatan, sanitasi dan suplai air bersih.
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa konsep pembangunan berkelanjutan di negara berkembang tujuan utamanya sebaiknya adalah
mengurangi kemiskinan absolut melalui penyediaan penghidupan yang layak dan berkelanjutan dan yang meminimalkan deplesi sumber daya alam, degradasi
lingkungan, dan ketidak stabilan sosial budaya.
25 Konsep pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan
atau transformasi struktur ekonomi dan pola sosial yang mengoptimalkan manfaat ekonomi dan sosial bagi generasi sekarang tanpa mengurangi potensi manfaat
serupa untuk generasi yang akan datang Goodland Ledoc 1987. Tujuan
utama dari pembangunan berkelanjutan adalah untuk mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat yang terdistribusi secara adil dan dapat dipertahankan
secara berkelanjutan untuk beberapa generasi mendatang. Pembangunan
berkelanjutan mengimplikasikan keharusan penggunaan sumber daya alam terbarukan dengan cara-cara yang tidak merusak atau menghabiskan sumber daya
alam itu sendiri karena kerusakan atau kehilangan sumber daya alam tersebut pada saat sekarang akan mengurangi manfaatnya bagi generasi yang akan datang.
Sedangkan pemanfaatan sumber daya energi yang tidak terbarukan untuk memenuhi kebutuhan generasi sekarang dilakukan dengan kecepatan serendah
mungkin dan memastikan adanya transisi menuju penggunaan sumber daya energi yang terbarukan. Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan diharapkan akan
dapat menjamin kelangsungan hidup manusia secara berkualitas melalui pemeliharaan sistem pendukung kehidupan, seperti udara, air, lahan, dan biota, dan pengembangan
infrastruktur dan kelembagaan yang dapat mendistribusikan dan melindungi komponen-komponen sistem pendukung kehidupan Liverman et al. 1988.
Sejak sekitar tahun 1990, perubahan kondisi objektif ekosistem global, seperti pemanasan iklim global, penipisan lapisan ozone, kerusakan sumber daya
terbarukan dan
kerusakan komponen
lingkungan lainnya
menyebabkan masyarakat dunia semakin yakin untuk mengarahkan kegiatan ekonomi global
menuju ke arah pembangunan berkelanjutan. Isu lingkungan hidup dan
pembangunan diangkat pada KTT Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992 UNCED 1992. Pengangkatan isu yang mengkaitkan kualitas lingkungan hidup
sebagai bagian dari pembangunan, didasarkan pada dua hal, yaitu: 1 Selama ini lingkungan dan pembangunan seolah-olah merupakan dua hal yang
terpisah, sehingga sering terjadi pertentangan dalam pemilihan antara kepentingan pembangunan atau lingkungan.
26 2 Munculnya keprihatinan terhadap kemampuan sumber daya alam untuk dapat
menopang pembangunan secara terus menerus. Kesepakatan
internasional untuk
mempromosikan pembangunan
berkelanjutan tertuang dalam Agenda 21 yang berisikan kesepakatan dan program kerja global yang intinya menyepakati bahwa pembangunan ekonomi
yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan lingkungan itu sendiri. Partisipasi aktif dari
seluruh pihak dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu kunci keberhasilan dari pembangunan.
Sehingga untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan ini maka harus dilakukan secara bersama oleh
semua unsur baik pada tingkat lokal, nasional maupun global. Keberlangsungan lingkungan hidup menjadi tanggung jawab bersama semua negara, sedangkan
implementasi program kerja Agenda 21 disesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masing-masing negara.
Evaluasi terhadap pelaksanaan Agenda 21 dilakukan pada pertemuan dunia tentang pembangunan berkelanjutan World Summit on Sustainable Development
yang diselenggarakan di Johannesberg pada tahun 2002. Pertemuan ini
menghasilkan tiga dokumen penting, yaitu: 1 Deklarasi Johannesberg untuk pembangunan berkelanjutan, yang memuat
tantangan dalam pelaksanaan pembangunan berkelanjutan dan komitmen dunia internasional untuk menghadapinya.
2 Rencana implementasi Plan of Implementation, yang memuat upaya-upaya yang harus dilakukan oleh masing-masing negara berdasarkan prinsip bahwa
setiap negara memiliki tanggung jawab yang sama dengan porsi yang berbeda. Millenium Development Goals
MDGs merupakan dokumen acuan untuk rencana implementasi.
3 Dokumen kerjasama, yang dimaksudkan untuk mempercepat pembangunan berkelanjutan merata secara internasional melalui dukungan negara maju dan
lembaga internasional. Perencanaan atau strategi nasional pembangunan berkelanjutan merupakan
focal point untuk mengintegrasikan lingkungan dan pembangunan dalam
pengambilan keputusan, dan untuk mendefinisikan dan mengimplementasikan
27 prioritas pembangunan berkelanjutan.
Tantangan utama dalam penyusunan strategi nasional pembangunan berkelanjutan adalah menterjemahkan konsep dan
komitmen pembangunan berkelanjutan kedalam kebijakan dan program yang kongkrit untuk mencapai atau minimal mengarah kepada tujuan pembangunan
berkelanjutan, yaitu kehidupan masyarakat yang berkualitas yang secara sosial diharapkan masyarakat, layak secara ekonomi, mampu mempertahankan
ekosistem pendukung kehidupan secara berkelanjutan dan dapat dipertahankan untuk generasi mendatang Dalal-Clayton et al. 1994. Meskipun pembangunan
berkelanjutan menyangkut prinsip-prinsip universal tertentu, namun formulasi tujuan dari pembangunan berkelanjutan itu sendiri secara tepat dan operasional
seharusnya dinegosiasikan secara lokal pada masing-masing daerah atau negara. Hal ini disebabkan karena komunitas dan individu-individu pada daerah tersebut
yang akan melakukan pengambilan keputusan terhadap penggunaan sumber daya di daerahnya, dimana pada akhirnya keputusan-keputusan tersebut yang akan
mempengaruhi kehidupannya. Oleh karena itu,
perencanaan atau formulasi strategi nasional atau daerah pembangunan berkelanjutan memerlukan partisipasi
semaksimal mungkin dari komunitas lokal dan para pemangku kepentingan. Pada dasarnya prinsip keberkelanjutan menurut Schleicher-Tappeser et al.
1999 ada 3, yaitu: 1 Dimensi pembangunan, yang mencakup tiga hal, yaitu: a menghargai
integritas ekologi dan warisan budaya lingkungan manusia dimensi lingkungan, b pemenuhan kebutuhan manusia melalui efisiensi pemanfaatan
sumber daya dimensi ekonomi, dan c konservasi dan pengembangan manusia dan potensi sosial dimensi sosial budaya.
2 Dimensi keadilan, yang mencakup: a kesetaraan sosial dan gender kesetaraan antar manusia manusia, b kesetaraan antar wilayah dan negara
kesetaraan spasial, dan c kesetaraan antar generasi sekarang dan yang akan datang.
3 Prinsip-prinsip sistemik, yang mencakup keanekaragaman, subsidiaritas, kemitraan dan partisipasi.
28 Dalam rangka menginterpretasikan prinsip pembangunan berkelanjutan,
beberapa model
telah dikembangkan
agar konsep
tersebut dapat
diimplementasikan. Model yang paling populer adalah Model Tiga Pilar, yaitu segitiga dengan dimensi pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial dan konservasi
lingkungan yang digunakan sebagai landasan dan tujuan pembangunan. Setelah
itu berkembang alternatif model yang diusulkan untuk menggantikan Model Tiga Pilar
dengan Model Prisma, yaitu dengan menambahkan dimensi kelembagaan
untuk mengakomodasikan sejumlah elemen sosial dan budaya yang penting Keiner 2005. Pengembangan model ini mengindikasikan bahwa pembangunan
berkelanjutan tidak hanya merupakan suatu bentuk pembangunan bertujuan merekonsiliasi kebutuhan pembangunan ekonomi, sosial dan lingkungan saja
melainkan juga merupakan proses tata kelola yang memerlukan kelembagaan dan tata kelola yang dapat menjamin keberlanjutan.
Model Prisma ini menurut
Spangenberg 2002
menyediakan suatu
kerangka kerja
yang mampu
mengakomodasikan beragam konsep pembangunan berkelanjutan dan keterkaitan yang seimbang dan terintegrasi dari dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan
sehingga dapat menghindari kerusakan yang tidak dapat pulih dari salah satu dimensi.
Meskipun kedua
model tersebut
terlihat terlalu
sederhana untuk
menggambarkan realitas dan kompleksitas pembangunan, tetapi model tersebut dapat digunakan secara efektif sebagai tujuan primer untuk berargumentasi dalam
menentukan pilihan-pilihan kebijakan pembangunan. Hal ini terkonfirmasi dari
diadopsinya Model Tiga Pilar sebagai panduan pembangunan yang disepakati
oleh UN International Forum on National Strategies for Sustainable Development
UNDESA 2001 dan Model Prisma diterima sebagai landasan sistem indikator
oleh United Nations Commission on Sustainable Development UNDESA 2002.
Tujuan primer pembangunan berdasarkan Model Tiga Pilar dapat diuraikan
sebagai berikut UNDESA 2002: 1
Pertumbuhan Ekonomi: pembangunan ekonomi ditujukan untuk peningkatan masyarakat dan upaya pengentasan kemiskinan dimaksimalkan melalui
pemanfaatan sumber daya alam yang optimal dan efisien. Prioritas diberikan untuk peningkatan kemampuan masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya.
29 2
Keadilan Sosial: dimensi ini merujuk kepada hubungan antara sumber daya alam dan manusia, peningkatan kesejahteraan masyarakat, peningkatan akses
terhadap pelayanan dasar kesehatan, pendidikan dan pemenuhan standar keamanan serta penghargaan terhadap hak asasi manusia.
3 Perlindungan Lingkungan:
dimensi ini berkaitan dengan perlunya untuk memperhatikan konservasi dan memperkuat basis sumber daya fisik dan
biologi maupun ekosistem dalam mendukung pembangunan. Ketiga tujuan tersebut diatas saling tergantung dan terkait. Sebagai ilustrasi, isu
keadilan yang menyangkut distribusi manfaat dan akses terhadap sumber daya alam merupakan komponen penting dalam dimensi ekonomi dan sosial dari
pembangunan berkelanjutan. Pertumbuhan ekonomi dicapai dengan melibatkan proses transformasi sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan dasar dan
material dari masyarakat dan lingkungan alam akan terdeplesi. Pada saat yang sama, pembangunan ekonomi juga dapat menimbulkan dampak samping, seperti
polusi udara, perubahan iklim dan kehilangan keanekaragaman hayati. Sehingga implementasi pembangunan berkelanjutan pada intinya adalah mengembangkan
keseimbangan yang tepat antara ketiga dimensi ini bagi kepentingan generasi sekarang dan mendatang.
Konsep keberlanjutan terbaru dinyatakan dalam Comhar 2007 yang menekankan
upaya implementasi
keberlanjutan pembangunan
dengan memperhatikan tujuh tema, yaitu:
1 Kepuasan pemenuhan kebutuhan manusia dengan efisiensi penggunaan
sumber daya 2
Keadilan antar generasi 3
Menghargai integritas ekologi dan keanekaragaman hayati 4
Keadilan antar negara dan daerah 5
Keadilan sosial 6
Menghormati warisan dan keanekaragaman budaya 7
Pengambilan keputusan yang baik
30 Berdasarkan
ketujuh tema
tersebut dikembangkan
menjadi 12
prinsip pembangunan berkelanjutan yang meliputi:
1 Penggunaan sumber daya yang tidak dapat diperbarui harus diminimalkan.
2 Penggunaan bahan berbahaya atau bahan pencemar dan menimbulkan
sampah harus diminimalkan. 3
Sumber daya yang dapat diperbaharui harus digunakan dalam kapasitas regenerasi.
4 Kualitas tanah dan sumber air harus dipelihara dan diperbaiki.
5 Keanekaragaman margasatwa, habitat dan spesies harus dipelihara dan
diperbaiki. 6
Udara dan atmosfir harus dijaga dan pengaruh perubahan iklim harus diminimalkan.
7 Pengembngan sumber daya potensial di suatu daerah tidak harus disetujui
bersama daerah lainnya untuk mencapai potensinya sendiri. 8
Pemasukan sosial harus dikembangkan untuk meningkatkan perbaikan kualitas hidup semua
9 Pengembangan keberlanjutan tergantung pada kerjasama dan kesepakatan
antar bagian. 10 Kualitas pemandangan, warisan sejarah dan lingkungan buatan dan sumber
budaya harus dipelihara dan diperbaiki. 11 Pengambilan keputusan harus dikembangkan untuk tingkat yang tepat.
12 Partisipasi pemangku kepentingan harus dikembangkan pada semua tingkat pengambilan keputusan.