Pemeriksaan atau Pengecekan Keabsahan Data
Pada hasil observasi yang diperoleh oleh peneliti, peneliti menemukan ada beberapa guru yang mengajar tidak diawali dengan menyusun RPP dan
sebagian besar guru mengajar menggunakan RPP. Di samping itu, pada penilaian observasi terdapat beragam penilaian yang dilakukan peneliti guna
mengetahui apakah guru menerapkan RPP yang mereka pada proses pembelajaran di dalam kelas atau guru hanya membuat RPP tetapi tidak
menerapkannya di dalam kelas. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa ada 7 guru yang tidak
menyusun RPP dan 18 guru menyusun RPP. Proses Pembelajaran oleh 5 guru tidak menyusun RPP, bisa dikatakan pembelajaran tersebut berjalan kurang
baik karena pembelajaran berjalan tidak terstruktur. Sedangkan 2 guru yang tidak menyusun RPP, proses pembelajarannya sudah berjalan cukup baik.
Dalam hal ini, peneliti menemukan bahwa guru yang mempunyai nilai di bawah 60 merupakan guru yang tidak mempunyai RPP. Hal ini
menjadikan alasan bahwa RPP merupakan perangkat pembelajaran yang penting. Sesuai dengan dengan standar kompetensi guru kelas SDMI bahwa
setiap guru harus dapat mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. Sehingga dengan Rancangan pelaksanaan
pembelajaran yang di buat oleh guru dapat membuat kegiatan beajar mengajar yang kondusif sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah di
siapkan. Pada tabel di atas, peneliti juga menemukan terdapat 5 guru yang
mempunyai standar kompetensi guru kelas SDMI di atas 60-70, dan 15 guru yang mempunyai standar kompetensi di atas 80-90.
Guru yang mempunyai nilai 60-70 merupakan guru yang memiliki standar kompetensi yang cukup baik, dalam aspek peddagogik, aspek
kepribadian, maupun aspek sosial. Akan tetapi dari salah satu aspek tersebut beberapa guru masih kurang memilikinya, karena 2 dari 5 guru tersebut
melakukan kegiatan belajar mengajar tidak menggunakan RPP. Sehingga kurangnya guru dalam membentuk proses kegiatan belajar mengajar yang
baik.
Dari hasil observasi itu juga, peneliti menemukan 64 atau 16 guru sudah menyiapkan ruang dan media pembelajaran sebelum kegiatan belajar
mengajar dimulai, sisanya 36 atau 9 guru hanya sekedar menyiapkan ruang tanpa mempersiapkan media pembelajaran atau langsung memulai pelajaran.
Terdapat 80 atau 20 guru yang memperhatikan kesiapan siswa untuk memulai pelajaran, namun masih ada 20 atau 5 guru yang kurang
memperhatikan hal tersebut. Ini menjelaskan bahwa masih terdapat beberapa guru yang kurang memperhatikan aspek pedagogik dalam standar
kompetens;i guru kelas. Dalam hal menyampaikan indikator pembelajaran hanya 32 atau 8
guru yang melaksanakan dengan baik dan 60 atau 15 guru sebelum memulai pelajaran melakukan apersepsi dengan baik. Untuk menggunakan
metode dan media yang dapat meningkatkan perhatian peserta didik hanya 24 atau 6 saja guru yang melaksanakannya, alhasil dalam meminimalisir
verbalisme atau yang lebih dikenal ceramah juga hanya 44 atau 11 guru yang dapat melakukannya.
Namun, sudah 52 atau 13 guru yang melibatkan siswa dalam setiap pembelajaran, 68 atau 17 guru dapat memfasilitasi siswa untuk berfikir
kritis dan memfasilitasi siswa untuk membuat laporan hasil diskusi atau tugas yang diberikan. Akan tetapi, hanya 52 atau 13 guru yang memfasilitasi
siswa untuk mendemonstrasikan hasil diskusi atau tugas individu, hal ini sering disebabkan oleh waktu yang tidak cukup hanya 40 atau 10 guru yang
tepat dapat penggunaan alokasi waktu. Tidak hanya itu yang diakibatkan oleh waktu yang tidak cukup, kegiatan konfirmasi juga sering terlewati dan pada
akhirnya hanya 68 atau 17 guru yang melakukan kegiatan konfirmasi. Memberikan kesempatan siswa untuk bertanya sudah 68 atau 17
guru melakukan hal tersebut dan 60 atau 15 guru sudah dengan baik membimbing siswa untuk menyimpulkan materi. Memberikan penilaian dan
tindak lanjut dalam pembelajaran dengan memberikan PR 84 atau 21 guru melakukan hal tersebut. Namun, hanya 24 atau 6 guru yang menyampaikan
sub materi untuk pertemuan selanjutnya.