Hambatan yang Dihadapi Kepala Sekolah dalam Manajemen Sarana dan Prasarana

115 prasarana di SMP Negeri 1 Panjatan secara tidak langsung dilakukan oleh kepala sekolah melalui laporan rutin tentang kondisi sarana dan prasarana dari pengelola sarana dan prasarana, akan tetapi Kepala Sekolah juga sesekali mengecek sendiri bagaimana kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki. Hal tersebut sesuai dengan teori Mulyasa 2005:103 bahwa dalam menjalankan fungsi dan perannya sebagai manajer, maka kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerjasama, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah. Artinya kepala sekolah merupakan pengambil kebijakan tertinggi di sekolah. Kepala sekolah adalah orang yang mengatur pekerjaan atau kerjasama dari sejumlah orang serta berwenang dan bertanggung jawab dalam membuat rencana, mengatur, memimpin, serta mengendalikan suatu kerja untuk mencapai sasaran.

5. Hambatan yang Dihadapi Kepala Sekolah dalam Manajemen Sarana dan Prasarana

Kendala dalam pengelolaan sarana dan prasarana di SMP Negeri se- kecamatan Panjatan yakni keterbatasan sumber daya manusia dan keterbatasan dana. Permasalahan yang paling sering dihadapi oleh sekolah adalah masalah pendanaan. Oleh sebab itu, dalam melakukan pengadaan sarana prasarana harus menyesuaikan terlebih dahulu dengan jumlah dana yang ada sehingga baru dapat menentukan kebutuhan apa saja yang diperlukan. Guna menghadapi hambatan tersebut, jika disesuaikan dengan teori Sagala 2009: 132 yang mengemukakan bahwa salah satu kemampuan yang harus 116 dimiliki oleh kepala sekolah dalam mengelola keuangan adalah mampu mengupayakan sumber-sumber keuangan terutama yang bersumber dari luar sekolah dan dari unit usaha sekolah, maka sebaiknya sekolah cepat mengambil tindakan dibawah arahan dari kepala sekolah yakni bersama dengan komite mengadakan pengadaan dana untuk mengatasi terbatasnya dana. S elanjutnya teori yang diungkapkan oleh Jamal Ma’mur Asmani 2012: 102 yakni kepala sekolah memiliki peranan sebagai administrator yakni mengupayakan ketersediaan dan kesiapan sarana dan prasarana sekolah, mengelola program perawatan preventif, pemeliharaan, serta perbaikan sarana dan prasarana, mengidentifikasi spesifikasi sarana dan prasarana sekolah, mengelola pembelian atau pengadaan sarana dan prasarana beserta asuransinya, mengelola administrasi sarana dan prasarana sekolah, serta memonitor dan mengevaluasi sarana dan prasarana sekolah. Kendala yang dihadapi oleh sekolah lebih lanjut adalah mengenai terbatasnya informasi mengenai persediaan kebutuhan di tempat yang menyediakan keperluan sekolah karena tidak semua tempat menyediakan kebutuhan yang diperlukan. Faktor penggunaan dan penempatan barang inventaris yang ada di sekolah menambah kondisi semakin rusak, dengan tidak adanya tempat untuk menyimpan barang-barang yang sudah tidak terpakai sekolah hanya meletakkannya begitu saja di belakang sekolah. Hambatan lainnya yaitu tidak adanya petugas khusus dalam mengelola ruang laboratorium dan komputer hanya bersifat tertulis saja, petugas yang ada hanya guru mata pelajaran. 117 Kondisi tersebut menunjukkan adanya kontras dengan Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 bahwa sebagai manajer kepala sekolah harus mampu mengelola guru dan staf dalam rangka pemberdayaan sumber daya manusia secara optimal. Terkait dengan keterbatasan sumber daya manusia yang dimaksud adalah tidak adanya petugas khusus yang mengelola laboratorium IPA dan perpustakaan pustakawan di SMP N 1 Panjatan. Tidak adanya kemampuan petugas khusus dalam perawatan khususnya untuk memperbaiki peralatan yang rusak. Hal ini mengakibatkan sejumlah peralatan yang dimiliki sekolah tidak mendapat penanganan dengan segera karena harus mengandalkan tenaga teknis dari luar. Keterbatasan kemampuan petugas khusus dalam bidang sarana dan prasarana ini mengakibatkan kecenderungan sekolah menjadi sangat tergantung pada tenaga teknis yang berada dari luar. Hal tersebut akan mengganggu pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar. Namun, kendala tersebut dapat diatasi dengan baik oleh kepala sekolah dengan jalan mengirim personil yang ditunjuk untuk mengelola sarana prasarana untuk mengikuti diklat-diklat dan workshop pengelolaan sarana dan prasarana sekolah. Hal tersebut sesuai dengan teori dari Starratt 2007: 16 kepala sekolah bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas profesionalitas kerja para pendidik dan mengatasi permasalahan pendidikan baik yang ada di ruang kelas maupun di lingkungan sekolah. Selain itu kepala sekolah juga diharapkan mampu mengapresiasikan hasil karya para pendidik dan menyediakan kesempatan pengembangan profesi pendidik. 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah memiliki peranan penting dalam manajemen sarana dan prasarana di SMP Negeri Se-Kecamatan Panjatan yang meliputi aspek perencanaan, penyaluran, pemeliharaan, dan pengendalian yaitu sebagai berikut. 1. Peranan kepala sekolah di SMP N Se-Kecamatan Panjatan adalah sebagai manajer sekaligus administrator, yaitu: a Menyusun perencanaan dengan matang berdasarkan berbagai pertimbangan ketika melakukan pengadaan sarana dan prasarana. b Memberikan pengarahan sekaligus mengawasi ketika diadakan kegiatan penyaluran sarana prasarana sekolah. c Mengatur kegiatan pemeliharaan sarana prasarana sekolah. d Mengawasi semua kegiatan pengelolaan sarana dan prasarana. 2. Faktor penghambat dalam manajemen sarana dan prasarana di SMP N 1 Panjatan adalah keterbatasan pada sumber dana yang dimiliki sekolah mengakibatkan kurang lengkapnya sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah. Sama halnya dengan SMP N 2 Panjatan memiliki hambatan berupa keterbatasan pada sumber dana yang dimiliki sekolah serta terdapat kendala pada keterbatasan sumber daya manusia sehingga menyebabkan sarana dan prasarana yang dimiliki kurang memadai dan perlu adanya penggiliran dalam penggunaan.