Analisis Bivariat HASIL PENELITIAN

74

4. Hubungan Antara Jenis Saran Berjualan Dengan Kontaminasi Bakteri

E.coli Tabel 5.4 Hubungan antara Jenis Sarana Berjualan dengan Kontaminasi E.coli pada PJAS di Sekolah Dasar Kecamatan Cakung Tahun 2016 Jenis Sarana Berjualan Kontaminasi E.coli Total Pvalue OR Positif Negatif n n n Gerobak keliling 12 41,4 17 58,6 29 100 0,775 0,753 0,271-2,090 Bangunan kantinkios 15 48,4 16 51,6 31 100 Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa sebesar 41,4 makanan jajanan yang positif mengandung E.coli dijual oleh pedagang dengan sarana berjualan berupa gerobak keliling sedangkan pada pedagang dengan sarana berjualan berupa bangunan kantinkios sebesar 48,4 makanan jajanan yang dijual positif mengandung E.coli. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan Pvalue sebesar 0,775, yang artinya pada α 5 tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis sarana berjualan dengan kontaminasi bakteri E.coli pada PJAS di Sekolah Dasar Kecamatan Cakung tahun 2016. 75

5. Hubungan Antara Keberadaan Fasilitas Sanitasi Dengan Kontaminasi

Bakteri E.coli Tabel 5.5 Hubungan antara Keberadaan Fasilitas Sanitasi dengan Kontaminasi Bakteri E.coli pada PJAS di Sekolah Dasar Kecamatan Cakung Tahun 2016 Keberadaan Fasilitas Sanitasi Kontaminasi E.coli Total Pvalue OR Positif Negatif n n n Tidak Memenuhi Syarat 16 44,4 20 55,6 36 100 1,00 0,945 0,335-2,669 Memenuhi Syarat 11 45,8 13 54,2 24 100 Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa pedagang yang memiliki fasilitas sanitasi yang tidak memenuhi syarat sebesar 44,4 makanan jajanan yang dijual positif mengandung E.coli sedangkan pada pedagang yang memiliki fasilitas sanitasi yang memenhi syarat sebesar 45,8 makanan jajanan yang dijual positif mengandung E.coli. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan Pvalue sebesar 1,00 , yang artinya pada α 5 tidak ada hubungan yang bermakna antara keberadaan fasilitas sanitasi dengan kontaminasi bakteri E.coli pada PJAS di SD Kecamatan Cakung tahun 2016. 76

6. Hubungan Antara Tempat Menyimpan Makanan Matang Dengan

Kontaminasi Bakteri E.coli Tabel 5.6 Hubungan antara Tempat Menyimpan Makanan dengan Kontaminasi Bakteri E.coli pada PJAS di Sekolah Dasar Kecamatan Cakung Tahun 2016 Tempat Menyimpan Makanan Kontaminasi E.coli Total Pvalue OR Positif Negatif n n n Tidak Memenuhi Syarat 23 59,0 16 41,0 39 100 0,007 6,109 1,729-21,588 Memenuhi Syarat 4 19,0 17 81,0 21 100 Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa pedagang yang memiliki tempat menyimpan makanan yang tidak memenuhi syarat sebesar 59 makanan jajanan yang dijual positif mengandung E.coli sedangkan pada pedagang yang memiliki tempat menyimpan makanan yang memenhi syarat sebesar 19 makanan jajanan yang dijual positif mengandung E.coli. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan Pvalue sebesar 0,007 , yang artinya pada α 5 ada hubungan yang bermakna antara tempat menyimpan makanan matang dengan kontaminasi bakteri E.coli pada PJAS di SD Kecamatan Cakung tahun 2016. Tempat menyimpan makanan yang tidak memenuhi syarat berisiko 6,109 kali dapat menyebabkan kontaminasi E.coli pada makanan jajanan. 77

7. Hubungan Antara Cara Penyajian Makanan Dengan Kontaminasi Bakteri E.coli

Tabel 5.7 Hubungan antara Cara Penyajian Makanan dengan Kontaminasi Bakteri E.coli pada PJAS di Sekolah Dasar Kecamatan Cakung Tahun 2016 Cara Penyajian Makanan Kontaminasi E.coli Total Pvalue OR Positif Negatif n n N Tidak Memenuhi Syarat 25 54,3 21 45,7 46 100 0,020 7,143 1,434-35,57 Memenuhi Syarat 2 14,3 12 85,7 14 100 Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa pedagang dengan cara penyajiaan makanan yang tidak memenuhi syarat sebesar 54,3 makanan jajanan yang dijual positif mengandung E.coli sedangkan pada pedagang dengan cara penyajian makanan yang memenhi syarat sebesar 14,3 makanan jajanan yang dijual positif mengandung E.coli. Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan Pvalue sebesar 0, 020, yang artinya pada α 5 ada hubungan yang bermakna antara cara penyajian makanan dengan kontaminasi bakteri E.coli pada PJAS di Sekolah Dasar Kecamatan Cakung tahun 2016. Cara penyajian yang tidak memenuhi syarat dapat berisiko 7,143 kali terkontaminasi bakteri daripada cara penyajian yang memenuhi syarat. 78

BAB VI PEMBAHASAN

6 Bab VI Pembahasan

6.1 Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, yaitu: 1. Tidak dilakukan pengujian usap dubur rectal swab penjamah makanan, pengujian usap alat makan, alat masak, dan pengambilan sampel air bersih yang digunakan untuk mengolah makanan maupun untuk mencuci peralatan penanganan makanan. Hal ini disebabkan karena beberapa pedagang melakukan kegiatan pengolahan makanan di rumah masing-masing dan hanya membawa makanan matang ketika akan berjualan di sekolah. Tidak dilakukannya pengujian tersebut mengakibatkan tidak dapat diketahui lebih jelas sumber kontaminasi bakteri E.coli pada makanan jajanan. Untuk mengetahui praktik higiene sanitasi makanan yang dilakukan oleh penjamah makanan, peneliti melakukan observasi pada saat penjamah makanan sedang melakukan pengolahan sampai penyajian makanan jajanan ke konsumen. Selain oleh peneliti sendiri, kegiatan observasi ini juga dilakukan oleh satu orang lainnya yang membantu peneliti saat pengambilan data. Sehingga, data hasil observasi yang telah dilakukan menjadi objektif. 2. Metode pengujian bakteri pada makanan jajanan menggunakan metode PA testing dengan media fluorocult LMX broth, dimana metode tersebut merupakan jenis metode kualitatif untuk mengetahui keberadaan bakteri pada makanan. Hal ini menyebabkan tidak dapat diketahui secara pasti kuantitas jumlah bakteri yang terdapat pada makanan jajanan yang diperiksa. Hasil pengujian hanya diketahui apakah makanan jajanan tersebut positif atau negatif terkontaminasi bakteri E.coli. Untuk mengurangi bias dalam pemeriksaan, peneliti menggunakan tenaga 79 laboran yang sudah memiliki kompetensi untuk melakukan pengujian bakteri E.coli pada makanan.

6.2 Kontaminasi Bakteri Escherichia coli pada Pangan Jajanan Anak Sekolah

PJAS di Sekolah Dasar Kecamatan Cakung Tahun 2016 Konsumsi makanan yang tidak aman dapat menyebabkan terjadinya foodborne disease, yaitu gejala penyakit yang timbul akibat mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi patogen maupun bahansenyawa beracun Anwar, 2004. Kontaminasi patogen dapat terjadi melalui 2 cara, yaitu kontaminasi langsung direct contamination dan kontaminasi silang cross contamination. Kontaminasi langsung yaitu adanya bahan pencemar yang masuk ke dalam makanan secara langsung karena ketidaktahuan atau kelalaian baik disengaja maupun tidak disengaja. Sedangkan kontaminasi silang yaitu kontaminasi yang terjadi secara tidak langsung akibat ketidaktahuan dalam pengolahan makanan, misalnya makanan yang bersentuhan dengan tangan penjamah makanan dan peralatan yang kotor Nurlaela, 2011. Pada penelitian ini sampel makanan jajanan yang diperoleh berasal dari pedagang makanan jajanan yang berjualan di sekolah dasar yang berada di Kecamatan Cakung, baik di dalam lingkungan sekolah kantin maupun di luar lingkungan sekolah dengan menggunakan sarana berjualan berupa gerobak, baik yang didorong, menggunakan sepeda, motor ataupun mobil, atau pedagang tersebut berkeliling sambil membawa dagangannya. Makanan jajanan yang dijual merupakan jenis makanan sepinggan, seperti nasi goreng, bihun, soto ayam, siomay, nasi uduk, bakso, roti bakar, dan spageti; camilansnack, seperti keripik, gorengan, donat, agar-agar, cilor, cilok, takoyaki, bolu, cimin, kerak telor, sate 80 sosis, puding, martabak, cakwe, dan pempek; serta minuman, seperti es teh, es sirsak, dan es cokelat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa 55 makanan jajanan yang dijual di Sekolah Dasar Kecamatan Cakung negatif terkontaminasi bakteri Escherichia coli. Makanan jajanan yang paling banyak positif terkontaminasi bakteri E.coli terdapat di kelurahan Cakung Timur sebesar 40,7. Sedangkan pada kelurahan Pulo Gebang dan Ujung Menteng masing-masing makanan jajanan positif terkontaminasi bakteri E.coli sebesar 29,65. Banyaknya makanan jajanan yang negatif terkontaminasi oleh bakteri E.coli dapat disebabkan karena sebagian besar makanan jajanan 66,7 dijual oleh penjamah makanan dalam kondisi panas atau baru dimasak saat akan disajiakan ke pembeli. Pada makanan jajanan yang dijual dalam keadaan dingin, sebagian besar makanan jajanan 60 positif terkontaminasi bakteri E.coli, sedangkan pada makanan jajanan yang dijual dalam keadaan panas, hanya 37,5 makanan jajanan yang positif terkontaminasi bakteri E.coli. Bakteri E.coli merupakan indikator adanya pencemaran fecal dan bakteri patogen dalam makanan dan air. Faktor temperatur dapat mempengaruhi tumbuhnya bakteri dalam makanan. Bakteri E.coli memiliki suhu optimum pertumbuhan 37 o C Baylis dkk, 2011. Bakteri ini dapat bertahan selama 15 menit pada suhu 60 o C atau 60 menit pada suhu 60 o C. Oleh karena itu, jika bahan makanan yang terkontaminasi dengan E.coli tidak dimasak lebih dari suhu tersebut, maka bakteri akan tetap ada Puspita dkk, 2014. Menyimpan makanan pada suhu rendah, bukan berarti bakteri akan mati, melainkan hanya membuat bakteri tersebut non aktif dan bila temperatur yang diperlukan untuk tumbuhnya bakteri tersebut memungkinkan, maka bakteri akan aktif kembali Ningsih, 2014. 81 Selain itu, sebagian besar makanan jajanan yang diuji 85 merupakan jenis makanan padat seperti makanan sepinggan jajanan berat dan snackcamilan. Pada jenis minuman, sebagian besar sampel yang diuji 66,7 positif terkontaminasi bakteri E.coli, sedangkan pada jenis makanan hanya 41,2 sampel yang positif terkontaminasi bakteri E.coli. Dalam pertumbuhannya, bakteri memerlukan air, sehingga makanan yang mengandung cairan lebih cepat busuk. Air tersebut berperan dalam reaksi metabolik dalam sel dan keluar sel Sudarna dan Swacita, 2009. Makanan yang berpotensi dan berisiko tinggi terkontaminasi oleh bakteri yaitu makanan yang disajikan dalam keadaan tidak panas, berair, serta dalam meracik makanan tanpa menggunakan penjepit, sarung tangan atau alat bantu lainnya Setyorini, 2013. Sebanyak 38,3 penjamah makanan diketahui sudah mendapatkan penyuluhan mengenai keamanan pangan yang dilakukan oleh puskesmas dan dinas kesehatan setempat pada tahun 2015 dan 2016. Sebagian besar makanan jajanan 51,4 yang dijual oleh penjamah makanan yang tidak mendapatkan penyuluhan tentang keamanan pangan, positif terkontaminasi bakteri E.coli. Sedangkan pada makanan jajanan yang dijual oleh penjamah makanan yang telah mendapatkan penyuluhan tentang keamanan pangan, hanya 34,8 yang positif terkontaminasi oleh bakteri E.coli. Penyuluhan mengenai keamanan pangan dapat meningkatkan pengetahuan penjamah makanan dalam melakukan kegiatan pengelolaan makanan. Pada penelitian yang dilakukan oleh Ningsih 2014 diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan praktik higiene sebelum dan sesudah penyuluhan pada pedagang di lingkungan SDN Kota Samarinda. Faktor praktik personal hygiene yang buruk dapat memfasilitasi terjadinya proses kontaminasi bakteri patogen dari lingkungan ke dalam tubuh manusia