20
Tabel 1. KOMPETENSI LULUSAN SDMISDLBPaket A Lulusan SDMISDLBPaket A memiliki sikap, pengetahuan,
dan keterampilan sebagai berikut.
SDMISDLBPaket A Dimensi
Kualifikasi Kebutuhan Sikap
Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung
jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat
bermain Pengetahuan
Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di
lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain. Keterampilan
Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang
ditugaskan kepadanya.
2. Standar isi
a Pengertian
21
Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 19 tentang standar nasional pendidikan sebagaimana telah diubah dengan
peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan pemerintah Nomor 19 tentang standar nasional
pendidikan ditetapkan bahwa standar isi adalah kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. b
Tujuan Standar Isi dikembangkan untuk menentukan kriteria ruang
lingkup dan tingkat kompetensi yang sesuai dengan kompetensi lulusan yang dirumuskan pada Standar Kompetensi Lulusan, yakni
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. c
Ruang lingkup Materi dirumuskan berdasarkan kriteria muatan wajib yang
ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program
pendidikan. Selanjutnya,
tingkat kompetensi
dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik,
kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang.
3. Standar proses
a Pengertian
22
Menurut peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses
pendidikan dasar dan menengah dalam dokumen salinan lampiran peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah. Standar proses adalah kriteria mengenai
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
b Tujuan
Standar Proses dikembangkan mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi yang telah ditetapkan sesuai
dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. c
Ruang lingkup Proses
pembelajaran pada
satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
23
kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian
proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
4. Standar penilaian
a Pengertian
Menurut Menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia, Mohammad Nuh dalam salinan lampiran peraturan
menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan. Standar Penilaian
pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
b Tujuan
Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu
tingkat kompetensi,
ujian nasional,
dan ujian
sekolahmadrasah.
24
c Ruang lingkup penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara
berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.
Cakupan penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata pelajarankompetensi muatankompetensi program, dan
proses. d
Prinsip dan pendekatan penilaian Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan
dasar danmenengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut;
1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. 2. Terpadu, berarti
penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 3.
Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. 4. Transparan,
berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. 5. Akuntabel, berarti
penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan
25
hasilnya. 6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
b. Penguatan Pendidikan Karakter
1 Pengertian Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona Mahmud,
2012:23 adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam
tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras, dan
sebagainya. Aristoteles berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap dimanifestasikan dalam tingkah laku.
Menurut Elkind dan Sweet dalam Mahmud, 2012:23 pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu
memahami manusia, peduli dan inti atas nilai-nilai etissusila. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu
yang dilakukan pendidik, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Pendidik membantu membentuk watak peserta didik.
Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku pendidik, cara pendidik berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana pendidik
bertoleransi dan berbagai hal terkait lainnya. Menurut Ramli dalam Mahmud, 2012: 24, pendidikan
karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan
26
moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan
warga negara yang baik. Russel Williams menggambarkan karakter laksana “otot”, yang
akan menjadi lembek jika tidak tidak dilatih. Dengan latihan demikian, maka “otot-otot” karakter akan menjadi kuat dan akan mewujud
menjadi kebiasaan
habit. Orang
yang berkarakter
tidak melaksanakan suatu aktivitas karena takut akan hukuman, tetapi
karena mencintai kebaikan loving of good. Karena cinta itulah, maka muncul keinginan untuk berbuat baik desiring the good.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, pendidikan karakter dapat diartikan suatu cara yang dilakukan pendidik untuk mengajarkan
peserta didik untuk membiasakan peserta didik berprilaku memiliki kebiasaan atau habitus melalui tindakan nyata peserta didik sehingga
menghasilkan budi pekerti, seperti terlihat dalam tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja
keras yang dilandasi oleh kecintaannya terhadap suatu kebaikan. Dalam pendidikan karakter pendidik perlu untuk menanamkan
nilai-nilai karakter, atas dasar itu pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu,
pendidikan karakter menanamkan kebiasaan habituation tentang hal mana yang baik sehingga peserta didik menjadi paham kognitif
27
tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan afektif nilai yang baik dan biasa melakukannya psikomotorik. Dengan kata lain,
pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik moral knowing, akan tetapi juga”merasakan
dengan baik atau loving good moral feeling, dan perilaku yang baik moral action. Pendidikan karakter menekankan pada habit atau
kebiasaan yang terus-menerus dipraktikan dan dilakukan. Mahmud, 2012:27
2 Tujuan, Fungsi, dan Media Pendidikan Karakter Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa
yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila.
Pendidikan karakter berfungsi 1 mengembangkan potensi dasar agar berhati bijak, dan berprilaku baik, 2 memperkuat dan membangun
perilaku bangsa yang multikultur, 3 meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Pendidikan karakter dilakukan
melalui berbagai media yang mencakup keluarga, satuan pendidikan, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan
media massa. Daryanto dan Dwicahyono,2014:39-40.
28
3 Proses Pendidikan Karakter Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis
yang mencakup seluruh potensi individu manusia kognitif, afektif, psikomotorik dan fungsi totalitas sosiokultural dalam konteks
interaksi dalam keluraga, satuan pendidikan, dan masyarakat. Konfigurasi karakter dalam kontek totalitas proses psikologis sosial-
kultural dapat dikelompokan dalam: 1 olah hati, 2 olah pikir, 3 olah raga dan kinestetik, dan 4 olah rasa dan karsa. Proses itu secara
holistik dan koheren memiliki saling keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing- masingnya secara konseptual merupakan
gugus nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai. Daryanto dan Dwicahyono, 2014:42-43.
4 Prinsip-prinsip pendidikan karakter Dasyim Budimasyah 2010 dalam Mahmud, 2012:36
berpendapat bahwa program pendidikan karakter di sekolah perlu dikembangkan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai
berikut: 1.
Pendidikan karakter di sekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan. Hal ini mengandung arti bahwa proses yang
panjang, mulai sejak awal peserta didik masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada satuan pendidikan.
29
2. Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua
mata pelajaran terintegrasi, melalui pengembangan diri, dan budaya suatu satuan pendidikan. Pembinaan karakter bangsa
dilakukan dengan mengintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, dalam kegiatan kurikuler mata pelajaran, sehingga
semua mata pelajaran diarahkan pada pengembangan nilai- nilai karakter. Pengembangan nilai-nilai karakter juga dapat dilakukan
dengan melalui pengembangan diri, baik melalui konseling maupun kegiatan ekstra kurikuler, seperti kegiatan kepramukaan
dan lain sebagainya. 3.
Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan dalam bentuk pengetahuan, jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata
pelajaran agama yang di dalamnya mengandung ajaran maka tetap
diajarkan dengan
proses, pengetahuan
knowing, melakuakan doing, dan ahkirnya membiasakan habit.
4. Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif
active learning dan menyenangkan enjoy full learning. Proses ini menunjukan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh
peserta didik bukan oleh pendidik. Sedangkan pendidik menerapkan prinsip “tut wuri handayani” dalam setiap perilaku
yang ditunjukan oleh agama.
30
c. Pendekatan Tematik Integratif
1 Pengertian Tematik Integratif Pembelajaran terpadu merupakan salah satu model dalam
pembelajaran terpadu Integrated Instruction yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara
invidual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip kelilmuan yang holistik, bermakna dan
autentik. Pembelajaran
terpadu berorientasi
pada praktik
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa. Pendekatan pembelajaran terpadu lebih menekankan pada
penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu. Rusman, 2011: 254.
2 Karakteristik Tematik Integatif Adapun karakteristik pembelajaran terpadu adalah
a Holistik
Suatu gejala atau peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang
studi sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Pembelajaran terpadu memungkin peserta didik untuk
memahami suatu fenomena dari segala sisi. Membuat peserta