commit to user
102
yaitu sertifikat hak milik. Dengan adanya legalitas tersebut maka masyarakat lebih merasa tenang dan tidak ragu untuk
memperbaiki kondisi rumahnya. Selain itu adanya dukungan pinjaman dari UN-Habitat juga dimanfaatkan masyarakat
untuk memperbaiki rumahnya, sehingga kondisi rumah sekarng mengalami peningkatan yang lebih baik.
b. Prasarana Lingkungan Permukiman
Secara fisik Kondisi permukiman tidak hanya dilihat dari kualitas kondisi hunian rumahnya saja, akan tetapi juga melihat
kualitas prasarana lingkungan permukiman yang dapat dilihat dari prasarana air bersih, sanitasi dan MCK, prasarana jaringan listrik,
persampahan dan kondisi prasarana jaringan jalan.
1 Kondisi Prasrana Jaringan Air Bersih
Dalam kaitanya dengan pelayanan air bersih, sebelum dilakukan relokasi ketika bertempat tinggal di bantaran
untuk memenuhi
kebutuhan air
bersih masyarakat
menggunakan sumber air dari sumur dan tidak ada yang menggunakan jaringan pipa air bersih dari PDAMPAM,
karena dipermukiman ini tidak dilayani jaringan pipa. Meskipun menggunakan sumber dari sumur tanah responden
mengaku kualitas airnya baik dan memadai untuk keperluan sehari hari.
Hasil wawancara
diperoleh pada
awal lokasi
permukiman yang dijadikan sebagai tempat relokasi memiliki kesulitan dalam penyediaan air bersih, lokasi permukiman
yang baru memiliki kedalaman muka air tanah yang tinggi sehingga membutuhkan biaya yang sangat besar untuk
membuat sumur. Adanya kesulitan akan air bersih pada awal- awal penghunian menyebabkan warga engan dan banyak yang
kembali ke lokasi lama. Namun demikian kondisi itu mendapat respon dari pemerintah untuk dibangunkan jaringan
commit to user
103
pipa air bersih dari PDAM. Kondisi saat ini pada permukiman baru yang sekarang, pelayanan air bersih dilayani oleh
jaringan air bersih dari PDAMPAM. Meskipun jaringan pipa air bersih yang disediakan oleh PAM tidak terpasang pada
setiap hunian akan tetapi dilakukan secara kolektif atau “share”. Namun demikian diakui oleh masyarakat air bersih
dirasakan sudah mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan hasil penilaian terhadap kondisi prasarana
air bersih sebelum direlokasi dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 6.8 Penilaian Responden Terhadap Ketersediaan Air bersih
Sebelum dan Setelah Direlokasi No
Ketersediaan air bersih
Sebelum Relokasi Setelah Relokasi
Ket Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
1 Sangat tersdia
0.0 0.00
2 Tersedia
34 50.0
49 72.06
3 Cukup
34 50.0
19 27.94
4 Kurang tersedia
0.0 0.00
5 Tidak tersedia
0.0 0.00
Jumlah 68
100 68
100
Sumber : Pengolahan Data Kuosioner, 2010
Berdasarkan hasil analisis penilaian terhadap kondisi ketersediaan air bersih diatas didapatkan bahwa tanggapan
dari responden terkait dengan air bersih relative tidak banyak mengalami perubahan. Baik kondisi sebelum dan sesudah
direlokasi ketersediaan air bersih sudah dirasakan tersedia, sehingga
relokasi yang
dilaksanakan di
Kelurahan
Pucangsawit di nilai berhasil, karena tidak menimbulkan
perubahan kepada kondisi yang buruk terhadap ketersediaan air bersih
2 Kondisi Sanitasi dan MCK Perumahan
Ketersediaan fasilitas sanitasiMCK sebelum adanya program relokasi sebanyak 80 responden menyatakan untuk
commit to user
104
keperluan MCK, mereka menggunakan MCK umum, dan 20 responden sudah memiliki MCK pribadi. MCK umum yang
digunakan dalam kondisi yang buruk dan tidak terawat. Setelah program relokasi seluruh responden sudah memiliki
fasilitas MCK probadi 100 dan tidak ada pembangunan MCK umum di lokasi permukiman sekarang telah tersedia
prasarana MCK pribadi. Dengan adanya fasilitas MCK pada setiap rumah dinilai
sangat bermanfaat oleh masyarakat. Semua responden menyatakan bahwa kondisi MCK saat ini berubah menjadi
lebih baik. Dengan demikian terlihat bahwa terjadi peingkatan terhadap ketersediaan MCK setelah adanya program relokasi
dan memberikan dampak yang baik pada masyarakat yang direlokasi.
3 Kondisi Prasarana Jaringan Listrik
Mengenai ketersediaan listrik, baik dilokasi permukiman lama dan lokasi permukiman baru keduanya sudah tersedaia
jaringan listrik, namun adanya jaringan listrik yang ada belum semuanya dapat diakses oleh rumah tangga yang ada. Sebelum
direlokasi sebanyak 50 responden sudah terpasang listrik di rumahnya dan 50 menyatakan belum terpasang mereka
mengistilahkan dengan “gantol”. Setelah program relokasi, di permukiman baru sebanyak
75 responden menyatakan rumahnya sudah terpasang listrik dan 25 responden belum terpasng listrik. Jika diperhatikan,
terjadi peningkatan jumlah rumah yang terpasang listrik yang tidak Signifikan yaitu sebesar 25 di lokasi permukiman
baru setelah program relokasi. Kondisi ini dikarenakan utnuk melakukan pemasangan jaringan listrik kerumahnya harus
membayar biaya pemasangan baru meskipun dilokasi yang lama telah terpasang, tidak ada kompensasikeringanan dari
commit to user
105
pihak PLN untuk melakukan pemasangan listrik maupun pemindahan bagi warga yang telah melakukan pemasangan
dilokasi yang lama. Ini dikarenakan lokasi lama dan lokasi baru merupakan wilayah kerja PLN yang berbeda sehingga
harus melakukan biaya pemasangan baru.
4 Kondisi Prsarana Jaringan Jalan
Terhadap kondisi jaringan jalan lingkungan permukiman, pada lokasi permukiman lama sebanyak 20,59 20
responden menyatakan kondisi jalannya cukup baik, 67,5 46 responden menyatakan kondisi buruk, dan 11,76 8
responden menyatakan sangat buruk. Setelah berada pada lokasi permukiman baru mayoritas
responden menyatakan bahwa kondisi jalan di lingkungan permukiman baru sudah sangat baik. pengamatan langsung
yang dilakukan oleh peneliti juga terlihat kondisi jalan di permukiman
sudah baik
dengan konstruksi
jalan menggunakan paving. Pembangunan jaringan jalan di lokasi
permukiman baru merupakan bantuan dari Cipta Karya DPU Provinsi Jawa Tengah sebagai program pengembangan
kawasan permukiman. Dengan adanya kondisi jalan yang baik maka dapat meningkatkan kualitas permukiman dan jauh dari
pandangan kumuh. kondisi tersebut juga terlihat pada penilaian masyarakat sebagai berikut:
commit to user
106
Tabel 6.9 Penilaian Responden Terhadap Kondisi Jaringan Jalan
Sebelum dan setelah Direlokasi No
Kondisi Jaringan
Jalan Sebelum Relokasi
Setelah Relokasi Ket
Jumlah Prosentase Jumlah Prosentase
1 Sangat baik
32 47.06
2 Baik
21 30.88
3 Cukup baik
14 20.59
10 14.71
4 Buruk
46 67.65
5 7.35
5 Sangat Buruk
8 11.76
Jumlah 68
100 68
100
Sumber : Pengolahan data Kuosioner, 2010
Berdasarkan analisis dengan menggunakan perhitungan statistik uji tanda yang dibantu dengan SPSS Versi 14
didapatkan hasil sebagai berikut :
Sign Test Frequencies
N jalansetelah -
jalansebelum Negative
Differencesa Positive
Differencesb 55
Tiesc 13
Total 68
a jalansetelah jalansebelum b jalansetelah jalansebelum
c jalansetelah = jalansebelum
Paired Samples Test
Paired Differences t
df Sig. 2-
tailed
Mean Std.
Deviati on
Std. Error
Mean 95 Confidence
Interval of the Difference
Lower Upper
Pair 1 jalansebelu
m - jalansetelah
- 1.33824
.78437 .09512
-1.52809 -1.14838 -
14.069 67
.000
commit to user
107
Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa jumlah sampel yang mengalami perubahan ada sebanyak 55 responden.
Dengan 55 responden 80,88 mengalami peningkatan, sedangkan 13 responden 19.11 tidak mengalami
perubahantetap. Dari hasil pengujian juga didapat nilai t
Hitung = -14.069, dengan demikian maka nilai t hitumg 14.069 dari t tabel 1.29 artinya bahwa ada peningkatan
yang Signifikan terhadap kondisi jalan setelah direlokasi.
Hipotesis yang digunakan yaitu Ho : Peningkatan kondisi jalan sebelum dan sesudah relokasi tidak Signifikan ; HI :
Peningkatan kondisi jalan sebelum dan setelah relokasi Signifikan
c. Aksesibilitas