EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM RELOKASI PERMUKIMAN KUMUH (Studi Kasus Program Relokasi Permukiman Di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta)

(1)

commit to user

TUGAS AKHIR

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM RELOKASI

PERMUKIMAN KUMUH

(Studi Kasus : Program Relokasi Permukiman

Di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta)

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Perencanaan Wilayah Dan Kota

Oleh :

ZAINI MUSTHOFA I0606046

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2011


(2)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil’lamin, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayahNya sehingga Laporan Tugas Akhir dengan judul “EVALUASI PROGRAM RELOKASI PERMUKIMAN (Studi Kasus : Program Relokasi Permukiman Di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta)” bisa terselesaikan. Laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar kesarjanaan sesuai dengan kurikulum pendidikan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Berkaitan dengan telah diselesaikannya penyusunan tugas akhir ini maka penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak dan ibu yang selalu berdoa dan mendukung dalam penyelesaian tugas akhir ini.

2. Ibu Ir. Hardiyati, MT selaku ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Ir. Galing Yudana, MT selaku ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret dan selaku pembimbing Laporan Tugas Akhir yang selalu membimbing dan mengarahkan sehingga tugas akhir ini selesai

4. Ibu Ir. Winny Astuti, MSc PhD selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan saran sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan

5. Kakakku Muh. Shodiq yang terus memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.


(3)

commit to user

vi

6. Ferry Agriyanto, Fatmawati Nurul Handayani K.W, Dwinta Nori Fitria dan Vellisa Andreva R, terima kasih untuk kebersamaanya dikala sedih maupun bahagia.

7. Teman-teman PWK UNS 2006 dan adik-adik angkatan. Terima Kasih untuk semua dukungannya.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah ikut membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan dari berbagai pihak. Semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat dalam menambah pengetahuan. Amiiin…..

Surakarta, Januari 2011 Penulis


(4)

commit to user ii

PENGESAHAN

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM RELOKASI PERMUKIMAN KUMUH

(Studi Kasus : Program Relokasi Permukiman

Di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta)

Oleh :

ZAINI MUSTHOFA I0606046 Menyetujui, Surakarta, Januari 2011 Pembimbing Tugas Akhir

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ir. Winny Astuti, M.Sc, PhD Ir. GalingYudana, MT NIP. 19640711 199103 2 001 NIP. 19620129 198703 1 002

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Arsitektur Ketua Program Sutdi

Perencanaan Wilayah Dan Kota

Ir. Hardiyati, MT Ir. GalingYudana, MT NIP. 19561209 198601 2 001 NIP. 19620129 198703 1 002

Pembantu Dekan 1

Ir. Nugroho Djarwanti, MT NIP 1956112 198403 2 007

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011


(5)

commit to user iii MOTTO

” Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantara mu dan orang-orang yang di beri ilmu pengatahuan beberapa derajat ” ( Al Mujadillah )

” Ilmu itu telanjang, pekaiannya adalah takwa, perhiasannya adalah malu, dan buahnya adalah ilmu ”

“Ilmu di pelajari untuk diketahui, kemudian amalkanlah Tetapi bukan untuk menyengsarakan orang lain Namun untuk kesejahteraan seluruh umat manusia Maka mulailah dengan niat yang suci dan mohonlah restu”


(6)

commit to user vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

MOTTO ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR PETA ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Permasalahan ... 4

Tujuan dan Sasaran … ... 4

1. Tujuan ... 4

2. Sasaran ... 4

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

1. Ruang Lingkup Wilayah ... 5

2. Ruang Lingkup Studi ... 5

B. Manfaat Penelitian ... 6

C. Kerangka Pemikiran ... 7

D. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Teori Perumahan dan Permukiman ... 9

1. Pengertian Perumahan dan Permukiman ... 9

2. Preferensi Terhadap Rumah dan Penilaian Lokasi Hunian ... 10

3. Faktor-faktor Dalam Pemilihan Lokasi Permukiman ... 12

B. Permukiman Kumuh dan Kebijakan Penataannya ... 13

1. Pengertian Permukiman Kumuh ... 13

2. Kebijakan Penataan Permukiman Kumuh ... 15

C. Relokasi Permukiman ... 15

1. Pengertian Relokasi Permukiman ... 15

2. Prosedur Pelaksanaan Relokasi Permukiman ... 16

3. Faktor yang Dipertimbangkan Dalam Pelaksanaan Relokasi Permukiman ... 17

4. Dampak Relokasi Permukiman ... 19

D. Konsep Evaluasi ... 22


(7)

commit to user viii

2. Pendekatan Evaluasi ... 23

3. Manfaat Evaluasi ... 24

4. Jenis Dan Pelaksanaan Evaluasi ... 25

5. Kriteria Evaluasi ... 28

E. Fokus Evaluasi Program Relokasi Permukiman ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Pendekatan Penelitian ... 32

C. Metode Pengumpulan Data dan Kebutuhan Data ... 33

1. Pengumpulan Data Primer ... 33

2. Pengumpulan Data Sekunder ... 36

D. Validasi Data ... 39

E. Metode Analisis Data ... 39

1. Metode Analisis Data Dalam Penelitian ... 39

2. Penjabaran Metode Analisis Pada Aspek Evaluasi Dalam Penelitian ... 40

a. Analisis Penilaian Efektifitas Program Relokasi ... 40

b. Analisis Penilaian Efisiensi Program Relokasi ... 42

c. Analisis Penilaian Dampak Relokasi ... 43

d. Analisis Penilaian Responsifitas Program Relokasi ... 45

F. Sintesa Penelitian ... 47

G. Variabel dan Indikator Penelitian ... 47

BAB IV GAMBARAN UMUM PROGRAM RELOKASI DI KOTA SURAKARTA ... 49

A. Gambaran Umum Kota Surakarta ... 49

1. Wilayah Administrasi Kota Surakarta ... 49

2. Kondisi Topografis Kota Surakarta ... 51

3. Kebijakan Penataan Permukiman Kumuh Di Kota Surakarata ... 51

B. Gambaran Umum Program Relokasi Di Kota Surakarta ... 53

1. Latar Belakang Program Relokasi Di Kota Surakarta ... 53

2. Tujuan Dan Sasaran Program Relokasi ... 55

3. Kepanitiaan Pelaksana Program Relokasi di Kota Surakarta ... 55

4. Petunjuk Pelaksanaan Program Relokasi Di Kota Surakarta ... 57

BAB V GAMBARAN PELAKSANAAN PROGRAM RELOKASI DI KELURAHAN PUCANGSAWIT KE KELURAHAN MOJOSONGO ... 60

A. Kondisi Permukiman Di Kelurahan Pucangsawit Sebelum Direlokasi (Kelompok Sasaran) ... 60

1. Lokasi Permukiman Sebelum Direlokasi ... 60

2. Kondisi Fisik Permukiman Sebelum Direlokasi ... 64

3. Kondisi Ekonomi Masyarakat ... 68


(8)

commit to user ix

B. Pelaksanaan Program Relokasi Di Kelurahan Pucangsawit Ke Kelurahan

Mojosongo Kota Surakarta ... 69

1. Peran Panitia Pelaksana Program Relokasi ... 69

2. Proses Pelaksanaan Program Relokasi di Kelurahan Pucangsawit ... 71

C. Kondisi Permukiman Paska Relokasi di Kelurahan Mojosongo (Kelompok Sasaran) ... 75

1. Lokasi Permukiman Relokasi ... 75

2. Kondisi Fisik Perumahan dan Prasarana Permukiman ... 79

3. Kondisi Ekonomi Masyarakat ... 81

BAB VI EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM RELOKASI PERMUKIMAN DI KELURAHAN PUCANGSAWIT ... 82

A. Evaluasi Efektifitas Program Relokasi ... 82

B. Evaluasi Terhadap Efisiensi Program Relokasi ... 83

1. Penilaian Kinerja Panitia Pelaksana Program Relokasi ... 84

a. Panitia Relokasi Tingkat Kota ... 84

b. Pokja Relokasi Tingkat Kelurahan ... 86

c. Pokja Relokasi Tingkat Kelompok (Subpokja) ... 87

d. Sintesa Penilaian ... 88

2. Penilaian Proses dan Mekanisme Pelaksanaan Program Relokasi ... 89

3. Sintesa Efisiensi Program Relokasi ... 93

C. Dampak dan Manfaat Program Relokasi Terhdap Kondisi Fisik Lingkungan Permukiman, Sosial dan Ekonomi Masyarakat ... 94

1. Dampak Terhadap Kondisi Fisik Lingkungan Permukiman ... 95

a. Kelayakan Rumah ... 95

b. Prasarana Lingkungan Permukiman ... 102

c. Aksesibilitas ... 107

d. Sintesa Dampak Terhadap Kondisi Fisik ... 109

2. Dampak Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat ... 111

a. Pendapatan ... 111

b. Peluang Memperoleh Sumber Penghasilan... 117

c. Sintesa Dampak Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat ... 120

3. Dampak Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat ... 122

a. Interaksi Dengan tetangga ... 123

b. Interaksi dengan Lingkungan Luar ... 125

c. Kehadiran Dalam Pertemuan Warga ... 126

d. Sintesa Dampak Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat ... 127

4. Rangkuman Dampak Relokasi ... 127

D. Evaluasi Terhadap Responsifitas Pelaksanaan Program Relokasi ... 128

1. Tingkat Kepuasan Terhadap Hasil Program Relokasi ... 128

2. Tingkat Kepuasan Terhadap Kinerja Panitia Pelaksana Program Relokasi ... 131


(9)

commit to user x

3. Tingkat Kepuasan Terhadap Proses dan Mekanisme Pelaksanaan

Program Relokasi ... 134

4. Sintesa Tingkat Kepuasan Terhadap Pelaksanaan Program Relokasi ... 136

E. Sintesa Evaluasi Pelaksanaan Program Relokasi Di Kelurahan Pucangsawit ... 137

BAB VII PENUTUP ... 140

A. Kesimpulan ... 140

B. Rekomendasi ... 143

a. Rekomendasi Perbaikan Pelaksanaan Program relokasi ... 143

b. Rekomendasi Penelitian Lanjutan ... 144

DAFTAR PUSTAKA ... 145


(10)

commit to user

iv ABSTRAK

EVALUASI PELAKSANAAN

PROGRAM RELOKASI PERMUKIMAN KUMUH

(Studi Kasus : Program Relokasi Permukiman Di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta)

Permukiman kumuh merupakan salah satu permasalahan perumahan dan permukiman yang ada di Kota Surakarta. Sebagai upaya untuk mengatasi permaslahan tersebut maka pemerintah Kota Surakarta merelokasi permukiman kumuh yang berada pada lahan illegal bantaran sungai termasuk di permukiman kumuh bantaran di Kelurahan Pucangsawit yang sudah terbentuk secara organis dalam waktu yang lama.

Program relokasi permukiman diharapkan dapat memiliki dampak baik atau perubahan yang lebih baik dari kondisi sebelum direlokasi. Kondisi yang lebih baik tersebut meliputi kondisi fisik permukiman sosial maupun ekonomi masayarakat, sehingga dapat tercipta lingkungan permukiman baru yang berkelanjutan. Namun Kondisi masyarakat setelah menempati lokasi relokasi belum diketahui dengan jelas, sehingga perlu dilakukan studi evaluasi.

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap pelaksanaan program relokasi permukiman di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan relokasi dan juga untuk mengetahui dampak relokasi dengan menilai perubahan yang terjadi yang meliputi aspek fisik, sosial, dan ekonomi.

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode diskriptif dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Sampel yang digunakana yaitu masyarakat yang direlokasi.

Hasil penelitian menunjukan relokasi yang dilakukan di Kelurahan Pucangsawit sudah sangat berhasil dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Relokasi juga berhasi dalam memberikan perubahan fisik permukiman yang lebih baik, Pada aspek ekonomi relokasi menimbulkan dampak yang buruk terhadap kondisi ekonomi masyarakat dan tidak berhasil dalam meningkatkan ekonomi masyarakat. Pada aspek sosial relokasi dinilai berhasil dalam mempertahankan kondisi sosial dan cenderung mengalami peningkatan. Masyarakat juga telah menilai sangat puas terhadap program relokasi

Kata Kunci : Evaluasi, Keberhasilan, Pelaksanaan Program Relokasi, Kelurahan Pucangsawit


(11)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan di jelaskan mengenai latar belakang yang mendasari penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan dan sasaran penelitian, manfaat serta ruang lingkup penelitian tentang evaluasi terhadap pelaksanaan program relokasi permukiman kumuh di Kelurahan Pucang Sawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta

A. Latar Belakang

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU No.4 tahun 1992). Perumahan dan permukiman merupakan satu kesatuan yang memberikan gambaran mengenai suatu ruang kegiatan berkehidupan dan penghidupan dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal. Selain sebagai tempat untuk bermukim, perumahan dan permukiman juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses pembentukan kualitas hidup manusia, karena di dalamnya terdapat pembelajaran nilai-nilai kehidupan sehingga pembangunan perumahan dan permukiman berkaitan dengan peningkatan kelayakan dan kesejahteraan kehidupan masyarakat. Hal ini juga telah diamanatkan dalam UUD 45 pasal 28 yang mendudukkan rumah sebagai hak setiap orang untuk dapat meningkatkan mutu kehidupan dan penghidupannya.

Perkembangan perumahan dan permukiman di Indonesia khususnya di perkotaan tidak terlepas dari adanya pertumbuhan penduduk dan perkembangan kegiatan di kota. Pertumbuhan penduduk diperkotaan dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor pertumbuhan alami dan urbanisasi (Djoko Sujarto:2002). Pesatnya perkembangan penduduk tersebut tidak selalu


(12)

commit to user

diimbangi oleh kemampuan pelayanan kota, sehingga berakibat pada munculnya perumahan dan permukiman kumuh.

Seperti yang terjadi pada kota-kota besar di Indonesia pada umumnya, Kota Surakarta sebagai kota besar dengan perkembangannya yang sangat pesat juga tidak terlepas dari permasalahan perumahan dan permukiman kumuh. Permukiman kumuh di Kota Surakarta biasanya dihuni oleh masyarakat miskin yang tidak mampu dalam mengakses perumahan yang layak. Ketidakmampuan masyarakat miskin dalam mengakses permukiman layak tersebut, menjadikan mereka memilih untuk bermukim pada lingkungan permukiman yang kumuh dengan sarana dan prasarana dasar kurang memadai, bahkan menempati lahan yang bukan menjadi haknya/illegal seperti yang dapat terlihat pada tanah kosong area PJKA, tanah negara yang terlantarkan, dan lahan bantaran sungai.

Sungai Bengawan Solo dan beberapa anak sungai yang melintasi Kota Surakarta dapat menjadi potensi menjadi fungsi drainase utama Kota Surakarta. Namun, dengan semakin berkembangnya kota telah menyebabkan fungsi sungai telah mengalami perubahan yaitu munculnya permukiman-permukiman kumuh pada bantaran sungai. Kondisi ini lambat laun akan menganggu fungsi sungai sebagai area resapan.

Bencana banjir Sungai Bengawan Solo akhir tahun 2007 yang menenggelamkan permukiman bantaran Sungai Bengwan Solo menjadi bencana banjir yang sangat besar di Kota Surakarta. Kejadian tersebut mendapat tanggapan dari Pemerintah Kota Surakarta dengan mengeluarkan kebijaksanaan melalui SK Walikota Nomor: 362.05/25/1/2008 tentang Pembentukan Tim Dan Kelompok Kerja Penanganan Pasca Bencana Banjir Kota Surakarta. Dalam surat keputusan tersebut salah satu upaya penanaganan yang dilakukan yaitu dengan relokasi permukiman bantaran sungai. Program relokasi permukiman tersebut dilakukan sebagai solusi permanen bagi warga permukiman bantaran yang sering mengalami kebanjiran untuk dipindahkan pada lokasi permukiman yang lebih aman dan layak. Program relokasi ini juga dilakukan sebagai upaya untuk melakukan penataan lingkungan permukiman


(13)

commit to user

kumuh di Kota Surakarta khususnya pada permukiman yang berada pada lahan yang bukan diperuntukkan untuk permukiman.

Relokasi atau resettlement merupakan salah satu alternatif untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh, status lahannya tidak legal (illegal) atau bermukin di lingkungan yang rawan bencana untuk menata kembali dan melanjutkan kehidupannya di tempat yang baru (Yudhohusodo). Program relokasi di Kota Surakarta telah dilakukan sejak tahun 2008 dengan target memindahkan 1571 rumah. Lokasi yang mendapat program relokasi merupakan daerah bantaran Sungai Bengawan Solo dan anak Sungai Begawan Solo yang tersebar di 6 kelurahan yaitu Kel. Pucangsawit, Kel. Sewu, Kel. Semanggi, Kel Sangkrah, Kel. Joyosuran, Kel Jebres. Program relokasi di Kota Surakarta dilakukan dengan memberi bantuan hibah kepada masyarakat yang akan direlokasi sebesar Rp. 22,3 juta yang pelaksanaanya di atur dalam petunjuk teknis program relokasi Kota Surakarta.

Salah satu kelurahan yang melaksanakan program relokasi di Kota Surakarta yaitu permukiman bantaran sungai di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Kelurahan Pucangsawit merupakan kelurahan yang pertama dalam melaksanakan program relokasi ini. Sebelum direlokasi, permukiman bantaran sungai di Kelurahan Pucangsawit telah terbentuk secara organis dan dalam waktu yang cukup lama. Keberadaan serta kondisi komunitas yang telah lama melangsungkan kehidupannya pada permukiman bantaran menjadikan pelaksanaan program relokasi tidak mudah untuk dilakukan, namun demikian program relokasi tetap dilaksanakan.

Program reloksi yang dilakukan di Kelurahan Pucangsawit telah dilaksanakan pada tahun 2008 dan berhasil memindahkan warga permukiman bantaran ke permukiman baru di Kelurahan Mojosongo. Selama hampir 2 tahun menempati permukiman baru, namun kondisi masyarakat yang direloksi masih belum diketahui dengan jelas. Perlu diketahui bahwa keberhasilan program relokasi permukiman tidak hanya sebatas memindahkan permukiman ke lokasi permukiman yang baru, akan tetapi program relokasi permukiman


(14)

commit to user

diharapkan dapat memiliki dampak baik atau perubahan yang lebih baik dari kondisi sebelum direlokasi. Kondisi yang lebih baik tersebut meliputi kondisi fisik permukiman sosial maupun ekonomi masayarakat, sehingga dapat tercipta lingkungan permukiman baru yang berkelanjutan(De Wet ;2002).

Untuk mengetahui dan menilai keberhasilan dari pelaksanaan program relokasi yang dilakukan di Kelurahan Pucangsawit maka dapat dilakukan melalui studi evaluasi. Dalam studi evaluasi sangat bermanfaat untuk mengetahui bagaimana keberhasilan dari pelaksanaan dan hasil dari program relokasi, sehingga hasil dari evaluasi dapat menjadi masukan untuk perbaikan program di masa yang akan datang (William Dunn : 1994).

Bertolak dari permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan program relokasi permukiman kumuh di Kelurahaan Pucangsawit Kota Surakarta yang dapat dilihat melalui penelitian Evaluasi (Evaluasi Reaserch)

B. Rumusan Permasalahan

Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini ialah: “Sejauhmana Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program Relokasi Permukiman yang dilakukan di Kelurahan Pucang Sawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta” C. Tujuan dan Sasaran

1. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Melakukan Penilaian Terhadap Pelaksanaan Program Relokasi Permukiman di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta.

2. Sasaran

Sasaran yang akan di capai dalam penelitian ini adalah :

1) Menilai pencapaian tujuan program relokasi di Kelurahan Pucangsawit (Efektifitas Program)

2) Menilai kinerja pihak pelaksana Program Relokasi di Kelurahan Pucangsawit


(15)

commit to user

3) Menilai proses pelaksanaan relokasi permukiman di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta

4) Menganalisis dan mengkaji dampak relokasi permukiman di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta terhadap aspek fisik, sosial, dan ekonomi masyarakat yang direlokasi

5) Mengetahui tingkat kepuasan masyarakat terhadap program relokasi permukiman di Kelurahan Pucangsawit

6) Menilai Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Program Relokasi Di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta

D. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah dalam penelitian evaluasi terhadap pelaksanaan program relokasi ini adalah di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres sebagai tempat asal dan Kelurahan Mojosongo sebagai lokasi yang dijadikan sebagai tempat tujuan relokasi.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup studi merupakan hal-hal yang menjadi pokok kajian studi. Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi (evaluative Reaserch). Studi evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan studi evaluasi terhadap pelaksanaan program yang sudah dilaksanakan (ex-post

evaluation) untuk mengetahui keberhasilan program relokasi.

Oleh karena itu dalam penelitian ini dibatasi untuk mengevaluasi pelaksanaan program relokasi dengan memfokuskan pada aspek sebagai berikut :

1) Efektifitas : Mengetahuai pencapaian hasil apakah sudah sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dalam program

2) Efisiensi : Mengetahui usaha yang dilakukan dalam mencapai hasil yang diharapkan


(16)

commit to user

3) Kecukupan : Mengetahui apakah dampak dan manfaat dari program

4) Responsivitas : Mengetahui seberapa besar kepuasan masyarakat terhadap program

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dilakukan ini adalah :

1) Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan terhadap konsep dalam menangani masalah permukiman kumuh khususnya untuk permukiman liar/squater

2) Bagi Pemerintah, sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Kota Surakarta untuk memperbaiki program relokasi, sehingga mampu menghasilkan kebijakan yang optimal, efektif, efisien sesuai dengan tujuan pemerintah dan aspirasi masyarakat yang direlokasi permukimannya khususnya masyarakat miskin permukiman kumuh.

3) Bagi masyarakat, memberikan gambaran yang jelas bagi berbagai pihak mengenai program relokasi di Kelurahan Pucangsawit yang dilakukaan oleh pemerintah Kota Surakarta dalam hal menangani masalah permukiman kumuh pada lahan ilegal


(17)

commit to user

F. Kerangka Pemikiran

Pelaksanaan Program Relokasi Permukiman di kelurahan

Pucangsawit

Kondisi Asal Pelaksanaan Relokasi Kondisi baru

Fisik Sosial Ekonomi Proses Pelaksana Fisik Sosial Ekonomi

Analisis dan Evaluasi Program Relokasi Permukiman

Efektifitas Program

Dampak/

Manfaat Program Responsifitas Efisiensi Program

Keberhasilan Program Relokasi Permukiman

Kumuh Kesimpulan dan Rekomendasi

Relokasi Permukiman

Kebijakan Pemerintah Kota Surakarta

KONDISI KOTA SOLO

v Perkembangan Kota yang Pesat

v Sarana dan prasarana dasar kurang memadai

v Kondisi social ekonomi masyarakat kurang mendukung

v Keterbatasan lahan

Permukiman Kumuh

Kajian Teori

· Teori perumahan dan permukiman

· Relokasi permukiman · Konsep evaluasi

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran


(18)

commit to user

G. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Berisi latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, batasan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan

BAB II Tinjauan Pustaka

Berisi teori-teori perumahan dan permukiman, kebijakan perumahan dan permukiman, relokasi permukiman serta teori tentang evaluasi kebijakan. BAB III Metedologi Penelitian

Berisi tentang pendekatan penelitian, metodologi Penelitian dan Indikator-indikator yang digunakan dalam melakukan penelitian

BAB IV Gambaran Umum Program Relokasi Di Kota Surakarta

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum wilayah Kota Surakarta dan gambaran program relokasi di Kota Surakarta, latar belakang program relokasi dan petunjuk pelaksanaan program relokasi yang dilakukan oleh pemerintah Kota Surakarta

BAB V Gambaran Pelaksanaan Program Relokasi Di Kelurahan Pucangsawit Kota Surakarta

Pada bab ini akan dijabarkan mengenai kondisi permukiman kumuh di Kelurahan Pucangsawit sebelum direlokasi, proses pelaksanaan relokasi di Kelurahaan Pucangsawit serta peran penitia pelaksana program dalam pelaksanaan program relokasi di Kelurahan Pucangsawit

BAB VI Evaluasi Program Relokasi Permukiman di Kelurahan Pucangsawit Kota Surakarta

Berisi tentang analisis data untuk menjawab tujuan penelitian dengan menggunakan metode analisis evaluatif secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan indikator-indikator yang telah ditentukan. BAB VII Kesimpulan dan Rekomendasi

Berisi tentang rumusan hasil penelitian serta usulan, saran terkait perbaikan pemecahan terhadap masalah.


(19)

commit to user

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan beberapa kajian teoritis mengenai perumahan dan permukiman, program relokasi dalam upaya penanganan permukiman kumuh serta konsep evaluasi sebagai pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian.

A. Teori Perumahan dan Permukiman

1. Pengertian Perumahan dan Permukiman

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Perumahan juga di definisikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan misalnya penyediaan air minum, pembuangan sampah, listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi sebagaimana mestinya dan sarana lingkungan yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan serta pengembangan kehidupan ekonomi, social, dan budaya, seperti fasilitas taman bermain, olah raga, pendidikan, pertokoan, sarana perhubungan, keamanan, serta fasilitas umum lainnya.

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan,yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (UU No 4 Tahun 1992). Soedarsono memberikan beberapa konsep permukiman sebagai berikut :


(20)

commit to user

1) Permukiman adalah suatu kawasan perumahan lengkap dengan sarana umum dan fasilitas sosial yang mengandung keterpaduan, kepentingan dan kesadaran serta pemanfaatan sebagai lingkungan kehidupan.

2) Permukiman memberikan ruang gerak, sumber tenaga dan pelayanan bagi peningkatan mutu kehidupan suatu kecerdasan warga penghuni, yang berfungsi sebagai ajang kegiatan sosial, budaya dan ekonomi.

3) Permukiman adalah penataan kawasan yang dibuat oleh manusia untuk kepentingannya, yang merupakan hasil kegiatan manusia, dengan tujuan untuk bertahan hidup sebagai manusia agar hidup lebih mudah dan lebih baik, memberi rasa aman dan bahagia, dan mengandung kesempatan untuk pembangunan manusia seutuhnya. Perumahan dan permukiman merupakan satu kesatuan yang memberikan gambaran mengenai suatu ruang kegiatan berkehidupan dan penghidupan dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal. Selain sebagai tempat untuk bermukim, perumahan dan permukiman juga berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses pembentukan kualitas hidup manusia, karena di dalamnya terdapat pembelajaran nilai-nilai kehidupan. Sehingga pembangunan perumahan dan permukiman berkaitan dengan peningkatan kelayakan dan kesejahteraan kehidupan masyarakat.

2. Preferensi Terhdap Rumah dan Penilaian Lokasi Hunian

Rumah mengemban fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat kebutuhan dan kemampuan masing-masing individu. Turner (1976) mengidentifikasikn 3 fungsi utama yang terkandung dalam sebuah rumah tempat bermukim, yaitu :

1) Rumah sebagai penunjang identitas keluarga (identity), yang diwujudkan pada kualitas hunian (the quality of shalter provide by

housing). kebutuhan akan tempat tinggal dimaksudkan agar


(21)

commit to user

2) Rumah sebagai penunjang kesempatan (opportunity) keluarga untuk berkembang dalam kehidupan social, budaya dan ekonomi atau fungsi pengemban keluarga. Fungsi ini diwujudkan dalam lokasi tempat tinggal. Kebutuhan berupa akses ini diterjemahkan dalam pemenuhan kebutuhan social dan kemudahan ke tempat kerja guna mendapatkan sumber penghasilan.

3) Rumah sebagai penunjang rasa aman dalam arti terjaminnya keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan keamanan atas lingkungan perumahan yang ditempati serta jaminan berupa kepemilikan rumah dan lahan.

Menurut Turner prioritas dari ketiga fungsi tersebut berbeda-beda sesuai dengan kondisi/penghasilan masyarakat. Bagi masyarakat berpenghasilan sangat rendah, factor opportunity merupakan sifat yang sangat penting dan factor identity belum terpikirkan. yang utama adalah memperoleh kerja guna mendapatkan security pada tahap selanjutnya.

Disamping memperhatikan fungsi rumah, penentuan preferensi tempat tinggal sebagai dasar pembuatan keputusan juga harus memperhitungkan nilai rumah yang ada disesuaikan dengan kebutuhan individu, lokasi dan akses kepada masyarakat dan tempat-tempat lain, biaya sewa dan kemudahan untuk dipindahkan, serta privacy dan kenyamanan (Turner, 1976)

Beberapa pendapat lain yang berkaitan dengan penilaian lokasi hunian telah di kemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya adalah :

a) Eko Budiharjo (1992) : Dalam menjalankan kehidupannya masyarakat membutuhkan berbagai fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhannya. Pusat kota merupakan pusat pelayanan dengan fasilitas yang lebih lengkap, sehingga dalam memilih lokasi permukiman timbul persaingan mendapatkan lokasi di bagian pusat kota.


(22)

commit to user

b) Rees dalam Yeaters (1980) berpendapat bahwa terdapat empat elemen yang mempengaruhi keputusan orang atau sebuah keluarga dalam menentukan lokasi tempat tinggal, yaitu :

(1) Posisi keluarga dalam lingkup sosial, yang mencakup status sosial ekonomi (pendidikan, penghasilan, pekerjaan)

(2) Lingkup perumahan yang mencakup nilai dan kualitas rumah (3) Lingkup komunitas

(4) Lingkup fisik atau lokasi rumah

3. Faktor-Faktor Dalam Pemilihan Lokasi Permukiman

Dalam pembangunan perumahan dan permukiman ada beberapa fungsi-fungsi yang dibutuhkan sebagai lingkungan tempat tinggal, fungsi tersebut meliputi antara lain:

a) Memenuhi tempat bernaung/berlindung

b) Memenuhi fungsi keamanan ; aspek lokasi terhadap akses keamanan

c) Memenuhi fungsi membina keluarga ; aspek prasarana dan sarana d) Memenuhi fungsi aksesibilitas; aspek aksesibilitas

e) Memenuhi fungsi efisiensi; aspek ekonomis

f) Memenuhi fungsi simbolik ;aspek nilai lingkungan

Menurut Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Cipta karya dalam pedoman perencanaan permukiman di sebutkan bahwa lokasi permukiman yang layak adalah sebagai berikut :

a) Tidak terganggu oleh polusi b) Tersedia air bersih

c) Mempunyai aksesibilitas yang baik

d) Mudah dan aman dalam mencapai tempat kerja e) Tidak berada dibawah permukaan air setempat f) Mempunyai kemiringan rata-rata

Dalam menyediakan perumahan dan permukiman untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, aspek tersebut yaitu (Turner,1976) :


(23)

commit to user

a) Lokasi yang tidak terlalu jauh dari tempat yang dapat memberikan pekerjaan

b) Memiliki status kepemilikan lahan dan rumah

c) Bentuk dan kualitas bangunan rumah yang memenuhi standar d) Harga Rumah yang dapat terjangkau oleh pendapatan.

Mengenai kualitas perumahan, dari aspek fisik pengertian rumah layak menurut SK menteri PU No.20/kpts/1986 tentang Pedoman Teknik Rumah Sederhana Tidak Bersusun dijelaskan bahwa persyaratan rumah sederhana yang layak antara lain adalah luas lantai maksimal 36 m², tersedia listrik, air bersih, lantai rumah diberi perkerasan untuk memudahkan pembersihan dan mengurangi kelembaban, bahan penutup dinding minimal anyaman bambu yang dipasang setinggi 90 cm dari muka lantai, rangka atap dari kuda-kuda dan gorden kayu, kaso dan reng boleh dari bamboo, penutup atap dari asbes gelombang, seng gelombang atau genteng sederhana, luas kapling minimal 54 m².

B. Permukiman Kumuh dan Kebijakan Penataanya 1. Pengertian Permukiman Kumuh

Lingkungan permukiman kumuh merupakan permasalahan permukiman yang sangat kompleks karena pada lingkungan permukiman kumuh ini tidak hanya kondisi fisik lingkungan yang buruk akan tetapi juga menyangkut permasalahan kondisi ekonomi dan social masyarakat yang tinggal pada permukiman tersebut. Selain itu permasalahan permukiman kumuh juga menyangkut pada kemiskinan dan kesenjangan serta ketidak disiplinan social maupun yang menyangkut kemampuan lembaga-lembaga pemerintahan Kota/Kabupaten dalam pengaturan, pengorganisasian spasial maupun sumberdaya yang dimiliki kota sesuai hakekat fungsi kota. Diperkotaan termasuk perkotaan di Indonesia, permukiman kumuh menjadi permasalahan permukiman kota yang sangat kompleks. Menurut World Bank (1999) lingkungan permukiman kumuh digambarkan sebagai bagian yang terabaikan dari lingkungan perkotaan dimana kondisi kehidupan dan penghidupan masyarakatnya sangat


(24)

commit to user

memprihatinkan, yang diantaranya ditunjukkan dengan kondisi lingkungan hunian yang tidak layak huni, tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sarana dan prasarana lingkungan yang tidak memenuhi syarat, tidak tersedianya fasilitas pendidikan, kesehatan maupun sarana dan prasarana sosial budaya kemasyarakatan yang memadai. Menurut Muhadjir Darwin permukiman kumuh diartikan sebagai permukiman yang padat dan tidak teratur serta tidak memiliki sarana prasarana yang memenuhi syarat yang layak untuk tempat tinggal baik fisik, kesehatan maupun social.

Permukiman kumuh/slum terjadi karena ketidakmampuan penduduk pada kawasan permukiman untuk merubah lingkungannya kearah yang lebih baik sehingga terjadi penurunan kualitas. Permukiman kumuh dapat dikategorikan sebagai berikut :

a) Squater Settelment adalah permukiman kumuh yang berada pada lahan yang illegal atau liar.

b) Slum Area adalah permukiman kumuh yang berada pada lahan legal dengan kualitas lingkungan fisik sarana dan prasarana yang rendah dan cenderung menurun.

Permukiman kumuh dapat di lihat berdasarkan ciri sebagai berikut : 1) Fasilitas umum yang kondisinya kurang atau tidak memadai.

2) Kondisi hunian rumah dan pemukiman serta penggunaa ruang- ruangnya mencerminkan penghuninya yang kurang mampu atau miskin.

3) Adanya tingkat frekuensi dan kepadatan volume yang tinggi dalam pengunaan ruang-ruang yang ada di pemukiman kumuh sehingga mencerminkan adanya kesemrawutan tata ruang dan ketidakberdayaan ekonomi penghuninya.

4) Pemukiman kumuh merupakan suatu satuan-satuan komuniti yang hidup secara tersendiri dengan batas-batas kebudayaan dan sosial yang jelas, yaitu terwujud sebagai:

a) Sebuah komuniti tunggal, berada di tanah milik negara, dan karena itu dapat digolongkan sebagai hunian liar.


(25)

commit to user

b) Satuan komuniti tunggal yang merupakan bagian dari sebuah RT atau sebuah RW.

c) Sebuah satuan komuniti tunggal yang terwujud sebagai sebuah RT atau RW atau bahkan terwujud sebagai sebuah kelurahan, dan bukan hunian liar.

5) Penghuni pemukiman kumuh secara sosial dan ekonomi tidak homogen. Warganya mempunyai mata pencaharian dan tingkat pendapatan yang beranekaragam, begitu juga asal muasalnya. Dalam masyarakat pemukiman kumuh juga dikenal adanya pelapisan sosial berdasarkan atas kemampuan ekonomi mereka yang berbeda-beda tersebut.

6) Sebagian besar penghuni pemukiman kumuh adalah mereka yang bekerja di sektor informal atau mempunyai mata pencaharian tambahan di sektor informal.

2. Kebijakan Penataan Permukiman Kumuh

Dalam upaya untuk mengatasi permsalahan perumahan dan permukiman kumuh dapat dilakukan dengan dua cara (Khomarudin, 1992, yaitu :

1) Mengembangkan daerah permukiman baru, yaitu dengan membangun rumah-rumah sesuai dengan kebutuhan penduduk. Upaya ini dapat dilakukan dengan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) termasuk relokasi.

2) Memperbaiki lingkungan permukiman yang sudah ada sehingga memenuhi persyaratan untuk kehidupan yang layak.

C. Relokasi Permukiman

1. Pengertian Relokasi Permukiman

Secara harafiah menurut kamus besar bahasa Indonesia (1996) relokasi diartikan sebagai pemindahan tempat atau pemindahan dari suatui lokasi ke lokasi lain. Jika dikaitkan dalam konteks perumahan dan permukiman relokasi dapat diartikan pemindahan suatu lokasi permukiman kelokasi permukiman yang baru.


(26)

commit to user

Menurut Hudohusodo relokasi dilakukan terhadap permukiman lokasi permukiman yang tidak diperuntukkan bagi perumahan atau lokasi permukiman yang rawan terhadap bencana atau bahkan yang terkena bencana. Relokasi atau resettlement merupakan salah satu alternatif untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh, status lahannya tidak legal (illegal) atau bermukin di lingkungan yang rawan bencana untuk menata kembali dan melanjutkan kehidupannya di tempat yang baru.

2. Prosedur Pelaksanaan Relokasi

Program relokasi atau resettlement merupakan program yang dilaksanakan dengan perencanaan yang sangat cermat. Bank Dunia (1999) merekomendasikan bahwa sebelum memutuskan rencana relokasi perlu mempersiapkan kerangka rencana atau kerangka kebijakan permukiamn kembali secara matang. Program relokasi dikembangkan atas dasar partisipatif, sehingga keputusan pemukiman kembali dibuat sendiri oleh masyarakat.

Ridho (2001) mengemukakan bahwa prosedur yang dapat ditempuh dalam pelaksanaan relokasi yaitu :

1) Pendekatan yang interaktif kepada masyarakat yang terkena relokasi dalam rangka menginformasikan rencana program relokasi tersebut 2) Pembentukan forum diskusi warga sebagai wadah untuk menggali

respon, aspirasi warga dan peran serta masrakat dalam proyek peremajaan. Kegiatan forum diskusi ini dilakukan mulai dari perencanaan hingga terlaksanakannya program.

3) Penyusunan rencana penempatan lokasi rumah tempat tinggal baru dengan memperhatikan aspirasi warga

4) Setelah pemindahan warga ke lokasi baru, perlu diadakan bimbingan dan pembinaan kepada warga agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan permukiman yang baru.


(27)

commit to user

3. Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan Dalam Pelaksanaan Relokasi Permukiman

Dalam pelaksanaan relokasi ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu :

1) Perlunya koordinasi sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasi

Masalah relokasi adalah masalah yang kompleks karena menyangkut tiga hal, yakni kebutuhan dasar manusia akan tanah dan tempat tinggal, ketersediaan tanah/areal untuk relokasi, dan jaminan untuk dapat melangsungkan kehidupannya. Bagi masyarakat yang dipindahkan, kesempatan untuk berperan serta dalam program relokasi semenjak tahap awal dan keyakinan yang kuat bahwa program akan berjalan baik dan berhasil sesuai dengan harapan dapat diperoleh bila masyarakat yakin bahwa program ini dikoordinasikan dengan baik, disertai dengan akses informasi bagi masyarakat.

2) Pemilihan Areal Relokasi

Lokasi dan kualitas tempat relokasi baru adalah faktor penting dalam perencanaan relokasi, karena sangat menentukan kemudahan menuju ke lahan usaha, jaringan sosial, pekerjaan, bidang usaha, kredit dan peluang pasar. Setiap lokasi mempunyai keterbatasan dan peluang masing-masing. Memilih lokasi yang sama baik dengan kawasan yang dahulu (tempatnya yang lama) dari segi karakteristik lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi akan lebih memungkinkan relokasi dan pemulihan pendapatan berhasil.

Idealnya, tempat relokasi baru sebaiknya secara geografis dekat dengan tempat lama / asli untuk mempertahankan jaringan sosial dan ikatan masyarakat yang sudah baik. Dalam proyek pembangunan perkotaan, yang sering mengakibatkan relokasi dalam jumlah besar, dampak tersebut dapat dikurangi dengan merelokasikan ke berbagai kawasan yang kecil dan dekat. Dalam kasus tersebut, pemilihan


(28)

commit to user

tempat dan rencana relokasi harus berdasarkan, dan diputuskan melalui musyawarah dengan masyarakat.

3) Hak masyarakat yang akan dipindahkan

Kepada masyarakat, disampaikan informasi tentang calon lokasi dan diberi kesempatan untuk meninjau lokasi yang sudah dibangun sebelum secara resmi diserahkan. Hal ini diperlukan agar masyarakat dapat menentukan pilihannya secara bebas.

4) Kelengkapan fisik lokasi pemukiman kembali

Jika pilihan sudah ditetapkan, lokasi pemukiman kembali harus dilengkapi dengan:

a) Akses jalan yang layak; b) Saluran drainase; c) Penyediaan air bersih; d) Sambungan listrik;

e) Fasilitas umum, antara lain fasilitas pendidikan, tempat usaha, tempat ibadah, pasar, lapangan olahraga, fasilitas kesehatan; f) Kemudahan transportasi.

5) Bentuk rumah dan bangunan lain yang relevan

Masalah relokasi berkaitan erat dengan masalah ekonomi dan sosial budaya, di samping masalah pemulihan kondisi psikologis. Oleh karena itu, berkaitan dengan bentuk rumah dan bangunan lain yang relevan agar dikonsultasikan dengan masyarakat yang akan dipindahkan agar sesuai dengan keinginan penghuni.

6) Status hak atas tanah

Terhadap tanah dan bangunan yang telah diserahterimakan kepada masyarakat, diberikan kepastian dan perlindungan hukum berupa hak milik. Walaupun secara resmi masyarakat sudah menempati areal relokasi, pemantauan dan evaluasi tetap harus dilaksanakan untuk mengetahui masih adanya kekurangan di dalam pelaksanaannya sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan.


(29)

commit to user

7) Dukungan terhadap pemulihan tingkat kehidupan masyarakat Relokasi memerlukan dukungan faktor nonfisik di samping ketersediaan dan kelengkapan sarana fisik. Secara ekonomis untuk melanjutkan atau memulai kehidupan baru, diperlukan berbagai kemudahan atau bantuan, antara lain:

a) Bantuan kredit untuk memulai atau melanjutkan kembali usaha b) Pelatihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menunjang usaha

atau pekerjaan baru

c) Pembukaan lapangan kerja baru

d) Bantuan untuk pindah dan fasilitas transportasi. 4. Dampak Relokasi Permukiman

Dampak sosial adalah perubahan dalam kondisi kehidupan orang-orang yang terjadi bersama dengan suatu kebijakan yang baru, program atau proyek. Problem inti dari relokasi adalah kehilangan masyarakat atas mata pencaharian serta penurunan kemampuan potensial mereka akibat dari pemindahan tersebut. Ketika suatu komunitas terpaksa untuk pindah maka system produksi yang sudah ada menjadi berkurang. Banyak pekerjaan, lahan yang bernilai, serta asset pendapatan yang hilang. Kelompok kekerabatan serta jaringan sosial informal yang tercerai berai. Resiko yang paling sering dihadapi oleh penduduk bantaran sungai yang permukimannya harus dipindahkan adalah kehilangan lahan, kehilangan pekerjaan, kehilangan hunian, kehilangan terhadap akses produksi dan disartikulasi komunikasi.

Asian Development Bank (ADB) mengemukakan beberapa dampak negaitif yang mungkin dapat timbul oleh program relokasi yang tidak direncanakan secara matang dalam pembangunan perkotaan yaitu :

1) Terganggunya struktur dan sistem masyarakat, hubungan sosial dan pelayanan social pda lingkungan permukiman yang sudah terbentuk. 2) Hilangnya sumber-sumber produktif, pendapatan dan mata


(30)

commit to user

3) Kultur budaya dan kegotongroyongan yang sudah ada di masyarakat dapat menurun.

4) Kehilangan sumber kehidupan dan pendapatan dapat mendorong timbulnya eksploitasi ekosistem, kesulitan hidup, ketegangan social dan kemiskinan.

Senada dengan hal tersebut World Bank melihat dampak negatif yang mungkin timbul bagi penduduk yang dipindahkan adalah :

1) Kehidupan penduduk dapat terkena akibat atau dampak yang mengakibatkan penderitaan. Banyak mata pencaharian dan kekayaan hilang. mata rantai antara produsen dan konsumen seringkali terputus. 2) Jaringan sosial informal yang merupakan bagian dari system

pemeliharaan kehidupan sehari-hari menjadi rusak

3) Organisasi setempat dan perkumpulan formal dan informal lenyap karena berubahnya anggota mereka. Masyarakat dan otoritas tradisional dapat kehilangan pemimpin mereka.

4) Efek kumulatif adalah rusaknya sistem social dan ekonomi setempat. Menurut De Wet (2002), hasil yang diharapkan dari proses relokasi adalah agar kondisi masayarakat yang direlokasi menjadi lebih baik dari kondisi sebelum terjadi relokasi. Kondisi yang lebih baik tersebut sebaiknya bertahan lama dari waktu ke waktu agar pada lokasi permukiman yang baru dapat tumbuh menjadi permukiman yang nyaman. kondisi yang lebih baik tersebut meliputi: tingkat pendapatan, keberagaman sumber pendapatan, status dan jaminan di lokasi yang baru, akses terhadap pelayanan infrastruktur dasar.

Ada 5 kategori nilai-nilai yang di inginkan oleh masyarakat yang dipindahkan (migran) menurut De jong (1987) adalah :

§ Kemakmuran (Wealth) yang berisikan banyak factor yang berkaitan dengan raihan ekonom individu. factor-faktor tersebut terdapat dalam berbagai bentuk, antara lain upah yang tinggi, pendapatan yang baik, biaya hidup yang rendah, pajak yang ringan, stabilitas pekerjaan, ketersediaan lapangan kerja.


(31)

commit to user

§ Kenyamanan (Comfort), dapat dilihat sebagai tujuan untuk mencapai kondisi hidup maupun pekerjaan yang lebih nyaman, termasuk di dalamnya adalah perumahan yang lebih baik, lingkungan tempat tinggal yang menyenangkan, pekerjaan yang lebih baik, keadaan yang lebih sehat.

§ Stimulasi, berkaitan dengan kegiatan yang menyenangkan, seperti hiburan dan rekreasi sebagai bentuk kegiatan yang yang dapat mengurangi kejenuhan dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru

§ Afiliasi, mengacu pada nilai seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Dalam hubungannya dengan migrasi maupun sebagai hasil dari migrasi tersebut. Berafiliasi dengan pihak lain dapat pula menjadi factor yang menfasilitasi pencapaian tujuan personal dalam migrasi. § Moralitas, terkait dengan nilai serta system keyakinan yang

menentukan cara hidup yang baik maupun buruk, seperti norma agama. Nilai moral dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku seseorang maupun masyarakat, tergantung tingkat komitmen dari individu.

Relokasi bukan hanya suatu proses pemindahan orang-orang dari suatu lokasi, akan tetapi juga memindahkan perilaku dan identitas-identitas dari orang-orang tersebut. Menurut Finsterbusch (1981), individu-individu atau masyarakat merasakan dampak sosial dari suatu kebijakan dalam 5 kategori, yaitu :

1) Secara ekonomi, sebagai pekerja yang kehilangan atau mendaptkan penghasilan maupun pekerjaan.

2) Secara lingkungan, sebagai penduduk yang habitatnya di ubah atau disita

3) Secara transportasi, sebagai pengendara atau penikmat jasa transportasi yang kehilangan aksesibilitas

4) Secara sosial, sebagai kerabat, teman anggota, yang pola sosialnya berubah


(32)

commit to user

5) Secara psikologi, sebagai individu yang mengalami stress, ketakutan, perampasan dll

Kebanyakan lokasi untuk relokasi berada di pingiran kota (Urban

fringe), sehingga kemampuan mencari pekerjaan seringkali menurun saat

orang hidup pada daerah yang terisolir. Mereka yang direlokasi seringkali menghadapi masalah terkait dengan pencairan serta perjalanan yang ditempuh menuju ke tempat kerja mereka. Beberapa dari mereka akhirnya keluar dari lokasi relokasi untuk kembali ke daerah pusat kota yang dekat dengan tempat kerja mereka.

Meskipun warga yang direlokasi diberikan tawaran berupa lahan dan perumahan di lokasi yang telah ditentukan, sebagaian besar dari mereka menghadapi masalah yang lebih besar.Lapangan pekerjaan dan aktifitas income hampir tidak ada. fasilitas air bersih yang rendah, fasilitas listrik yang terbatas. Transportasi yang ada dilokasi tersebut jarang dan dengan ongkos yang sukar untuk mereka sanggupi.

D. Konsep Evaluasi 1. Pengertian Evaluasi

Menurut istilah evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Selain itu, evaluasi dilakukan untuk mengetahui nilai yang telah dicapai oleh suatu kebijakan atau program dan memberikan sumbangan terhadap apa yang harus dilakukan. Evaluasi juga dilaklukan untuk mengetahui seberapa besar usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dan seberapa besar hasil yang telah di dapatkan.

Menurut William N. Dunn, istilah evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating), dan penilaian

(assesment). Evalusi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan program. Evaluasi Program juga dapat diartikan dengan pengumpulan informasi secara sistematis mengenai karakteristik dan dampak dari program untuk membuat


(33)

commit to user

keputusan mengenai program, keefektifan pelaksanaan program dan keberlanjutan program (Patton, 2001).

Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pada dasarnya evaluasi program dilakukan untuk mengetahui berhasil atau tidaknya suatu program. Jawaban tersebut merupakan dasar untuk mengambil keputusan mengenai keberlanjutan program apakah diteruskan, dihentikan atau diperbaiki. Sehingga dalam evaluasi tidak hanya menjawab apa yang terjadi, mengapa dan bagaimana akan tetapi juga menghadirkan jawaban tentang apa yang sebaiknya dilakukan.

Secara umum alasan dilaksanakannya evaluasi program yaitu : § Pemenuhan ketentuan dan peraturan pelaksanaannya.

§ Mengukur efektivitas dan efesiensi program. § Mengukur pengaruh, efek sampingan program. § Akuntabilitas pelaksanaan program.

§ Alat mengontrol pelaksanaan program. 2. Pendekatan Evaluasi

Dalam pelaksanaan evaluasi, menurut Dunn (1994) terdapat tiga pendekatan, yang dapat dibedakan berdasarkan karakteristik nilai sistemnya, yaitu :

1) Evaluasi semu (Pseudo Evaluation) adalah suatu pendekatan evaluasi yang bersandarkan pada informasi/data yang bersifat self-efident (dapat terbukti sendiri) dan tidak controversial, juga tidak dikaitkan secara spesifik dengan system nilai seseorang/sekelomok orang, dan tanpa berusaha mengetahui manfaat nilai tersebut terhadap suatu kelompok atau individu.

2) Evaluasi Formal (formal evaluation) adalah suatu pendekatan evaluasi yang menggunakan metode-metode diskriptif untuk menghasilkan informasi-informasi yang valid dan reliable tentang hasil-hasil dari suatu kebijakan yang telah di umumkan secara formal oleh pembuat kebijakan/program


(34)

commit to user

3) Decision Theoretic Evaluation (DTE) adalah suatu pendekatan evaluasi yang bertujuan untuk menghasilkan informasi yang dapat dipercaya dan valid mengenai hasil kebijakan/program yang secara eksplisit dinilai oleh beberapa macam pelaku kebijakan.

Evaluasi yang digunakan dalam studi ini adalah evaluasi dalam tingkatan program, dengan menggunakan pendekatan evaluasi formal dan dilakukan setelah program selesai dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Penggunaan pendekatan evaluasi formal dilakukan dengan asumsi penilaian evaluasi didasarkan bahwa tujuan dan pelaksanaan diumumkan secara formal sebagai ukuran yang tepat untuk menilai program.

3. Manfaat Evaluasi

Dalam keperluan jangka panjang dan untuk keperluan keberlanjutan

(sustainable) suatu program, evaluasi sangat diperlukan. Karena dengan

evaluasi maka kebijakan-kebijakan dalam program kedepan akan lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan yang sama. Berikut adalah beberapa manfaat perlunya evalusi :

1) Untuk mengetahui tingkat evektivitas suatu kebijakan, yakni seberapa jauh kebijakan mencapai tujuannya

2) Mengetahui keberhasilan dari suatu kebijakan atau program.

3) Memahami aspek akuntabilitas public. Dengan melakukan penilaian kinerja kebijakan, maka dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada public sebagai pemilik dana dan mengambil manfaat dari kebijakan dan program pemerintah

4) Menunjukkan kepada stakeholders manfaat suatu kebijakan. Dengan evaluasi maka maka dapat diketahui secara pasti manfaat dari sebuah kebijakan dan program

5) Untuk memberikan masukan bagi pengambilan kebijakan yang akan datang agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. dari hasil evaluasi diharapkan dapat ditetapkan kebijakan yang lebih baik.


(35)

commit to user

4. Jenis dan Pelaksanaan Evaluasi

Secara umum pelaksanaan evalusi dibagi atas tiga jenis yaitu : 1) Evaluasi pada tahap perencanaan (ex-ante evaluation)

Dalam tahap perencanaan evaluasi digunakan dalam rangka untuk mencoba memilih dan menentukan skala prioritas terhadap berbagai alternative dan kemungkinan terhadap cara mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal yang dipertimbangkan dalam kaitan ini adalah bahwa metode-metode yang ditempuh dalam pemilihan prioritas tidak selalu sama untuk setiap keadaan, melainkan berbeda menurut hakikat dari peramasalahan itu sendiri.

2) Evaluasi pada tahap pelaksanaan (on-going evaluation)

Pada tahap ini, evaluasi di pandang sebagai suatu kegiatan untuk melakukan analisis untuk menentukan tingkat kemajuan pelaksanaan di bandingkan dengan rencana. Evaluasi melihat sejauhmana program masih dapat mencapai tujuannya, apakah tujuan tersebut sudah berubah.

3) Evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan (ex-post evaluation)

pada tahap pasca pelaksanaan pengertian evaluasi disini hampir sama dengan pada tahap pelaksanaan, perbedaanya adalah pada tahap ini yang dinilai dan dianalisis bukan lagi tingkat kemajuan pelaksanaan disbanding dengan rencana, akan tetapi yaitu hasil pelaksanaan disbanding dengan rencana. Pada tahapan ini evaluasi diarahkan untuk melihat apakah pencapaian program mampu mengatasi permasalahan yang ingin dipecahkan. Evalauai ini juga digunakan untuk menilai efisiensi dan efektifitas ataupun manfaat dari suatu program.


(36)

commit to user

Tabel 2.1 Pelaksanaan Evaluasi Tahap perencanaan

(ex-ante evaluation)

Tahap pelaksanaan

(0n-going evaluation)

Pasca pelaksanaan

(ex-post evaluation)

·Dilakukan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan

·Untuk memilih dan

menentukan skala

prioritas dari berbagai

alternative dan

kemungkinan cara

mencapai tujuan yang

telah dirumuskan

sebelumnya

· Dilakukan pada saat pelaksanaan rencana pembangunan

· Untuk menentukan

tingkat kemajuan

pelaksanaan rencana dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya

·Dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir

·Untuk melihat apakah pencapaian

(keluaran/hasil)

program mampu

mengatasi permsalahan yang ingin dipecahkan ·Untuk menilai efisiensi

(keluaran dan hasil dibandingkan

masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran),

ataupun manfaat

(dampak terhadap

kebutuhan) dari suatu program

Sumber :Wiliiam Dunn (1994)

Dari ketiga jenis pelaksanaan evaluasi tersebut, evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah evaluasi dilakukan pada saat program reloaksi yang telah selesai dilakukan (Ex-post Evaluation).

Dimana penelitian ini nantinya akan menilai tingkat keberhasilan dari program relokasi permukiman yang dilaksanakan di Kelurahan Pucangsawit Kota Surakarta. Evaluasi dilakukan untuk menilai efisiensi (keluaran dan hasil dibandingkan masukan), efektivitas (hasil dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat (dampak terhadap kebutuhan) dari suatu program

Didalam melakukan evaluasi pada tahap pasca pelaksanaan (ex-post

evaluation) terdapat beberpa metode. Patton membedakan kedalam 5


(37)

commit to user

a) Before and after Comparisons

Metode ini adalah membandingkan kondisi sebelum sebuah kebijakan atau program diimplementasikan dengan kondisi setelah kebijakan atau program diimplementasikan untuk melihat apakah kebijakan atau program tersebut memberikan perubahan atau tidak. Perbedaaan kondisi sebelum dan sesudah diterapkannya kebijakan atau program tersebut merupakan hasil dari diimplementasikannya kebijakan atau program tersebut.

b) With-and-without comparisons

Membandingkan antara kelompok yang terkena kebijakan atau program dengan yang tidak terkena kebijakan baik dalam kondisi sebelum dan sesudah terkena program

c) Actual Versus planned performance Comparisons

Membandingkan antara target yang ingin dicapai pada periode tertentu dengan target yang dapat tercapai pada periode yang telah ditentukan. Perbandingan ini menghasilkan penjelasan perbedaan yang dihasilkan dari target yang dicapai dengan yang seharusnya baik yang disebutkan dalam program maupun non-program

d) Experimental (controlled) models

Membandingkan kondisi sebelum dan sesudah

diimplementasikannya kebijakan atau program antara kelompok yang terkena kebijakan atau program dengan kelompok control yang mempunyai karakteristik yang sama dengan kelompok yang terkena kebijakan atau program yang dipilih secara acak

e) Quast experimental models

Digunakan untuk mengatasi hambatan yang ditemui apabila menggunakan model eksperimental yang sulit diterapkan pada kehidupan nyata. Pendekatan model Quasi-eksperimental

menggunakan kelompok control yang mempunyai karakteristik yang sama tetapi tidak harus ekuivalen dengan kelompok yang dikenai program dan disertai dengan pengukuran terhadap kondisi


(38)

commit to user

sebelum dan sesudah program dilaksanakan. Pendekatan ini membandingkan individu yang terkena program dan yang tidak terkena program tidak secara acak.

Metode evaluasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Before and after Comparisons dimana dalam penelitian ini dilakukan

analisis perbandingan antara kondisi sebelum dilakukan program dengan setelah dilaksanakan program untuk melihat perubahan pada kondisi fisik dan sosial ekonomi masyarakat pasca relokasi permukiman yang sudah dilaksanakan.

5. Kriteria Evaluasi

Untuk menilai keberhasilan suatu kebijakan/program maka perlu dibutuhkan adanya indikator/kriteria. Didalam melakukan suatu evaluasi terdapat beberapa kriteria yang dijadikan sebagai penilaian, kriteria tersebut yaitu (Dunn, 1994) :

1) Efektifitas

Kriteria penilaian ini berkenaan dengan apakah suatu program/kegiatan mencapai hasil/ tujuan yang diharapkan. Dengan kata lain efektifitas merupakan penilaian apakah hasil yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

2) Efisiensi

Penilaian kriteria ini selalu dikaitkan dengan jumlah usaha yang dikeluarkan untuk menghasilkan tingkat efektifitas tertentu.

3) Kecukupan

Penilaian kriteria ini berdasarkan kepada seberapa jauh suatu tingkat efektifitas memuaskan kebutuhan, nilai atau kesempatan, yang menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan dampak dan manfaat dari program yang dilakukan.

4) Responsifitas

Responsifitas berhubungan dengan seberapa jauh suatu kebijakan/program dapat memuaskan kebutuhan, preferensi, atau nilai


(39)

commit to user

kelompok tertentu. Pengukuran ini dilakukan melalui survey target group.

5) Ketepatan

Kriteria ketepatan ini berhubungan dengan rasionalitas substantive untuk menilai apakah suatu kebijakan atau program tersebut memberikan hasil yang bernilai atau bermanfaat.

Tabel 2.2

Kriteria Penilaian Evaluasi

Sumber :Wiliiam Dunn (1994

E. Fokus Evaluasi Relokasi Permukiman

Berdasarkan tinjauan teori yang telah di uraikan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam konteks perumahan dan permukiman program relokasi merupakan program yang dilakukan dengan cara memindahkan lokasi permukiman ke lokasi permukiman yang baru. Program relokasi ini dilakukan karena lokasi permukiman tidak diperuntukkan bagi perumahan atau lokasi permukiman yang rawan terhadap bencana atau bahkan yang terkena bencana. Relokasi atau resettlement merupakan salah satu alternatif untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh, status lahannya tidak legal (illegal) atau bermukin di lingkungan yang rawan bencana untuk menata kembali dan melanjutkan kehidupannya di tempat yang baru.

No Kriteria Pertanyaan Evaluasi

1 Efektifitas Apakah tujuan yang diinginkan tercapai ?

2 Efisiensi Berapa banyak usaha yang dilakukan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan ?

3 Kecukupan Seberapa jauh hasil telah tercapai memberikan

dampak dan manfaat?

4 Responsivitas Apakah hasil dari kebijakan/program dapat

memuaskan mereka ?

5 Ketepatan Apakah hasil yang dicapai benar-benar bermanfaat


(40)

commit to user

Relokasi permukiman merupakan program yang dipandang sebagai pilihan terakhir dalam upaya melakukan penataan permukiaman, hal ini terkait dengan dampak yang sering ditimbulkan oleh program relokasi, yakni :

1) Perumahan, struktur dan system masyarakat, hubungan masyarakat dapat terganggu

2) Sumber-sumber pendapatan termasuk pendapatan dan mata pencaharian dapat hilang

3) Kultur budaya dan kegotongroyongan yang ada dalam masyarakat dapat menurun

4) Pada lokasi permukiman yang baru, kemungkinan terjadi merosotnya kesejahteraan masyarakat akibat penyesuaian terhadap mata pencaharian mereka.

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mendapatkan informasi dan menarik pelajaran dari pengalaman mengenai pengelolaan program, keluaran, manfaat, dan dampak dari program program yang telah selesai dilaksanakan, sebagai umpan balik bagi pengambilan keputusan dalam rangka perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian program selanjutnya.

Dari uraian diatas maka fokus evaluasi dalam penelitian pelaksanaan reloaksi permukiman ini adalah :

1) Evaluasi terhdap efektifitas dalam mencapai tujuan program relokasi 2) Evaluasi terhadap efisiensi program relokasi untuk menilai kinerja

pelaksana program dan proses pelaksanaan (implementasi) program relokasi

3) Evaluasi terhadap damapak mprogram relokasi untuk mengetahui perubahan kondisi permukiman pasca direlokasi yang meliputi kondisi fisik sosial dan ekonomi masyarkat (dampak program).

4) Evaluasi terhadap responsifitas untuk mengetahui tingkat kepuasan masyarakat (kelompok sasaran) terhadap program relokasi.

Hasil evaluasi dari ke empat point di atas dapat memberikan gambaran apakah program relokasi permukiman tersebut cukup relevan untuk dipertahankan di kalangan masyarakat yang terkena dampak relokasi


(41)

commit to user

(penerima program relokasi) terutama bagi komunitas masyarakat berpengasilan rendah. Sehingga kepastian dan keberhasilan dari kelangsungan suatu progtram tersebut menjadi tolok ukur keberhasilan dalam pencapaian tujuannya.


(42)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan di jelaskan mengenai metode yang dilakukan dalam penelitian. Metode penelitian ini terdiri dari jenis penelitian, pendekatan penelitian, metode pengumpulan data, populasi dan sampling penelitian, metode analisis serta indikator yang di gunakan sebagai tolak ukur dalam penelitian ini. Berikut adalah uraian dari masing-masing metode tersebut

A. Jenis Penelitian

Bertolak dari permsalahan dan tujuan yang ingin dicapai, maka penelitian ini termsauk dalam penelitian terapan, yaitu penelitian atau penyelidikan terhadap suatu masalah dengan tujuan utntuk digunakan bagi keperluan tertentu (Nazir, 1988). Dalam penelitian ini akan mengkaji dan mengevaluasi pelaksanaan program relokasi yang dilaksanakan di Kelurahan Pucangsawit Kota Surakarta, karena program relokasi yang telah selasai dilaksanakan ini belum pernah dilakukan evaluasi secara komprehensif sehingga belum diketahui keberhasilan dari program tersebut. Kajian dan evaluasi ini akan bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagai input dalam pelaksanaan program yang sama dimasa yang akan datang maupun sebagai bentuk alternative penanganan permukiman kumuh di Kota Surakarta

B. Pendekatan Penelitian

Dengan tipe penelitian tersebut diatas, maka pendekatan penelitian yang sesuai untuk menentukan sumber data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan penelitian evaluasi (Evaluative Research). Evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah evaluasi sumatif. Menurut Scriven (1997) evaluasi sumatif dilaksanakan pada saat akhir program untuk memberi informasi tentang manfaat dan kegunaan program.


(43)

commit to user

Metode penelitian yang digunakan dalam melakukan evaluasi adalah metode diskriptif dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif. Menurut Hadari Nawawi (1990: 64), metode diskrptif memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggunakan fakta-fakta tentang masalah yang diteliti diiringi dengan interpretasi rasional yang akurat. Pada metode diskriptif peneliti menyajikan data-data penelitian dan menganalis temuan-temuan yang ada serta memberikan tinjauan kritis.

Penelitian ini akan mengambarkan dan menjelaskan tentang proses maupun hasil dari program relokasi yang dilakukan di Kelurahan Pucangsawit Kota Surakarta berdasarkan fakta-fakta sebagaimana adanya, dan mencoba untuk menilai keberhasilan program berdasarkan data yang diperoleh.

C. Metode Pengumpulan Data dan Kebutuhan Data

Metode Pengumpulan data adalah bagian instrument pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian (Burhan Bungin, 2005). Sedangkan menurut Ridwan (2008), metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang di gunakan peneliti untuk mengumpulkan data.

Dalam melakukan penelitian ini metode pengumpulan data dilakukan dengan cara :

1. Pengumpulan Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan melalui survey primer dengan observasi (pengamatan) maupun dengan menggunakan kuesioner dan wawancara.

a. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhdap unsure-unsur yang tampak dalam suatu gejala dalam objek penelitian, Nawami (1991).

Dalam penelitian ini observasi dilakukan untuk melihat dari dekat hasil yang dicapai dalam program relokasi di kelurahan pucangsawit. Dalam penelitian ini pengamatan/observasi dilakukan untuk mengetahui kondisi permukiman baik fisik maupun kegiatan sosial ekonomi


(44)

commit to user

masyarakat pada permukiman yang mendapatkan bantuan program relokasi.

b. Wawancara/interview

Wawanacara adalah suatu cara pangumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Wawancara ini digunakan untuk mengetahui hal-hal dari narasumber secara lebih mandalam (in depth interview) tentang pelaksanaan maupun hasil dari program relokasi yang dilakukan di Kelurahan Pucangsawit Kota Surakarta

Teknik wawancara dilakukan dengan wawancara semi tersetruktur. Wawancara semi tersetruktur dilakukan dengan menggunakan daftar wawancara sebagai panduan wawancara, namun pertanyaan yang ada dapat berkembang sesuai dengan kondisi saat wawancara terjadi. Penentuan responden wawancara dilakukan dengan metode Purposive

Sampling. Metode ini dilakukan karena peneliti menganggap bahwa

seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan sesuai dengan tujuan penelitian. Responden dalam wawancara meliputi pihak pelaksana program relokasi permukiman kumuh di Kelurahan Pucangsawit Kecamatan Jebres Kota Surakarta

Tabel 3.1

Daftar Responden Wawancara

No Narasumber Peran

1 Bapermas KB dan PP Kota Surakarta

Pelaksana Program Relokasi Tingkat Kota 2

3

Kepala kelurahan Pucang Sawit Kecamatan Jebres Ketua POKJA Program Relokasi kelurahan Pucang Sawit Kecamatan Jebres

Pelaksana Program Tingkat Kelurahan

4 Sub Pokja Program Relokasi Kelurahan Pucang Sawit

Pelaksana Program Tingkat Masyarakat/Kelompok (Pokja)


(45)

commit to user

c. Kuesioner/angket

Penyebaran kuesioner dilakukan kepada masyarakat penerima program relokasi. Sedangkan kuesioner yang disebarkan ke warga masyarakat menggunakan pertanyaan yang bersifat tertutup dan terbuka, dengan pengambilan data yang dilakukan sekali namun diajukan pertanyaan yang sama sebanyak dua kali yang menggambarkan kondisi sebelum terkena program dan kondisi setelah dilakukan program. Jawaban kuesioner telah tersedia dan responden tinggal memilih beberapa alternative jawaban yang telah disediakan. Pertanyaan terbuka untuk memperoleh penjelasan/alasan dari pilihan jawaban.

Pengumpulan data melalui kuesioner ini dilakukan untuk memperoleh data dari masyarakat yang direlokasi untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap kondisi permukimannya sekarang setelah direlokasi maupun kondisi permukimannya sebelum direlokasi untuk yang meliputi kondisi fisik permukiman, sosial dan ekonomi masyarakat. Kuosioner juga digunakan untuk menanyakan kepada masyarakat terhadap kepuasan mereka akan program relokasi yang dilakukan.

Penarikan sampel dalam questioner dilakukan dengan menggunakan metode random sampling untuk mengetahui keberhasilan program relokasi yang dilakukan di kelurahan Pucangsawit dengan mengambil secara acak pada warga yang direlokasi sebagai objek untuk melakukan penilaian. Sebelum dilakukan pengambilan sampel, jumlah populasi telah diperhitungkan lebih dulu. Jumlah populasi yang digunakan adalah jumlah Kepala Keluarga (KK) penerima program relokasi di Kelurahan Pucangsawit yang sudah menempati lokasi baru dalam kurun waktu tertentu yaitu sebanyak 268.

Dengan demikian maka jumlah sampel yang akan di ambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(46)

commit to user †=

{( . ²) + 1}

n = Jumlah sampel

N = Populasi masyarakat penerima program

d = Tingkat reabilitas (100% - d = tingkat kepercayaan) Dengan tingkat kepercayaan 90 % maka d = 10 %

Dengan menggunakan rumus solvin tersebut maka sampel responden yang akan di ambil adalah sebanyak 68 KK. Jumlah sampel responden tersebut didistribusikan berdasarkan rasio penerima manfaat relokasi di beberapa tempat lokasi relokasi

Tabel 3.2

Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi Populasi Sample

Ngemplak sutan 112 25

Sabrang lor 18 7

Solo elok/Kedungtungkul 94 20

Debegan 36 13

Mipitan 8 3

Jumlah 268 68

Sumber :Hasil Analisis,2010

2. Pengumpulan Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan untuk melengkapi data primer. Data sekunder di peroleh melalui studi literature melalui buku, artikel, jurnal, maupun berbagai studi yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berupa tepri tentang peremajaan permukiman kumuh dan berbagai kebijakan serta peraturan yang berlaku yang berkaitan dengan program relokasi dalam kaitannya dengan peremajaan permukiman kumuh. Pengumpulan data sekunder juga dilakukan untuk memperoleh dokumen pelaksanaan program relokasi di kota Surakarta.


(47)

37 Tabel 3.3

Kebutuhan Data Penelitian

Tujuan Sasaran Data Sumber Data

Teknik Pengumpulan

Data

Analisis Output

Gambaran Umum Kota Surakarta

Mengetahui Kondsi Kota Surakarta

- Kondisi wilyah Kota

Surakarta

- Kebijakan tentang

perumahan dan permukiman Kota Surakarta

- BPS

- Bappedda

- Desk Study - Kondisi

Wilayah Kota Surakarta dan Kebijakan Perumahan dan permukiman Gambaran Umum Pelaksanaan Program Relokasi Mengetahui Pelaksanaan Program Relokasi Di Kota Surakarta

- Petunjuk Pelaksanaan

program relokasi

- Pelaksanaan relokasi di

kelurahan pucangsawit

- Bapermas PP PA

dan KB

- Kelurahan

Pucangsawit

- Pokja

- Desk Study

- Wawancara

Deskriptif Kualitatif Konten analisis Pelaksanaan Program

Relokasi di Kota Surakarta dan Pelaksanaanya di Kelurahan Pucangsawit Menilai keberhasilan program relokasi permukiman Menilai Efektifitas Program

- Hasil Program

- Data-data lapangan

lokasi pelaksanaan program relokasi

- Pokja

- Masyarakat

penerima program

- Wawancara

- Observasi

Deskriptif Kualitatif

Efektifitas pencapaian Tujuan program


(48)

38

Menilai Efisiensi Program Relokasi

Kelembagaan/kepanitiaan pelaksana program

- Peran dan fungsi masing

masing pihak/lembaga

Pelaksanaan program

- proses dan mekanisme

- Bapermas

- Kelurahan

- Pokja

- Wawancara Deskriptif

Kualitatif

Tingkat Efisiensi pelaksanaan program

Mengkaji dan menilai Dampak Program Relokasi

Fisik

- Kondisi rumah

- Kondisi sarana dan

prasarana lingkungan

- Aksesibilitas

Sosial

- Interaksi masyarakat

- Partisipasi masyarakat

Ekonomi

- Pendapatan

- Peluang mendapatkan

sumber penghasilan

- Masyarakat

penerima program

(Masyarakat yang direlokasi)

- Kuesioner

- Observasi

- Deskriptif

Kuantitatif (Before After Compariso ns) Dampak Program Menilai Kepuasan Terhadap Program Relokasi

- Persepsi masyarakat

tentang program relokasi

- Masyarakat

penerima program

(Masyarakat yang direlokasi)

- Kuesioner - Deskriptif

Kuantitatif Tingkat kepuasan terhadap program Memberikan Kesimpulan dan Rekomendasi Memberikan Kesimpulan dan Rekomendasi Hasil Penilaian/evaluasi Sintesis hasil evaluasi Rekomendasi /perbaikan pelaksanaan program


(1)

commit to user

d. Responsifitas/kepuasan terhadap program Relokasi Di Kelurahan Pucangsawit

Kepuasan masyarakat terhadap pelaksanaan program relokasi adalah

sebesar 86.6 % yang berarti bahwa masyarakat menyatakan sangat

puas terhadap program relokai ini berarti menunjukkan bahwa

program relokasi telah sangat berhasil dalam memberikan nilai


(2)

commit to user BAB VII PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan evaluai terhadap program relokasi yang dilaksanakan di Kelurahan Pucangsawit, dengan menggunakan kriteria evaluasi yang dikemukakan oleh William Dunn, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Program relokasi dinilai sudah sangat berhasil dalam mencapai

tujuan program yang telah ditetapkan yaitu memindahkan permukiman kumuh bantaran dan menjadikan lahan bantaran menjadi lahan hijau. Dengan demikian maka program relokasi dinilai

Sangat Efektif

2. Panitia pelaksana program relokasi telah menjalankan tugas dan

fungsinya dengan baik sesuai dengan petunjuk pelaksanaannya

dengan kesesuaian sebesar 93 % dan dinilai sangat berhasil.

Kesesuaian tidak mencapai 100 % dikarenakan pada panitia kelurahan (Pokja Kelurahan) tidak melibatkan masyarakat dalam menyusun pelaporan pertanggungjawaban atas semua proses yang dilaksanakan dalam program relokasi.

3. Proses Pelaksanaan relokasi yang dilakukan di Kelurahan

Pucangsawit telah dilaksanakan sesuai dengan petunjuk pelaksanaan dengan tingkat kesesuaian sebesar 87,5 % sehingga proses

pelaksanaan program relokasi dinilai sangat berhasil tingkat

keberhasilan yang tidak 100 % karena dalam proses pelaksanaan pada tahap pelaporan tidak melibatkan masyarakat. Dalam proses pelaksanaan juga telah mempertimbangkan prinsip-prinsip relokasi sehingga dengan proses dan mekanisme tersebut pelaksanaan relokasi berjalan lancar tanpa adanya konflik.


(3)

commit to user

4. Dari aspek fisik, program relokasi yang dilakukan di Kelurahan

Pucangsawit secara umum dapat memberikan perubahan yang positif

dan dinilai berhasil dalam memperbaiki kondisi fisik lingkungan

yang lebih baik dari kondisi permukiman yang kumuh. Kondisi ini dapat terlihat dari hasil penelitian berikut :

§ Status kepemilikan lahan meningkat menjadi 100% masyarakat

yang direlokasi mempunyai status kepemilikan lahan berupa Sertifikat hak milik

§ Kondisi rumah mengalami peningkatan kualitasnya

dibandingkan dengan kondisi sebelum direlokasi yaitu meningkat 50 %. Setelah direlokasi 76,47 % kondisi rumah dalam kondisi yang baik.

§ Kondisi prasarana lingkungan permukiman seperti air bersih,

sanitasi, jalan, listrik mengalami peningkatan yang signifikan setelah direlokasi.

§ Untuk aksesibilitas pada lokasi permukiman yang sekarang

dinilai sulit dan mengalami penurunan yang signifikan di bandingkan pada lokasi permukiman lama. Setelah direlokasi 79,41 % menyatakan lokasi kurang aksesibel.

5. Dari aspek ekonomi, program relokasi yang dilakukan di Kelurahan

Pucangsawit belum mampu memberikan dampak atau perubahan dalam memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat yang direlokasi,

sehingga program relokasi dinilai tidak berhasil dalam

meningkatkan ekonomi masyarakat yang direlokasi. Kondisi ini dapat terlihat dari hasil penelitian berikut:

§ Pendapatan masyarakat yang direlokasi belum mengalami

perubahan ke arah yang lebih baik, namun pendapatan mengalami penurunan yang signifikan setelah direlokasi.

§ Pada lokasi permukiman yang sekarang juga dinilai kurang

memberikan peluang dalam memperoleh sumber penghasilan sehingga dinilai sulit oleh 48,53 % masyarakat yang direlokasi


(4)

commit to user

6. Dari aspek sosial, program relokasi yang dilakukan di kelurahan

pucangsawit memberikan dampak yang positif, karena tidak menimbulkan tercabutnya relasi sosial yang sudah terbentuk,

sehingga program relokasi dinilai berhasil dalam mempertahankan

dan meningkatkan kondisi sosial

7. Program relokasi yang dilakukan di kelurahan pucangsawit

mendapat respon kepuasan dari warga penerima program karena adanya manfaat bagi mereka. Secara Keseluruhan masyarakat merespon sangat puas terhadap pelaksanaan relokasi.

Respon masyarakat terhadap program relokasi adalah sebagai berikut:

§ Pada hasil program, masyarakat memberikan respon puas

dengan prosentase 73,3 %. Repon masyarakat terhadap hasil

program yang belum di nilai sangat puas di karenakan pada lokasi yang baru masih belum mampu dalam memberikan perubahan terhadap peningkatan ekonomi, selain itu kondisi aksesibilitas yang sulit juga menyulitkan masyarakat sehingga

terhadap hasil program di nilai puas

§ Pada kinerja panitia pelaksana program, masyarakat

memberikan respon puas dengan prosesntase 80 %. Repon

masyarakat terhadap kinerja pelaksana program yang belum di nilai sangat puas di karenakan dalam pelaksanaannya panitia masih kurang tanggap dalam merespon permasalahan masyarakat, selain itu masyarakat juga menganggap panitia pelaksana program kurang transparan dalam penggunaan dana program.

§ Pada proses dan mekanisme yan dilakukan dalam pelaksanaan

program, masyarakat memberikan respon sangat puas dengan

prosentase 100 %. Proses dan mekanisme pelaksanaan

program sudah dinilai sangat puas oleh masyarakat karena dalam proses tersebut sudah melibatkan masyarakat, sehingga


(5)

commit to user

masyarakat telah kembali memiliki hunian dalam permukiman yang baru dan tidak terjadi konflik.

B. Rekomendasi

a. Rekomendasi Perbaikan Pelaksanaan Program Relokasi

Dari kesimpulan diatas, maka ada beberapa rekomendasi yang penulis berikan sebagai masukan dalam perbaikan program relokasi yang dilakukan di Kelurahan Pucangsawit sebagaimana yang dibawah ini:

1. Dalam pelaksanaan program relokasi maka seharusnya pihak

yang terlibat (panitia pelaksana program) harus tanggap terhadap permaslahan yang dihadapi masyarakat yang direlokasi.

2. Seluruh proses pelaksanaan relokasi harus memperhatikan

aspirasi masyarakat yang direlokasi dan melibatkan masyarakat

dari persiapan sampai dengan mekanisme pelaporan

pertanggungjawaban.

3. Perencanaan lokasi tujuan dari program relokasi sebaiknya

dilakukan dengan pertimbangan dan perhitungan cermat. Karena hasil penelitian ini menunjukkan lokasi permukiman kurang

aksesibel. Sehingga perlu adanya Master Plan/RP4D

pembangunan perumahan di Kota Surakarta.

4. Pelaksanaan program relokasi sebaiknya tidak hanya berhenti

pada pembangunan kembali hunian yang direlokasi, akan tetapi perlu adanya pembinaan warga pasca relokasi.

5. Perlu adanya program-program pelatihan keterampilan atau

pembinaan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memperoleh penghasilan tambahan, sehingga lokasi permukiman yang mereka tempati sekarang bisa tumbuh menjadi permukiman yang layak.


(6)

commit to user b. Rekomendasi Penelitian Lanjutan

Dari Penelitian yang telah dilakukan, peneliti merasa perlu adanya studi lanjut terkait dengan evaluasi pelaksanaan program relokasi. Berikut adalah rekomendasi untuk melakukan penelitian lanjut :

1. Pendalaman terhadap efektifitas program relokasi

2. Pendalaman terhadap efisiensi program yang tidak hanya menilai

kesesuaian dengan petunjuk pelaksanaan yang ada akan tetapi lebih menekankan pada peran dan fungsi pelaksana program secara lebih mendalam termasuk permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program relokasi

3. Perlu adanya kajian untuk megetahui factor-faktor yang

menentukan keberhasilan ataupun penghambat dalam


Dokumen yang terkait

Proses Peralihan Fungsi Kawasan: Dari Kawasan Permukiman Menjadi Kawasan Perdagangan (Study Kasus Pada Masyarakat Kecamatan Medan Area Kota Medan)

1 35 150

Upaya Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Program Penataan Permukiman Kumuh (Studi Kasus Permukiman Kumuh di Kelurahan Cicadas Kecamatan Cibeunying Kidul Kota Bandung)

3 29 318

KARAKTERISTIK PERMUKIMAN KUMUH DI KAMPUNG KRAJAN KELURAHAN MOJOSONGO KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA.

0 0 21

EFEKTIVITAS PROGRAM REVITALISASI PASAR PUCANGSAWIT KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA.

0 0 15

FAKTOR KEBERHASILAN RELOKASI PERMUKIMAN MENURUT PERSEPSI PENGHUNI (Studi Kasus: Program Relokasi Pemukiman DAS Bengawan Solo Surakarta).

0 0 13

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM KOTA LAYAK ANAK DI KELURAHAN JEBRES KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA.

0 0 1

Relokasi Permukiman Pasca Bencana Gempa dan Tsunami di kelurahan Kota Atas Sabang

0 0 7

Partisipasi Masyarakat Dalam Penataan Permukiman Kumuh Di Bantaran Sungai Bengawan Solo (Studi Deskriptif Relokasi Permukiman Kumuh di Kelurahan Sewu Kecamatan Jebres Kota Surakarta). - UNS Institutional Repository

0 0 16

DAFTAR ISI - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PADA PROGRAM RELOKASI PERMUKIMAN (STUDI KASUS :RT 3/36 &RT 3/37 KELURAHAN MOJOSONGO KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA) - Unissula Repository

0 0 8

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PADA PROGRAM RELOKASI PERMUKIMAN (STUDI KASUS :RT 3/36 &RT 3/37 KELURAHAN MOJOSONGO KECAMATAN JEBRES KOTA SURAKARTA) - Unissula Repository

0 1 34