5. Data Nilai AO dalam bentuk Skor Peta Konsep
Proses pembelajaran di kelas tidak hanya menggunakan LKS juga digunakan AO yang berbantukan peta konsep untuk memperkuat struktur kognitif
siswa dan menjadikan siswa mengalami belajar bermakna. Perolehan skor siswa dalam penilaian peta konsep dapat dilihat pada tabel 4.9.
Tabel 4.9 Rekapitulasi Skor Peta Konsep
No Pemusatan dan
Penyebaran Peta Konsep
Pertemuan 1 Peta Konsep
Pertemuan 2 Peta Konsep
Pertemuan 3 Peta Konsep
Pertemuan 4
1 Nilai Terendah
46,00 42,00
37,00 63,64
2 Nilai Tertinggi
95,00 99,00
70,00 97,73
3 Nilai Maksimum
100,00 100,00
100,00 100,00
4 Rata-rata Mean
71,71 78,14
57,14 81,17
Standar Deviasi 24,19
18,00 16,31
13,93 Berdasarkan tabel 4.9 tentang skor peta konsep yaitu dengan mengonversi
nilai peta konsep setiap kelompok dengan nilai maksimal yang dapat diperoleh. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa perolehan nilai peta konsep
dan nilai rata-rata setiap pertemuan berbeda-beda. Perolehan skor peta konsep dari pertemuan pertama hingga keempat cenderung mengalami peningkatan, namun
pada pertemuan ketiga mengalami penurunan .
8
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penulis di SMA Negeri 8 Kota Tangerang Selatan, menunjukkan bahwa pengujian hipotesis data pretest
yang dilakukan, diperoleh bahwa t
hitung
t
tabel
0,28 1.99
,
dapat diartikan bahwa t
hitung
berada diluar daerah penolakan H atau dengan kata lain H
diterima. Sehingga dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan pengetahuan awal
antara siswa yang berada di kelas kontrol dengan siswa yang berada di kelas eksperimen. Artinya, kemampuan awal siswa berada pada level yang sama.
8
Lampiran 10 hal.162.
Setelah diberi perlakuan pada kedua kelas dalam proses pembelajaran, hasil uji hipotesis data posttest diperoleh bahwa t
hitung
t
tabel
2,93 1.99
,
sehingga dapat diartikan bahwa t
hitung
berada diluar daerah penerimaan H atau
dengan kata lain H ditolak. Maka, hipotesis alternatif H
a
yang menyatakan bahwa rata-rata hasil belajar biologi siswa yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran AO lebih tinggi yaitu 78,74 dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar biologi yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional yaitu 74,00 diterima pada taraf signifikansi 5. Dengan demikian terdapat perbedaan hasil belajar dari kedua kelas.
Menurut Hudson Shihusa and Fred N. Kerato bahwa AO jenis ekspositori
digunakan untuk memaparkan materi yang belum familiar bagi siswa atau jika siswa tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang materi yang akan
diajarkan.
9
Jenis AO yang digunakan pada kelas pada kelas eksperimen adalah ekspositori. Jenis ini merupakan jenis AO yang menitikberatkan pada
penggabungan antara pengetahuan awal siswa dan pengetahuan yang akan dipelajari. Dengan jenis ini, guru menyajikan konsep yang paling umum hingga
konsep paling khusus. Hal ini bertujuan untuk menyajikan AO dalam suatu urutan sekuensial, terorganisasi, dan menyeluruh supaya siswa dapat memahami materi
yang diajarkan dan mengaitkan pengetahuan baru tersebut dengan pengetahuan yang ada dalam struktur kognitif mereka.
Pada tahap pertama pada model pembelajaran AO yaitu mempresentasikan AO. Penerapan AO dalam penelitian ini dibantukan oleh peta konsep. Hal ini
dikarenakan, peta konsep dapat memberikan gambaran umum tentang materi yang akan dipelajari oleh siswa serta sebagai pengait antara apa yang telah
diketahui siswa dengan
apa yang akan dipelajari siswa. AO dalam bentuk peta konsep direspon baik oleh siswa sehingga siswa memiliki keingintahuan yang besar
tentang apa yang akan mereka pelajari. Pada tahap kedua yaitu mempresentasikan konten belajar. Konten belajar
yang dipelajari dibuat dalam bentuk power point dan diberikan video pada
9
Hudson Shihusa and Fred N. Kerato, Using AO to Enhance Students‟ Motivation in Learning
Biology, Eurasia Journal of Mathematics, ScienceTechnology Education, 2009, h..413-420.
pertemuan kedua dan ketiga. Hal ini bertujuan untuk memotivasi siswa dalam mempelajari bab sistem pencernaan dan pembelajaran di kelas menjadi aktif.
Kemudian selama pembelajaran di dalam kelas, siswa mengerjakan LKS sebagai bentuk umpan balik setelah diberikan materi. Peneliti menginstruksikan kepada
semua siswa untuk berdiskusi dengan anggota kelompoknya masing-masing. Pemberian LKS dimaksudkan agar pengetahuan kognitif yang telah didapat siswa
dapat diorganisasikan dan dieksplisitkan dalam LKS sehingga guru dapat mengetahui sejauh mana siswa dapat mengorganisasikan dan mengeksplisitkan
pengetahuan yang mereka dapat dengan mengerjakan LKS. Kemudian kegiatan merangkum materi dengan peta konsep bertujuan untuk mengetahui konsep-
konsep yang siswa terima dan hubungan antara konsep-konsep tersebut.secara hierarkis sehingga hubungan konsep-konsep tersebut menjadi jelas.
Hasil rekapitulasi nilai rata-rata LKS memperlihatkan bahwa siswa yang berada di kelas eksperimen memiliki nilai yang
lebih tinggi dibanding kelas kontrol, hal ini dikarenakan model pembelajaran yang digunakan pada kelas
eksperimen adalah model pembelajaran AO sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan adanya
pengaruh model pembelajaran AO terhadap hasil belajar siswa, dimana pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran AO membantu siswa dalam
memahami konsep sistem pencernaan. Hal ini sesuai dengan hasil postest pada tabel 4.1 dimana nilai hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kontrol 8884. Pada tahap ketiga yaitu memperkuat organisasi kognitif. Hal ini dilakukan
dengan kegiatan mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas, baik LKS maupun peta konsep yang telah dikerjakan oleh siswa. Setiap pertemuan dipilih
secara acak kelompok yang akan maju untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Pada kegiatan diskusi ini akan terjadi pertentangan kognitif antar siswa karena
struktur kognitif siswa yang berbeda-beda maka hasil presentasi antar kelompok yang maju juga berbeda. Diharapkan pada tahap ketiga ini siswa dapat
mengaitkan materi baru di dalam struktur kognitif siswa berkaitan dengan peta konsep yang telah dibuat, sehingga mendorong supaya terjadi pembelajaran yang