50
6.1.2. Potensi Pasar Markisa
Kabupaten Gowa merupakan salah satu dari tiga wilayah sentra pengembangan markisa di Sulawesi Selatan. Penetapan Kabupaten Gowa sebagai
sentra pengembangan markisa didasarkan pada potensi lahan yang dimiliki daerah tersebut. Berdasarkan pada Tabel 4 diketahui bahwa terdapat 2.200 Ha lahan
potensial di Gowa. Akan tetapi saat ini hanya 525 Ha lahan yang dimanfaatkan. Sehingga masih terdapat sekitar 1.675 Ha lahan yang memiliki peluang untuk
dikembangkan. Produksi markisa di Gowa sendiri mengalami penurunan setiap tahunnya.
Hal tersebut akibat banyaknya petani yang mulai beralih untuk menanam komoditi selain markisa. Padahal dari segi aspek pasar, tanaman markisa masih
memiliki pasar potensial yang cukup besar. Potensi lahan yang sesuai untuk tanaman markisa di wilayah Sulawesi Selatan adalah 10.700 Ha. Lahan yang
belum dimanfaatkan untuk pengembangan budidaya markisa adalah 9.592 Ha atau masih ada sekitar 89,64 persen dari total lahan.
Tabel 4. Potensi, Pemanfaatan, dan Peluang Lahan untuk Budidaya Markisa
No. Kabupaten
Potensi Ha Pemanfaatan Ha
Peluang Ha
1 Gowa
2,200 525
1,675 2
Tana Toraja 6,500
560 5,940
3 Sinjai
2,000 23
1,977
Jumlah 10,700
1,108 9,592
Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sulawesi Selatan 2009
6.1.3. Market Share
Saat ini kebutuhan markisa siuh yang dibutuhkan adalah sekitar 1.300 ton per tahun. Akan tetapi hanya sekitar 50 persen permintaan markisa siuh yang
dapat tertutupi. Sehingga terdapat kekurangan bahan baku sebesar 650 ton per tahun di pasaran. Apabila makin kecil market share yang diambil dari market
space yang tersedia, semakin besar kemungkinan peluang usaha dalam
keberhasilan dan sebaliknya. Market Space pada budidaya markisa ini hanya sebagian yang akan diusahakan yaitu 325 ton per tahun.
Hal tersebut untuk mengantisipasi munculnya pesaing baru di masa mendatang yang dapat
mengganggu kegiatan usaha.
51 Luas kebun yang akan diusahakan adalah 17 Ha berdasarkan produktivitas
rata-rata markisa setiap tahunnya yaitu 19,08 tonhatahun. Pada tahun pertama akan dihasilkan sebanyak 800 kg markisa dan produksi markisa paling tinggi
adalah di tahun keempat yaitu 35.000 kg. Adapun jumlah wisatawan yang ditargetkan mengunjungi agrowisata ini
adalah sebanyak 17.400 orang per tahun. Kunjungan sebanyak 17.400 wisatawan tiap tahun juga dinilai wajar sebab pada agrowisata yang berbentuk perkebunan
salah satu contohnya adalah perkebunan teh, tiap tahunnya dikunjungi oleh 500- 1.000 wisatawan nusantara dan 100-200 wisatawan mancanegara setiap bulannya.
6.1.4. Segmentasi Pasar