1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini Indonesia memiliki keanekaragaman hayati biodiversity nomor tiga terbesar di dunia
1
. Selain keanekaragaman hayati juga terdapat kondisi tanah dan iklim yang beragam.
Kelimpahan kekayaan alam tersebut apabila dimanfaatkan dengan baik dapat menjadi sumber pendapatan bagi negara. Semua
hal tersebut merupakan aset yang dapat menarik bangsa lain untuk berkunjung atau berwisata ke Indonesia.
Sektor pariwisata merupakan salah satu penyumbang devisa bagi perekonomian Indonesia.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1. Pariwisata
menempati urutan kedua sebagai komoditi ekspor yang memberikan pemasukan devisa terbesar yaitu sekitar US 5.997,75 juta. Sedangkan sektor minyak dan
gas bumi menempati urutan pertama dengan menghasilkan devisa sebesar US 17.464,52 juta. Meskipun berada di urutan kedua, sektor pariwisata menempati
urutan pertama sebagai komoditi non-migas yang menghasilkan perolehan devisa terbesar.
Tabel 1. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditi Ekspor
Lainnya Tahun 2007 2007
Peringkat Jenis Komoditi
Nilai Juta US 1
Minyak dan Gas Bumi 17.464,52
2 Pariwisata
5.997,75 3
Pakaian Jadi 5.345,98
4 Alat Listrik
5.008,69 5
Tekstil 4.739,74
Data Januari-Oktober 2007 Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 2007
2
____________________
1 Departemen Pertanian.
2002. Agrowisata
Meningkatkan Pendapatan
Petani. http:database.deptan.go.idagrowisataviewfitur.asp?id=3. [28 Februari 2009].
2 Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. 2007. Statistik Pariwisata dan Kebudayaan 2007. http:www.budpar.go.idfiledata2474_1149-bukusaku2007indonesia.pdf. [28 Februari 2009].
2 Selain kontribusi yang cukup besar bagi devisa negara, ternyata
penerimaan devisa tersebut mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2004 penerimaan devisa dari sektor pariwisata adalah sebesar US 4.797,88 juta.
Hingga Oktober 2007 tercatat bahwa devisa yang diperoleh adalah US 5.997,75 atau mengalami peningkatan hingga 125,0 persen.
Penerimaan devisa yang semakin meningkat mengindikasikan bahwa pengembangan sektor pariwisata
dapat terus dilakukan demi memperoleh pemasukan devisa yang lebih besar lagi. Apalagi dengan kekayaan alam dan keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh
Indonesia.
Gambar 1. Grafik Penerimaan Devisa Sektor Pariwisata Tahun 2004-2007
Data Januari-Oktober 2007 Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan 2007
3
Salah satu konsep pariwisata yang berpotensi untuk mendatangkan devisa bagi negara adalah konsep wisata agro atau yang lebih dikenal dengan agrowisata.
Hal ini disebabkan oleh berubahnya preferensi dan motivasi wisatawan yang berkembang cukup dinamis. Kecenderungan pemenuhan kebutuhan dalam bentuk
menikmati obyek-obyek spesifik seperti udara yang segar, pemandangan yang indah, pengolahan produk secara tradisional, maupun produk-produk pertanian
modern dan spesifik menunjukkan peningkatan yang pesat. Kecenderungan
____________________
3 Ibid, Hlm 1
3 ini merupakan indikasi tingginya permintaan terhadap wisata agro dan sekaligus
membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan ataupun produk pertanian yang mempunyai daya tarik spesifik
4
. Hamparan areal penanaman yang luas seperti pada areal perkebunan, dan
hortikultura disamping menyajikan pemandangan dan udara yang segar, juga merupakan media pendidikan bagi masyarakat dalam dimensi yang sangat luas,
mulai dari pendidikan tentang kegiatan usaha di bidang masing-masing sampai kepada pendidikan tentang keharmonisan dan kelestarian alam. Obyek wisata
agro tidak hanya terbatas kepada obyek dengan skala hamparan yang luas seperti yang dimiliki oleh areal perkebunan, tetapi juga skala kecil yang karena
keunikannya dapat menjadi obyek wisata yang menarik. Cara-cara bertanam tebu, acara panen tebu, pembuatan gula pasir tebu, serta cara penciptaan varietas baru
tebu merupakan salah satu contoh obyek yang kaya dengan muatan pendidikan. Cara pembuatan gula merah kelapa juga merupakan salah satu contoh lain dari
kegiatan yang dapat dijual kepada wisatawan yang disamping mengandung muatan kultural dan pendidikan juga dapat menjadi media promosi. Dengan
demikian dapat dipastikan pengunjung akan tertarik untuk membeli gula merah yang dihasilkan pengrajin.
Kunjungan masyarakat menuju obyek wisata juga membuka peluang pasar tidak hanya bagi produk dan obyek wisata agro yang
bersangkutan, namun pasar dan segala kebutuhan masyarakat. Kawasan agrowisata diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat.
Sulawesi Selatan merupakan salah satu propinsi yang memiliki keindahan alam yang cukup digemari oleh para wisatawan.
Hal ini terlihat dari ditetapkannya Propinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata
Unggulan DTW Nasional. Selain Sulawesi Selatan terdapat tiga propinsi lain yang juga termasuk dalam DTW Nasional yaitu Sulawesi Utara, Nusa Tenggara
Barat, dan Sumatera Barat
5
. Menindaklanjuti dari ditetapkannya Propinsi
____________________
4 Departemen Pertanian.
2002. Membangun
Pilar Wisata
Agro Indonesia.
http:database.deptan.go.idagrowisataviewfitur.asp?id=3. [28 Februari 2009]. 5 Anonim.
2006. Pariwisata
Sulsel Lebih
Cerah pada
2007. http:www.wisataparlemen.comfrontindex2.php?option=com_contentdo_pdf=1id=164.
[7 Maret 2009].
4 Sulawesi Selatan sebagai DTW, Dinas Periwisata Sulawesi Selatan menyiapkan
dana promosi wisata senilai Rp 20 miliar. Hal ini dilakukan agar dapat
meningkatkan jumlah wisatawan , baik mancanegara maupun nusantara. Sulawesi Selatan memiliki banyak komoditi pertanian yang dapat
dijadikan usaha wisata agro. Misalnya padi, jagung, kakao, udang dan sapi yang merupakan lima komoditas unggulan pertanian Sulawesi Selatan. Selain itu untuk
tanaman Hortikultura salah satu komoditi binaan
Direktorat Jenderal Hortikultura sesuai keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
511kptspd.31092006 tanggal: 12 september 2006 adalah markisa passiflora edulis
. Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra markisa di Indonesia.
Sulawesi Selatan berdasarkan data Departemen Pertanian tahun 2005-2007 menghasilkan produksi markisa sebanyak 7.177 ton di tahun 2005, 7.455 ton di
tahun 2006, dan 6.139 ton di tahun 2007. Dalam skala nasional produksi markisa Sulawesi Selatan memiliki persentase berturut-turut dari tahun 2005-2007 adalah
8,66, 6,23, dan 5,75
6
. Penurunan produksi ini berdampak pada berkurangnya bahan baku untuk
industri pengolahan markisa. Oleh sebab itu Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Gowa berupaya
melakukan program pengembangan komoditi markisa. Program tersebut berupa pembagian bibit kepada petani dan menarik minat investor untuk berinvestasi
pada budidaya markisa. Salah satu cara untuk menarik investor adalah dengan menawarkan konsep agrowisata markisa.
Selain menjadi salah satu sentra markisa di Sulawesi Selatan, Kabupaten Gowa memiliki banyak tempat wisata yang dapat dikunjungi, misalnya Air Terjun
Takapala, Air Terjun Lembanna, Hutan Wisata Malino, dan Pemandian Lembah Biru. Meskipun sebagai salah satu daerah tujuan wisata, konsep agrowisata belum
berkembang dengan baik di kawasan ini. Berdasarkan pemaparan di atas pengembangan agrowisata markisa di Kabupaten Gowa memiliki prospek yang
cukup baik.
____________________
6 Dirjen Hortikultura Deptan. 2008. http:www.hortikultura.deptan.go.id. [28 Februari 2009].
5
1.2. Perumusan Masalah