Komposisi dan struktur kimia

15 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Proses alkali tipe B yang digunakan pada kulit sapi dan sumber kolagen di mana hewan relatif tua di pemotongan. Salah satu prosesnya di mana kolagen mengalami proses pengapuran panjang sebelum ekstraksi. Hidrolisis basa asparagin dan rantai samping glutamin untuk asam glutamat dan aspartat relatif cepat. Setelah pengolahan alkali, kolagen yang dicuci bebas dari alkali dan kemudian diberikan perlakuan dengan asam dengan pH ekstraksi yang diinginkan yang memiliki efek yang ditandai pada kekuatan gel rasio viskositas produk akhir. Kolagen ini kemudian didenaturasi dan diubah menjadi gelatin dengan pemanasan, karena dengan proses asam. Perlakuan alkali, itu sering perlu untuk demineralisasi gelatin untuk menghapus jumlah berlebihan garam menggunakan pertukaran ion atau ultrafiltrasi. Setelah itu proses sama seperti proses asam-vakum penguapan, filtrasi, gelatinisasi, pengeringan, penggilingan dan pencampuran. Gelatin tipe A yang diproduksi menggunakan proses asam mempunyai nilai viskositas setengahnya dari gelatin B yang diproses menggunakan basa. Gelatin tipe B dengan viskositas yang lebih tinggi dapat menguntungkan proses produksi stabilisasi emulsi. Schrieber Gareis, 2007. Waktu, pH, suhu, jumlah ekstraksi bervariasi tergantung dari kebutuhan produk, tipe peralatan yang digunakan, waktu pengoperasian, dan aspek ekonomi. Prosedur ekstraksi harus dikontrol karena akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas gelatin yang dihasilkan GMIA, 2012. Perbedaan sifat antara gelatin tipe A dan tipe B dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Perbedaan Sifat Gelatin Tipe A dan Tipe B Sifat Tipe A Tipe B Kekuatan Gel g bloom 50-300 50-300 Viskositas cP 1,5-7,5 2-7,5 Kadar abu 0,3-2 0,5-2 pH 3,8-6 5-7,1 Titik isoelektrik 7,0-9,2 4,7-5,4 Sumber: Gelatin Manufacturers Institute of America, 2012 16 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5.4 Karakteristik Kimia dan Fisika

Menurut Farmakope Indonesia Edisi V 2014, Gelatin mempunyai karakteristik berupa Lembaran, kepingan atau potongan, atau serbuk kasar sampai halus, kuning lemah atau coklat terang, warna bervariasi tergantung ukuran partikel. Larutannya berbau lemah seperti kaldu. Jika kering stabil di udara, tetapi mudah terurai oleh mikroba jika lembab atau dalam bentuk larutan. Sifat kelarutan dari gelatin adalah tidak larut dalam air dingin, mengembang dan lunak bila dicelup dalam air, menyerap air secara bertahap sebanyak 5 - 10 kali beratnya, larut dalam air panas, asam asetat 6 N dan campuran panas gliserin dan air, serta tidak larut dalam etanol, kloroform, eter, minyak lemak dan minyak menguap FI V, 2014. Gelatin larut dalam asam dan basa walaupun dalam asam dan basa kuat dapat menyebabkan pengendapan. Gelatin akan larut pada suhu diatas 40°C, membentuk larutan koloid gel pada pendinginan 35-40°C. Sistem dari gel-sol ini adalah tiksotropik dan bersifat reversible pada pemanasan seperti pada Gambar 2.7 Rowe, Raymon C. et al., 2009. Gambar 2.7 Struktur Gelatin pada Fasa Sol ke Gel Sumber: Karlina, 2009 Berdasarkan Handbook of Pharmaceutical Excipients Ed.6, Gelatin pada suhu 25°C untuk 1 bv larutan aqueous, memiliki sifat keasaman dan kebasaan yaitu pH= 3,8-5,5 tipe A dan pH 5-7,5 tipe B. Gelatin memiliki massa jenis 1.32 gcm3 untuk tipe A dan 1.28 gcm3 untuk tipe B. Titik isoelektrik gelatin adalah 7.0 –9.0 untuk tipe A dan 4.7–5.4 untuk tipe B serta memiliki kandungan kelembapan 9-11. Gelatin berbentuk larutan juga akan stabil dalam jangka waktu yang lama jika disimpan dibawah kondisi dingin. Pada suhu diatas 50°C, larutan gelatin akan bertahap mengalami depolimerisasi dan penurunan kekuatan gel. Kecepatan